13

6.1K 590 10
                                    

Brukk

"Aduh sakit!!" Gulf mengelus dahinya yang terasa sakit.

"Kana!! Kamu tidak apa-apa?" Mew mendekat kearah Gulf, pagi ini dirumah keluarga Kanawut sangat rusuh. Sang bayi berlari kesana kemari mengambil beberapa barang untuk dibawa ke rumah Mix.

Sang bayi mengatakan bahwa akan mengerjakan kerja kelompok untuk membuat miniatur. Bukan hanya Gulf yang berlarian, Mew sendiri juga ikut berlari karena menghawatirkan keselamatan Gulf. Bayi nya itu sangat hiperaktif membuat Mew khawatir.

Mew mengelus dahi Gulf yang memerah karena tertabrak pintu kamar mandi. Rasanya Gulf ingin menangis karena rasa sakit di dahinya.

"Mew sakit, kepala Kana pusing"

"Suruh siapa kamu lari-lari? Sakit kan?"

"Sakit banget, Phii" adu Gulf seperti anak kecil.

"Makanya kalau dikasih tau itu nurut, jangan ngebantah"

"Kana minta maaf" Gulf menundukkan kepalanya, dia sangat takut jika Mew marah.

Mew mengangguk lalu mendudukkan Gulf di kasur. Mew mengambil salep di laci nakas untuk di usapkan ke dahi Gulf, dahi bayi itu terlihat memerah.

"Berangkatnya nanti siang aja, biar pusingnya reda dulu. Nanti, Phii telepon Mix biar bisa buat temanya dulu" ucap Mew setelah memberi salep kepada Gulf, tak lupa menidurkan bayi kesayangannya ini.

"Phii Mew, Mama kok engga ngasih kabar sama Gulf. Mama juga engga pulang padahal udah hampir sebulan" ucap Gulf memegang tangan kekar Mew yang ada di dahinya.

Sudah hampir satu bulan Gulf tidak bertemu dengan orangtuanya karena kedua orangtua sangat sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan Gulf setiap hari minggu selalu menunggu di taman depan rumah sampai sore. Namun, tidak ada tanda-tanda kedua orangtuanya pulang. Seminggu berturut-turut, sang bayi itu menangis setiap malam karena merindukan orangtuanya. Saking sibuknya, kedua orangtua Gulf tidak memberi kabar, membuat Gulf uring-uringan.

Gulf bahkan selalu bertanya kedua orangtua Mew tentang orangtuanya. Tapi, orangtua Mew tidak menjawab sama sekali, Mew sendiri pernah mengirim pesan namun tidak satupun pesannya dijawab.

"Nunggu proyeknya selesai dulu, kalau udah selesai nanti juga pulang. Kana sabar aja ya" Gulf mengangguk lalu memejamkan mata, kepala Gulf sangat pusing.

***

"Win......" yang dipanggil menoleh, menatap Mix yang berjalan dengan wajah khawatirnya.

"Kenapa? Kok Mix khawatir gitu, ada masalah??" Win bertanya, matanya masih fokus kearah laptop di depannya, jangan lupakan Bright yang duduk disamping remaja bergigi kelinci itu.

"Gulf datangnya nanti. Kata Phii Mew, Gulf lagi sakit"

"Kok bisa??"

"Gulf kan engga bisa anteng, tadi dia ketabrak pintu kamar mandi"

"Kayak kamu bisa anteng aja" cibir Win. Mix menghentakkan kakinya saat mendengar ucapan Win. Padahal diantara ketiga remaja itu, Win yang paling banyak tingkah.

"Phii Earth kapan datang sih, Mix udah lapar tau" Mix cemberut, tangan kirinya mengelus pelurnya yang lumayan bulat, tapi lebih bulat perut Gulf.

"Kamu ngajak Phii Earth?" tanya Win, matanya menatap Mix dengan tatapan menyelidik.

"Win lupa rumah Phii Earth deket sama rumah Mix? Phii Earth juga suka nginep dirumah Mix" ucapan polos Mix membuat Bright tersedak jus jeruk yang sedang diminumnya.

"APA!! Earth suka nginep?" Mix mengangguk lalu memasukkan keripik kentang kedalam mulutnya.

"Kata Mama, Phii Earth suruh nemenin Mix kalau Mama pergi keluar malam"

Astaga, ternyata Mix sebelas duabelas seperti Gulf, walau lebih polos Gulf. Tapi Bright tidak menyangka jika Mix sepolos ini. Bright menghela nafas lalu matanya meneliti badan Mix. Bright bersyukur jika Earth belum pernah berbuat iya-iya kepada Mix, walau Bright yakin jika bibir remaja itu sudah tidak suci.

"Phii Earth kalau nginep tidur bareng, Mix?" Tanya Win. Mix mengangguk lagi sebagai jawaban, Win sendiri tidak menyangka kalau Mix seberani itu. Dia sendiri tidak pernah tidur bersama dengan Bright, bahkan Bright tidak berani masuk ke kamar Win karena takut terjadi sesuatu.

"Phii Bright emang enggak pernah tidur bareng, Win??"

"Enggak"

"Kenapa??"

"Belum sah, nanti kalau Phii Bright udah nikah sama Win, juga tidur bareng. Iyakan Phii Bai?"

"Iya" Mix membulatkan matanya, lalu mengerjap lucu.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, tapi belum ada tanda-tanda kalau Gulf dan Mew datang. Padahal mereka membuat janji jam delapan pagi, namun dua jam berlalu mereka berdua belum datang. Seharusnya kalau hanya mengobati luka memar tidak memakan waktu lama.

"Gulf kok lama sih, Mix udah ngantuk"

"Mungkin lagi siap-siap. Mix sabar aja, kita kerjain yang ini dulu" Win menunjuk kearah beberapa barang yang akan mereka gunakan untuk membuat miniatur.

***

"Phii Mew!! Cepat, kasian Win sama Mix"

Gulf menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Tangan kanannya menarik lengan Mew untuk mengikuti langkahnya, yang di tarik hanya pasrah. Padahal tadi pagi Gulf sudah tertabrak pintu, namun bayi besar itu tidak perduli. Yang ada di dalam pikiran Gulf hanya pergi kerumah Mix untuk mengerjakan tugas mereka bertiga, walau Mew yakin jika nanti Gulf merengek meminta bantuan Mew.

Apalagi jika ketiga remaja itu bertemu pasti akan rusuh, dan biasanya mereka tidak akan mengerjakan tugasnya namun hanya mengobrol ini-itu, persis seperti perempuan.

Didalam mobil Gulf berceloteh ria, sesekali tertawa padahal tidak ada hal yang lucu. Tapi sekarang bayi besar itu tengah anteng dengan susu stoberry kesukaannya. Mew sendiri memberikan susu itu karena dia sudah pusing mendengar celotehan Gulf.

Sesampainya di depan rumah Mix, Gulf langsung turun dengan tergesa-gesa. Di depan pintu ada Earth yang berdiri dengan membawa kantong plastik yang Gulf yakin itu makanan.

"Phii Earth ngapain disini? Itu apa?" Gulf menunjuk kearah kantong plastik yang Earth bawa.

Earth menoleh menatap bayi kesayangan temannya itu, lalu menoleh kebelakang melihat Mew yang berjalan dengan mengendong tas.

"Ini? Makanan buat Mix" Earth mengangkat kantong plastik itu ke depan wajah Gulf.

"Gulf minta!! Boleh kan??"

"Boleh..." Gulf berteriak senang mendengar jawaban Earth.

"Ada syaratnya...."

"Apa??" Tanya Gulf antusias, dia tidak akan menolak apapun syaratnya demi makanan.

"Cium dulu sini" ucap Earth, tangannya menunjuk pipi kirinya.

"JANGAN NGADI-NGADI LO!! GUE TAMPAR MAU??" Mew berteriak marah. Ucapan Earth sangat sensitif di telinganya.

"Ehh... gue cuma bercanda tau. Baperan amat lo"

"Diem!! Engga usah bacot"

"Phii Mew kenapa?"

Mew tidak menjawab, matanya menatap tajam Earth yang sekarang menundukkan kepalanya. Menyesali ucapannya, padahal niatnya dia hanya bercanda, tapi pawang bayi besar di depannya ini sangat menyeramakan.

"Gulf!!"



"Tetap diam dan dapatkan uang"

-Mew Suppasit


Baby Kana [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang