Part 10 Asyaroh

5.7K 401 17
                                    

Selamat membaca

Dokter menyarankan Nuni untuk bed rest, meskipun tidak sepenuhnya dia berada di atas tempat tidur sepanjang hari. Selama hampir dua bulan ini ia tidak bisa berpergian jauh. Rencananya akan menyusul suaminya bulan lalu batal. Sudah dua bulan juga Riyadh di negara karena banyak kerjaan yang tidak bisa di tinggalkan, jadi dia belum bertemu istrinya.

Nuni juga masih mengalami morning sickness, setiap pagi selalu memuntahkan isi perutnya. Sebenarnya Riyadh ingin sekali berada di samping istrinya, tapi dia tidak bisa meninggalkan pekerjaan nya. Nuni akan menangis kalau melakukan video call dengan suaminya jadi dia hanya berkirim pesan.

Hari-hari berlalu, begitupun dengan bulan, saat ini usia kandungan Nuni memasuki usia dua belas minggu. Sudah tiga bulan dia tidak bertemu dengan suaminya. Kangen, sudah pasti, walau mereka sering berkomunikasi.

"Fii syai tsani?" (Ada lagi)" Tanya Riyadh

"La. Syukron"(tidak. Terimakasih)" besok Riyadh akan pergi ke Indonesia, Nuni meminta beberapa makanan yang ada di negara suaminya.

"Croissants 7days, tien muzafaf, zabieb, mismis, khok, tsamer, zeit zaitun, zaitun aswad, asal, henna, khalas?" (Roti kroisan 7days, buah tien kering, kismis, buah apricot, buah peach/persik, kurma, minyak zaitun, zaitun hitam, madu asli, henna. Sudah)" ujar Riyadh menyebutkan barang-barang yang di pesan istrinya.

"Ba'ad bukroh Insha Allah, syufik, emuaahh"( Lusa Insya Allah kita bertemu,)" Riyadh menutup panggilan nya.

Nuni sudah tidak sabar bertemu lusa, karena suami tercinta akan datang. Dia masih tidak  perbolehkan bepergian jauh, jadi dia belum bisa ikut Riyadh nanti. Mungki  nunggu kehamilan nya lima bulan baru bisa naik pesawat.

Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga, ayah Nuni sejak tadi pagi sudah pergi ke Jakarta menjemput menantunya. Nuni tidak ikut dia masih mual kalau naik kendaraan.

"Assalamualaikum," Ucap ayah Nuni dan Riyadh. Mereka baru saja sampai.

"Waalaikum salam," Nuni langsung memeluk suaminya sambil menangis.

"Leisyh tibki,"(Kenapa menangis)" Tanya Riyadh mengusap airmata istrinya.

"Mabsutah"(aku senang)" ujar Nuni.

"Biarkan suamimu istirahat," kata ibu Nuni.

Setelah berbasa basi di ruang tengah, Riyadh pergi ke kamar untuk istirahat, dia melihat istrinya berbeda sekarang, lebih berisi dan pastinya lebih cantik.

"Salam, keif halik" (Salam, apa kabar)" Riyadh menghampiri istrinya yang sudah dari menunggunya. Kemudian memeluknya erat.

"Bikhair Alhamdulillah, keifik ya habibi"(baik, apa kabar kamu sayang)"

"Bi ahsan halli, khasatan ba'ad masyufik,"(sangat baik apalagi setelah melihatmu)" Riyadh mencium bibir Nuni yang sangat di rindukannya.

"Keif halla ha?" (Apa kabar nya)" Lalu Riyadh mengusap perut Nuni yang mulai terlihat.

"Toyibiin, babah," (baik-baik saja, babah)" ujar Nuni. Riyadh lalu menuntun Nuni untuk duduk di tepi ranjang mereka, lalu menyibakkan bajunya dan mencium perut Nuni.

"Kabir sah,"(besar,ya)" Riyadh mengelus-ngelus perut istrinya sekarang.

"Mumkin jibbili sunduk fii fouq maktabah hinak" (tolong ambilkan kotak di atas nakas di sana)" Nuni menunjuk sebuah kotak kecil di atas nakas yang tak jauh dari tempat duduk. Lalu Riyadh mengambil kotak itu.

Duda Araban (Jilid 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang