A

3.6K 347 82
                                    

Selesai mengunci pintu, Beomgyu bergegas keluar menuju kafe tempatnya bekerja. Meski terlalu dini, Beomgyu setidaknya bisa bernafas lega sebab dirinya ga perlu buat desak-desakkan dalam bis nanti.

Langkahnya memelan saat bertemu dengan seorang gadis kecil yang Beomgyu tebak berkisar umur 10 tahun, wajahnya sedikit cemberut ditambah rambutnya acak-acakkan. Beomgyu sedikit gemas ingin gendong.

"Hei, kamu ko kenapa cemberut gitu?"

Anak perempuan itu mendongak kecil, terkejut ketika mendapati ada orang yang sebegitu peduli dengannya.

"Ayah lupa membawaku, sekolah."

Hening sebentar, Beomgyu masih mencerna maksud dari si gadis kecil. Jadi, dia ditinggal, begitu? Oleh ayahnya? Kok bisa?

"Heem, gitu.. Mau aku anterin ngga? Nanti-"

"Gyuhyeon, Nama aku Gyuhyeon."

Beomgyu mengangguk semangat, lalu melanjutkan kalimatnya. "Nah, nanti Gyuhyeon kesekolah sama aku, gimana?"

Masih belum dapati jawaban, Beomgyu melirik kearah jam pada ponsel. Takut sekali jika bis tujuannya terlanjur penuh. Dia itu anti sama desak-desakkan pokoknya.

"Boleh, aku mau, Kak-"

"Beomgyu, nama aku Beomgyu."

"Kak Beomgyu. Aku mau, tapi, mau ke kantor Ayah aja. Boleh?"

Tanpa pikir panjang, Beomgyu mengiyakan sembari menggandeng tangan Gyuhyeon erat. Lagipula, Beomgyu merasa asing dengan seragam yang di pakai oleh Gyuhyeon berasal dari sekolah apa, jadi setidaknya Beomgyu membawa bocah ini ke tangan orangtuanya. Daripada salah sekolah, jatuhnya malu-maluin diri sendiri.

Dan, yah. Sesuai dugaan. Bus kepalang penuh oleh beberapa karyawan kantoran dan anak SMA yang berebut kursi dibagian belakang.

"Nah, Gyuhyeon. Pegang tangan kakak, oke? Kita ga dapat tempat duduk, jadi berdiri, gapapa kan?"

"Eung! Gapapa kok! Yang penting ketemu Ayah!"

Tersenyum lega, Beomgyu menepuk kepala Gyuhyeon pelan. Jadi teringat masa kecil-Ibunya pernah juga lupa membawa anak dalam toko swalayan, sehingga Beomgyu mau tidak mau pulang sendiri dengan jalan kaki. Untung saja berpapasan dengan sang Ibu ditengah jalan.

"Yaampun Gyu, sayang. Ibu lupa belanja bawa anak!"

Beomgyu kecil saat itu hanya ngambek, berakhir dibelikan Ibunya sekotak kue ikan kesukaannya.

Kalau dipikir, lucu juga. Sekarang mah, Ibunya menyogok gunakan isi pulsa. Tipikal anak usil memang, padahal Beomgyu sudah bekerja dan mampu beli pulsa sendiri.

<>

Taehyun menelusuri kembali tempatnya bersama sang anak yang barusan tertinggal di area apotek. Tadi dia kira anaknya sudah kembali masuk ke dalam mobil saat obat sudah berhasil didapat. Gak taunya, si Gyuhyeon belum menaiki mobil. Taehyun jelas cemas.

Saat di persimpangan jalan, Taehyun mengangkat telfon dari sekretarisnya. Memberi kabar akan Gyuhyeon yang rupanya sudah duduk manis di kursi kerja Taehyun.

"Terimakasih, suruh Gyuhyeon tunggu saya disitu, oke? Kalau bisa belikan dia roti dan susu di kantin kantor."

"Gak usah Yah! Hyeon uda mam tadi!!"

"Hei, setan kecil! Kamu kesitu sama siapa, huh? Ayah mencarimu sedari tadi, tau!"

"Sama Beomgyu, kaka Beomgyu."

"Oh, kalo gitu ponselnya kembaliin ke Tante Yuju ya, telfonnya mau Ayah tutup. Tunggu ayah kesitu."

Tidak mengerti apa penyebabnya, namun Taehyun mendadak terpekur dengar nama Beomgyu.

Membuat duda anak satu itu buru-buru menuju kantornya, ingin memastikan sesuatu.

<>

Sesuai prediksi, Taehyun terpaku sejenak ketika Beomgyu yang anaknya maksud, adalah Choi Beomgyu.

Mantan kekasihnya, bertahun tahun yang lalu.

"Dari sekian Beomgyu, kenapa harus Beomgyu kamu, sih?"

Jelas, Taehyun menggerutu, tapi dalam hati. Mana mungkin langsung diutarakan ketika suasana masih normal. Bisa canggung yang ada.

Namun, sepertinya sebentar lagi akan berbeda cerita.

Berdehem keras, Taehyun merusak keasyikan dua orang yang sedari tadi bercanda ria tanpa menyadari kedatangannya.

Dan, tepat ketika Beomgyu berbalik badan menatap Taehyun, oh, bung.. Ini begitu gila. Beomgyu sampai merasa jika waktu sedang di slowmotion oleh sutradara film. Lebay sekali, tapi sungguhan. Beomgyu terkejut menjurus malu melihat Taehyun.

"Lama ga ketemu, Beomgyu. Apa kabar?"

"Eh? Uh, anu, baik kok baik, yeah, as you can see.."

Tertawa pelan, Taehyun paham betul penyebab kagoknya Beomgyu.

"Santai saja, Gyu. Makasih ya, udah anterin Gyuhyeon kesini."

Taehyun berjalan mendekat ke arah anaknya, memeluk erat dan menggendongnya perlahan.

"Gih, bilang makasih dong, Yeonie."

"Makasiih Kak Gyu!! Nanti main lagi ya sama aku!"

Beomgyu meringis kikuk, bingung ingin mengiyakan atau menolak.

"Beomgyu? Beomgyu, hei!"

"Ya, ya, aku mau. Nanti kita main lagi kapan-kapan."

"Bukan itu, astaga. Kamu kenapa? Aku tadi tanya, mau kuantar pulang?"

Baiklah, presentase malu Beomgyu meningkat seribu kali lipat.

"Astaga, aku terlambat bekerja!"

"Kamu kerja, Gyu? Dimana?"

"Di kafe, lumayan jauh dari sini. Aduh, gimana ini Tae?"

Rasa hangat tiba-tiba menjalar dada, ketika Beomgyu memanggilnya dengan vokal mendayu seperti barusan. Sudah lama sekali Taehyun tidak mendengar itu.

"Bolos saja, bila perlu resign. Temani Gyuhyeon saja, mau?"

Tidak sampai disitu keterkejutan Beomgyu, tetapi setelahnya Taehyun berkata, "Atau ngga, jadi pengurus buat Gyuhyeon, bagaimana? Aku nihil waktu buat urus setan kecil ini sendirian, Gyuhyeon butuh 'Ibu'."

Seketika, Beomgyu pingsan di tempat.

Bersambung.

Haloo, balik lagi sama aku! Oke, kali ini aku bawain cerita yang agaknya udah pasaran banget di dunia wetpet. Yaitu tentang duda satu anak💃

Tadinya pengen ngabulin request salah satu readers yang nyuruh bikin tentang ABO, cuman, gimana ya.. agak kaku nulis begituan, nanti deh kapan kapan.. ehe..

Segitu aja, bhay!! Sampe ketemu di chptr selanjutnya 😺

Ray Where stories live. Discover now