O

1.4K 195 22
                                    

Kematian Gyuhyeon berdampak besar untuk Beomgyu, yang sudah terbiasa akan hadirnya bocah itu per minggu nya.

Ini terlalu mengejutkan. Di ruang tamu rumah Taehyun dengan Beomgyu, Changmin menyesap cairan pahit kafein bertujuan mampu tenangkan diri. Yora sudah dibawa ke kamar tamu, masih dalam keadaan pingsan.

"Kenapa buru-buru? Ditambah kamu maupun Yora gak ada kasih kabar ke saya kalau Gyuhyeon mau di operasi hari ini. Saya sakit hati, lho. Gimanapun juga, Gyuhyeon anak saya. Yang saya rawat sedari masih bayi tanpa figur Ibu."

Lengan suaminya di elus, akan berbahaya apabila amarah Taehyun memuncak. Dan Beomgyu gak mau hal itu terjadi.

"Jawabannya simple, Yora cuma gak pengen ngerepotin kamu. Dia bilang, ini semua tanggungan dia sendiri sebab udah nelantarin anak sebaik Gyuhyeon sedari bayi. Perihal operasi pun, terpaksa kita gak ngomong ke kamu biar kamu fokus ke calon anakmu sama suamimu, Taehyun. Makanya, saya sama Yora rasa menyembunyikan operasi Gyuhyeon itu jadi opsi terbaik. Maaf, Taehyun. Tapi, kamu berhak bahagia sama keluarga baru kamu."

Disini, Beomgyu mulai gatal ingin angkat bicara.
"Gimana mau bahagia? Kalau Gyuhyeon aja jadi sumber bahagianya Taehyun, Changmin?"

Ya, itu benar. Memiliki keluarga baru gak membuat Taehyun serta merta melupakan yang lama, dan Taehyun menangis keras detik itu juga. Disusul Beomgyu yang terisak lemah.

<>

Upacara pemakaman sudah terlaksana, Yora untungnya kembali sadar dan bergegas mempersiapkan diri sebagai wali duka.

Selama perjalanan, Beomgyu tertidur pulas dalam kondisi mata yang bengkak serta hidung memerah akibat terlalu lama menangis. Taehyun sengaja menaruh Beomgyu di bagian kursi belakang yang longgar, agar tidurnya nyaman.

Yah, bagaimanapun juga Taehyun harus tetap lanjutkan hidup, bukan? Dia harus tegar, mengikhlaskan kepergian putri pertamanya.

"Aku janji, Gyu. Aku bakal rawat keluarga kecil kita nantinya, setelah anak kita lahir nanti," gumam Taehyun penuh tekanan.

Terus berkata seperti itu pada diri sendiri, hingga mobil yang dikendarai sudah tapaki halaman rumah.

"Pegang janjiku, Gyu."

<>

"Taehyun?"

Kasur bagian sebelahnya diraba, terasa dingin. Itu artinya Taehyun sudah diluar sejak lama, gak menemani Beomgyu tidur.

"Gyu, udah bangun? Mau makan?"

Pas sekali, Taehyun datang tiba-tiba setelah Beomgyu bangun dari tempat tidur.

"Kamu kenapa gendong aku dari mobil ke sini? Kan dibangunin bisa, Taehyun. Kasian kamunya, pasti aku makin berat lagi hamil gini."

Taehyun mendekat, kemudian membubuhi ciuman di pipi kanan Beomgyu.

"Gak masalah, masa aku cuma mau terima enaknya aja sih? Biasanya juga di gendong juga, kan?"

"Iya juga sih, hehehe."

Keduanya saling menatap penuh damba, dengan Beomgyu yang duduk di pinggir kasur juga Taehyun yang tumpukan lutut di lantai dihadapan Beomgyu.

Berusaha saling menghibur diri antara satu sama lain, sembari melempar senyum sendu penuh afeksi.

"Taehyun, kamu suami hebat, ayah yang kuat. Gyuhyeon pasti bangga sama kamu. Makasih udah sekuat ini, Taehyun. Kalau mau nangis, gak papa. Jangan ditahan gitu. Kamu punya aku buat sandaran."

Sial. Di detik itu juga, pertahanan Taehyun ambruk. Menangis tertahan dengan paha Beomgyu sebagai sandaran.

Maka, Beomgyu bisa apa selain mengelus punggung juga surai pirang Taehyun dalam pelukkannya?

"Gak papa, nangis aja sampai puas, ya? Aku tungguin."

<>

Keesokkan hari, keduanya terbangun dalam kondisi saling memeluk satu sama lain. Macam hari-hari sebelumnya.

Hanya saja, kali ini agak lucu. Mata mereka sembab, sekaligus membengkak.

Spontan Taehyun dan Beomgyu sama-sama menertawai keadaan masing-masing.

"Jelek banget kamu, Tae. Asli, ngaca sih. Hahaha.."

"Kamu lebih jelek Gyu, bengkak banget gitu. Hahaha.."

Yah, setidaknya karena unsur bengkaknya mata mereka berdua terbangun dalam kondisi yang jauh lebih baik. Gak melulu larut dalam kesediham, bahaya juga untuk kandungan Beomgyu.

"Hari ini, aku cuti. Mau jalan-jalan?"

"Mau, sekalian belanja bulanan. Sabun sampo sama sayuran udah pada abis, Tae."

"Hoo, gitu. Oke. Mau ke makam Gyuhyeon dulu sebelum pergi?"

"Eung! Aku kemarin lupa ngasih buket bunga buat Hyeonie, hehe."

Taehyun menggeserkan diri, guna rapatkan tubuh keduanya yang masih terbaring berhadapan. Hitung-hitung sebagai pengisi daya tubuh seorang Kang Taehyun.

"Sehat terus ya kalian berdua, Ayah gak mau kehilangan buat kedua kalinya."

Senyum manis dan anggukan lucu didapat sebagai jawaban, tentu Beomgyu dengan senang hati menjawab "Iya".

Bersambung.

Gak ada alesan khusus kenapa aku "matiin" chara Gyuhyeon. Aku cuman pengen lebih fokus aja ke keluarganya bapak Taehyun.

Mumpung masih di awal yekan, mwehehehe. Ortunya Gyu sama Tae aja jarang muncul di tiap chap, kan? Soalnya aku bingung, mereka bakal masuk scene yang kek begimana, gituloh :" aku terlampau fokus sama pasangan Taegyu di book ini pokonya. Bye!

Ray Where stories live. Discover now