D

1.7K 263 29
                                    

"Apa lho, kamu ini. Biasa juga panggil Ibu."

Taehyun mendengus geli, untung saja bisa cepat beradaptasi dengan keadaan. Dia mengerti, bahwa Ibu Beomgyu memang se-supel itu. Bahkan pada dirinya yang notabene mantan anaknya sendiri.

"Kan tidak etis, Tante. Masa panggil orangtua mantan pake 'Ibu'."

"Yaelah, terserahmu aja, nak. Kabar gimana? Saya kaget lho, denger kamu udah nikah, punya anak apalagi."

"Kabar baik, Tan. Ya gitu deh, Taehyun sendiri juga sayang banget udah ninggalin masa muda Taehyun buat nikah cepet. Walhasil gara-gara masih sesama labil, jadi mutusin pisah. Gyuhyeon jadi korban,"

Menghela nafas berat, Ibu Beomgyu seperti merasakan sama beratnya berada di posisi Taehyun. Pernikahan bukan main-main, dan Ia tak mau mencecar anaknya guna dapatkan jodoh. Masih sadar diri, kalau anaknya itu butuh pengawasan ekstra. Layaknya bayi yang terperangkap di tubuh remaja berumur 24 tahun bernama Beomgyu.

"Pasti disuruh Papahmu, benar?"

"Ngga Tan, kebetulan Taehyun dulu lagi dalam masa belangsakan. Pesta tahun baru, mabuk, berakhir bablas buat anak. Jadi, ya.. Nikah. Untung posisinya Taehyun sudah belajar sedikit demi sedikit bantu kerjaan Papah, kuliah Taehyun terpaksa berhenti. Temenin istri hamil di rumah."

Menganga lebar, Ibu Choi ga habis pikir Taehyun mampu cerita segamblang itu terhadap dirinya. Itu privasi sekali, kalau dirinya boleh jujur.

"Nak, seriusan? Segampang itu kamu cerita sama Tante?"

Meremas jemari kuat, Taehyun menunduk tak berani tatap iris wanita paruh baya di hadapannya.

"Taehyun cape, Tan. Bingung juga mau cerita ke siapa lagi. Hitung-hitung, jadi obat rindu karena dulu biasanya juga Taehyun cerita sama Tante, hehe.."

Mengangguk mengerti, beliau menjawab kalimat Taehyun.
"Lalu, Ibu Gyuhyeon mana? Masih sering jenguk anaknya? Atau jang-"

"Itu dia Tan, Gyuhyeon sama sekali belum lihat wajah Ibunya setelah lahir. Dia bilang, kalau dia ngga mau urus anak penyakitan kaya Gyuhyeon."

"Taehyun, saya ga tau harus bereaksi macam apa. Rasanya kaya nonton drama atau sinetron di TV,"

Meminum sejenak teh di meja ruang tamu, wanita itu melanjutkan. "Memang Gyuhyeon sakit apa?"

"Koarktasio Aorta. Bawaan dari Ibu
Gyuhyeon, terlebih saat masih mengandung Gyuhyeon umurnya masih begitu muda sekali."

"Setelah ini, coba cerita sama Beomgyu. Siapa tau bebanmu bisa menurun meski hanya 0,1 persen, ya? Pergilah, jalan-jalan kesuatu tempat bisa jadi opsi bagus hilangkan stress. Saya mau berangkat dulu ke butik."

Bahu Taehyun ditepuk dua kali, gestur beri semangat kepada lelaki itu. Setelahnya, melangkah keluar melewati Beomgyu dan Gyuhyeon yang sedang bermain pasir di teras depan rumah.

Dapat Taehyun lihat dari dalam, Ibu Choi berpamitan kepada Beomgyu lalu menghilang di luar gerbang.

Benar juga, mungkin ke laut tidak buruk. Asalkan Gyuhyeon tidak terlalu lelah, Taehyun tidak masalah.

<>

"Sudah lengkap semua? Ga ada yang tertinggal?"

"Tidak ada Yah, ayo berangkat!"

Gyuhyeon sengaja didudukkan pada kursi belakang mobil, Taehyun butuh ruang untuk mengobrol dengan Beomgyu setelah sudah ceritakan setengah fakta ketika dirumah tadi-sebelum berangkat ke pantai.

"Pantai emang cocok Tae, nanti aku sebisa mungkin awasi Gyuhyeon."

"Mau tau sesuatu ngga, Choi?"

"Ya?"

Beomgyu sontak melirik dan penuhi atensi untuk duda disampingnya.

"Padahal, aku sudah mulai belajar menerima Ibu Gyuhyeon. Belajar mencintai, belajar menjadi suami yang baik. Tapi, semuanya gagal."

Raut ceria Beomgyu memudar, merasa iri kepada mantan istri Taehyun. Segampang itu ya, Taehyun melupakan Beomgyu?

"Yang penting, jangan pernah sekalipun kamu nyalahin Gyuhyeon, Tae. Bisa tumbuh sebesar ini pun, jadi sebuah keajaiban. Gyuhyeon gadis yang kuat."

Dibelakang, Gyuhyeon masih asyik berkutat dengan tontonannya dengan kuping yang disumpal earphone. Sengaja biar ga curi dengar pembicaraan.

"Heum, kamu bener. Aku harusnya bersyukur. Makasih, Gyu. Aku seneng bisa ketemu lagi sama kamu."

Asal Taehyun mau tau saja, Beomgyu dua kali lipat lebih senang.

<>

Keadaan pantai begitu padat, mengingat ini hari minggu dan para manusia beristirahat dari tumpukkan pekerjaan lewat berlibur ke pantai.

"Beomgyu, awasi sebentar Gyuhyeon. Aku mau mengambil bekal di mobil."

"Siap, Tuan!"

Lepas kepergian Taehyun, Beomgyu menghampiri Gyuhyeon yang bermain air di pinggir laut.

"Gyuhyeon jangan jauh-jauh ya. Main airnya disini aja. Jangan lari-lari, jangan kecapekan, jangan-"

"Iya, Gyuhyeon disini doang Kak."

"Nah, sip. Pinter. Kita bikin istana pasir yuk! Tadi dirumah Beomgyu pasirnya sedikit, masih belum puas kan?"

"Boleh?" Mata Gyuhyeon bersinar bahagia, lantas memeluk pinggang Beomgyu kencang.

"Boleh dong, kan cuman main pasir."

Kemudian keduanya memilih lokasi yang agak jauh dari laut, meminimalisir istana pasir dari deburan ombak yang bisa berpotensi menghancurkan.

"Disini ternyata, habis main nanti kalian makan, lho. Ayah tunggu disana. Terutama kamu, Beomgyu. Aku gak mau gendong orang pingsan pokoknya."

Bibir si manis mencebik kesal, diikuti ocehan Gyuhyeon yang menyalahkan ayahnya.

"Cerewet, galak, wuu!"

<>

Membersihkan remahan pasir di pantat, Beomgyu memandang sekitar. Lalu menemukan salah satu penjual eskrim dekat pantai.

"Yeonie, mau beli eskrim ngga? Kalo iya, kita ganti baju dulu. Terus susul Ayah disana."

Gyuhyeon hanya mengangguk antusias, kemudian menghampiri Taehyun setelah berganti pakaian dan membeli tiga buah eskrim.

"Cepet banget? Aku kira masih ganti baju."

"Tadi kamar mandi sepi, jadi buru-buru ganti deh. Takut masuk angin juga. Nih, makan."

Tangannya menyodorkan eskrim rasa strawberry kepada Taehyun, yang diterima baik olehnya.

"Ayah, mau mam dong. Laper." Gyuhyeon yang dalam gendongan Beomgyu merengek, lalu meminta turun kemudian menghampiri karpet yang terdapat bekal mereka.

"Mau makan sendiri atau suap?" Taehyun bertanya memastikan, sebab anaknya masih terdiam walau sendok sudah digenggam.

"Suapin, sama Kak bam aja tapi."

"Huh, aku? Okedeh. Habisin dulu eskrimnya tapi, biar ga meleleh."

Beomgyu mengacungkan jempol, dasarnya dia suka anak kecil. Jadi bisa sedekat ini dengan Gyuhyeon tanpa perlu banyak usaha.

"Gyu, habis makan nanti kita pulang langsung."

"Lho, buru-buru banget?"

"Ya, ini jadwal Gyuhyeon check-up sebenarnya. Juga, Ibu Gyuhyeon mendadak ingin bertemu Gyuhyeon. Jam satu siang nanti."

Bersambung.

Ray Where stories live. Discover now