Part 9 Tis'a

5.3K 345 6
                                    

Selamat membaca ❤

Selama sembilan jam empat puluh lima menit, perjalanan dalam pesawat Jakarta Jeddah. (Pengalaman pribadi). Akhirnya Riyadh tiba di bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah. Dari bandara dia di jemput oleh kakaknya. Mereka langsung menuju rumah sakit tempat Ebtisam di rawat.

Begitu tiba di rumah sakit, di sana sudah ada ayah dan ibunya, serta kedua mantan mertuanya.

"Assalamualaikum " ujar Riyadh.

"Waalaikum salam "

"Keif halikum?" (Bagaimana keadaan kalian)" Tanya Riyadh lalu menyalami orang yang ada di sana.

"Alhamdulillah ya waladi, kulluna bikhair Alhamdulillah wa ni'mah," (Alhamdulillah putraku, kami baik-baik saja, Alhamdulillah atas segala nikmatnya)" kata ibu Riyadh.

"Keif halik wa keif jauzatik"(apa kabarmu dan istrimu)"

"Toyib Alhamdulillah" (Baik Alhamdulillah)"

"Wen binti"(dimana putriku)" Tanya Riyadh

"Juwo" (di dalam)"

"Abgo syufha"( aku ingin melihatnya)" Riyadh lalu menemui dokter yang kebetulan sedang memeriksa putrinya.

"Keif binti ya duktur "(Bagaimana keadaan putri ku, dok)" Dokter menggelengkan kepalanya. Mengisyaratkan agar Riyadh masuk.

Pertama kali yang di lihat Riyadh saat masuk ke ruangan putrinya adalah tubuh kaku Ebtisam, putrinya yang baru berusia enam bulan itu di penuhi selang di seluruh tubuhnya, hanya suara alat-alat medis yang terdengar. Tak terasa Riyadh menitikkan airmatanya, pasti putrinya sangat kesakitan.

Sejak lahir memang Ebtisam di nyatakan mempunyai penyakit turunan dari ibunya, dulu dokter mengatakan mungkin hanya dua atau tiga bulan putrinya akan bertahan. Tapi sampai usia empat bulan Ebtisam sehat dan hidup normal seperti bayi pada umumnya. Tapi sekarang, Ebtisam harus bertahan hidup dengan bantuan alat-alat medis.

Riyadh memegang tangan mungil putrinya.

"Shushu " itu nama panggilan sayang untuk Ebtisam.

"Ya Habibti, ya hayati, ya ruuhi, ya ayuni. Inti ta'banah kida?" (Sayangku, hidupku,ruhku,mataku <kata-kata sayang> Apakah sakit seperti ini?)" Riyadh berbicara pada putrinya. Dia semakin erat menggenggam tangan Ebtisam, lalu ayah Riyadh masuk. Kemudian terdengar suara monitor berbunyi..

Tiitttttt.....

Suara monitor, menandakan Ebtisam telah pergi untuk selama-lamanya, jadi dia bertahan hanya sampai Riyadh kembali.

Tangis Riyadh pecah, anak yang selama ini dia dambakan telah pergi menghadap Sang Ilahi. Tak lama kemudian dokter dan masuk.

"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun "

Riyadh masih menangis di samping jenazah putrinya Ebtisam Binti Riyadh Bin Ali Alfauzan, wafat pukul 19.15 KSA (Kingdom of Saudi Arabia) di Indonesia kira-kira jam 23.15 WIB, perbedaan waktu 4 jam, Indonesia lebih awal.

Tadi pagi Riyadh sudah menghubungi Nuni, dia tiba di negaranya dengan selamat, dia juga memberitahu istrinya bahwa Ebtisam sudah pergi. Nuni langsung menangis mendengar kabar duka tersebut, anak yang dia asuh dan sekarang menjadi anak sambungnya sudah tidak ada lagi di dunia.

Sekarang Nuni hanya bisa memandangi potret Ebtisam dan mengingat kenangan-kenangan bersamanya.

Setelah pulang dari pemakaman putrinya, Riyadh kembali ke rumah orang tuanya, sungguh dia sangat lelah dia hanya tidur beberapa jam di pesawat.

Duda Araban (Jilid 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang