21 (End)

7.9K 619 191
                                    



Mew menatap foto yang ada digenggamannya dengan senyum getir. Sudah hampir satu minggu setelah kematian-nya tetap saja Mew tidak bisa melupakan, bahkan untuk seumur hidup dia tidak akan bisa melupakannya.

"Kenapa kamu pergi ninggalian Phii sendirian? Kamu enggak kasihan sama, Phii??" Dengan kasar Mew mengusap air matanya. Bahkan air matanya tak mau berhenti mengalir.

"Kamu enggak ingat, seharusnya seminggu lagi kita liburan bareng" Mew mengadahkan kepalanya keatas.

Bayang-bayang kesayanganya meminta liburan keluar negeri bersamanya, bayang-bayang kesayangannya yang meminta dibuatkan susu stroberry kesukaannya. Bayang-bayang kebersamaannya dengan dia yang selalu bisa membuatnya tersenyum, tertawa dengan tinggkah lucunya.

Tok

Tok

Tok

Mew mengalihakan tatapannya kearah pintu kamarnya, disana, ibunya berdiri dengan tatapan sendu. "Mew, makan yuk. Dari pagi kamu belum makan" seru ibunya. Mew menggelangkan kepalanya, rasanya dirinya enggan beranjak dari ranjangnya.

"Mew, enggak laper, Mom. Kalau Mommy mau makan, Mom bisa makan duluan"

"Mau sampai kapan kamu kayak gini, Mom enggak tega lihat kamu begini," ucap Aom pelan, sebenarnya dirinya juga tidak tega melihat putra sulungnya yang terus menangis tanpa menghiraukan kesehatannya.

"Makan ya, Mom bawa kesini" bujuk Aom.

"Kalau Mew makan, emang Kana bisa balik kesini? Nemenin Mew? Enggak kan??"

"Seengaknya kamu jangan buat Kana sedih karena tingkah kamu!!"

Mew menegakkan kepalanya, menatap sang ibu yang juga masih menatap dirinya dengan sedih, hampir setiap hari setelah kepergiannya Mew tidak makan dengan teratur, jangankan makan, minum saja Mew tidak ingat jika saja ibunya yang mengantarkan ke kamarnya.

"Ini semua salah Mew. Seharusnya Mew enggak setuju sama Daddy, seharusnya Mew bisa ngejar Kana, seharusnya Mew enggak ninggalin Kana sendirian dirumah, seharusnya Mew selalu ada buat Kana, seharusnya Mew peluk Kana, seharusnya Mew bisa hentiin Kana, seharusnya Mew bisa narik Kana kepinggir, bukan malah berdiri liat Kana tertabrak mobil"

Mew memukul kepalanya berkali-kali. Setiap malam, Mew selalu menyalahkan dirinya atas kepergian Gulf. Bahkan Mew masih sangat-sangat ingat waktu dokter yang menangani Gulf bicara kalau bayi kesayangannya itu pergi untuk selamanya.

"Suster!! Dokter!!" Teriak Mew kencang, digendongannya ada Gulf dengan tubuh penuh luka, apalagi dibagian kepala.

"Tolong selamatkan dia" mata Mew memerah, air matanya sejak dilokasi kejadian dia terus menangis.

Mew mengusap wajahnya kasar, tangannya mengepal, rasa bersalah menyelimuti dirinya. Gulf-nya tengah berjuang di dalam sana. Jika terjadi sesuatu dengan Gulf, Mew tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

Ceklek

Setelah satu jam menunggu, akhirnya pintu ruang ICU terbuka, menampilkan raut wajah sang dokter yang sedih, Mew berjalan tergesa-gesa menghampiri sang dokter.

"Maaf" ucap dokter itu sambil menunduk. "Saya sudah berusaha semampu saya, tapi Tuhan berkehendak lain"

Mew mencengkram bahu sang dokter, bibirnya terasa keluh. Tampar dirinya!! Bilang kalau ini hanya tipuan!!

"Ti-tidak!! Sudah ku bilang, kau harus menyelamatkan Kana-ku!!"

"Mo-hon maaf Tuan, saya tidak bisa berbuat banyak, disini saya hanya membantu"

"Pergi.... pergi" Mew berlari memasuki ruang ICU, dilihatnya tubuh kecil bayi kesayangannya yang berbaring diranjang, dengan kain putih yang menutupi tubuh kecil itu.

"Kana..... bangun, kamu udah janji mau nikah kan sama, Phii!! Kamu udah janji bakal ada di samping, Phii!!" Tubuh Mew jatuh ke lantai, melihat wajah pucat Gulf yang mulai membiru.

Beberapa menit kemudian, datanglah keluarganya dan juga keluarga Gulf, Mew terkejut, yang membuat Mew terkejut adalah kedatangan Puifah bersama dengan orangtua Gulf, dan satu lagi, wanita yang sangat asing berdiri disamping Tuan Trai.

"Mew..." Mew hanya menatap semua keluarganya dengan tatapan kosong.

Lalu memeluk Aom erat sambil manangis. "Mom, Kana ninggalin Mew. Kana bohongin Mew" Aom yang melihat itu ikut menangis, baru kali ini Mew menangis tersedu-sedu.

"Ini semua salah Mew, seharusnya Mew peluk Kana, bukan ngebiarin Kana lari dijalan"

"Bukan salahmu, jangan menyalahkan diri sendiri"

Sedangkan Aum sudah menangis disamping jasad Gulf, ibunda dari bayi kesayangannya itu menangis sambil menyalahkan dirinya sendiri, memukul dadanya kuat-kuat, hingga akhirnya pingsan.

Berbeda dengan Tuan Trai yang hanya berdiri di depan ranjang jasad Gulf, menatap jasad itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Disampingnya ada Jong yang mengusap air matanya, dibelakang Tuan Trai ada Puifah dan juga ibunya yang menatap tak percaya.

Setelah proses upacara pemakaman Gulf selesai, Mew masih diam diposisinya. Kembali menangis dan juga menyalahkan dirinya sendiri. Ada para sahabatnya yang juga masih berdiri disamping dirinya, mereka menangis, bahkan Win dan juga Mix pingsan setelah mendengar kabar bahwa sahabatnya meninggal.

Mew pulang dengan diantar Off dan juga Gun. Setelah sampai dikediamannya, ada ibu Gulf yang masih setia menangis dipelukan mommy-nya. Ibunya menceritakan bagaimana Gulf bisa datang kerumahnya dengan keadaan berantakan, Mew bahkan hanya diam saat mendengar cerita dari ibunya, dirinya terkejut mengetahui kebenarannya, tentang ayah Gulf yang menikah dengan ibunya Puifah tanpa sepengetahuan Aum dan juga Gulf. Dan juga tentang Tuan Trai yang menampar Gulf. Rasanya Mew ingin sekali menghajar ayah dari bayi kesayangannya.

Mew tersadar dari lamunannya saat sang ibu menepuk bahunya. "Makan ya, jangan buat Gulf tambah sedih liat keadaan kamu sekarang" Mew mengangguk sebagai jawaban.

Hal yang berawal manis tak semua berakhir manis juga kan?? Dan juga hal yang berawal pahit akan berakhir pahit. Mulai saat ini Mew bertekad akan mulai mengikhlaskan Gulf.



Bye

Baby Kana [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang