S

1.2K 180 39
                                    

Anak rambutnya tersapu halus, lumayan buat bulu kuduk Beomgyu merinding akibat dingin. Cuaca pagi ini total mendung, angin terbangkan beberapa daun mati dari pohon sampai nodai makam Gyuhyeon.

"Hyeonie waktu makan piringnya gak pernah bersih sih, pasti makanannya sisa. Jadinya makam kamu cepet kotor gini, hehehe." Beomgyu menyeloteh ringan, diiringi tawa kecut supaya kesepian pergi. Oke, Beomgyu merasa aneh. Memang apa korelasinya antara makan yang gak habis dengan kotornya kuburan?

"Coba aja Hyeonie masih ada, pasti bakal liat adekmu lahir nanti. Eum, kayaknya Beomgyu bakal ajak adek dateng kunjungi Gyuhyeon 4 hari setelah lahir. Sound's good?"
Tentu saja goyangan rumput yang menjawab, bukan Gyuhyeon.

Batu nisan diusap hati-hati, menaruh sebuket bunga setelah dirasa cukup waktu membesuk di hari ini. Beomgyu mulai beranjak pergi, dengan payung pada genggaman. Berjaga-jaga tadi membawa dari rumah, sebab langit memang sudah menggelap sejak subuh.

Kaos putih dengan kemeja hitam besar milik Taehyun yang difungsikan sebagai outer jelas gak mampu halau dingin, terlebih celana yang dipakai kini hanya sebatas lutut berteman sepatu biasa. Beomgyu spontan berkata, "Mampus."

Sesampainya di halte berjarak 3 meter dari area pemakaman, Beomgyu mengesampingkan payungnya sejenak. Dia gosokkan kedua telapak tangan, kemudian didaratkan pada pipi juga perut besarnya. Berupaya ciptakan kehangatan.

Dan, ya. Hujan turun lumayan deras, beruntung Beomgyu terproteksi oleh atap halte. Jadi, ia masih kering seutuhnya.

Bus datang, segera saja Beomgyu naik. Berbekal nekat, dia itu belum izin kepada Taehyun, asal kalian mau tau. Pawangnya itu masih terlelap sebab perbincangan lama mereka tadi malam.

"Aduh, Tehyun pasti udah bangun ini mah. Alamat kena semprotan dari tuan besar ini pasti."

<>

Sesuai ramalan si manis, Taehyun sudah berdiri di ambang pintu bersama tatapannya yang amat menusuk kalbu.

"Cepet masuk, ganti baju yang lebih anget." Hanya itu, tapi seolah-olah menyiratkan kemarahan yang mutlak.

Enggan tambah masalah, Beomgyu menurut lalu bergegas masuk kedalam setelah Taehyun lebih dulu pergi ke arah dapur.

Hawa gak enak mulai rasuki pikiran, tapi Beomgyu abaikan. Tetap lanjut melangkah menuju kamar Gyuhyeon untuk bergelung dalam selimut favoritnya-selimut mini. Tapi, baru saja 10 langkah, kaki Beomgyu bergetar hebat. Sangat lemas walau cuma berdiri.

Beruntung, Taehyun yang memang sedang mencari Beomgyu dengan secangkir teh hijau di tangan buru-buru memapah tubuh lemas Beomgyu. Taehyun kira kesayangannya itu sudah berganti baju dengan pakaian yang lebih hangat di kamar mereka.

"Kenapa malah kesini, sih? Kan aku bilangnya ganti baju, Gyu?"

Gak ada yang salah dengan itu, hanya saja, nadanya yang sedikit tinggi makin buat Beomgyu menggigil ketakutan.

Beomgyu dibaringkan perlahan, terus Taehyun letakkan secangkir teh hijau tadi sembarang di bawah kolong kasur. Faktor gugup ambilkan sweater hangat, melihat wajah Beomgyu yang makin pucat.

"Dasar, suka nyusahin aja."

Dan Beomgyu total menangis diam-diam mendengar perkataan Taehyun barusan, setelah si tampan pergi dari kamar.

<>

Taehyun frustasi, harusnya hari ini dia menghabiskan waktu penuh bersama Beomgyu selagi libur. Bahkan, waffle yang tadi pagi Beomgyu masak dia anggurkan di atas meja.

Dia marah, sebab Beomgyu yang nekat pergi dikala cuaca sama sekali gak bersahabat. Tau betul dia tuh, Beomgyu paling gak tahan sama udara dingin.

Juga, dia rasa ucapannya buat Beomgyu beberapa menit yang tadi terdengar terlalu kasar. Nyatanya, Beomgyu gak semenyusahkan itu. Bahkan kelewat mandiri untuk ukuran orang hamil, yang rela tahan ngidamnya sendiri.

"Mau kuban-"

"Engga, aku bisa make sendiri kok." Sela Beomgyu disaat Taehyun tawarkan diri pakaikan kaos kaki.

Suami manisnya itu masih sempat lempari senyum meski nada bicaranya lirih.

Melihat Beomgyu kesulitan memakai kaos kaki akibat perut buncitnya, Taehyun langsung mengambil alih tanpa meminta persetujuan lagi.

"Gyu, maafi-"

"Aku mau tidur sebentar, kamu keluar dulu bisa?"

Ini yang Taehyun benci, marahnya Beomgyu bukan lewat omelan. Melainkan mendiamkan, bahkan menghindar.

Taehyun menarik nafas gusar, lantas mencium pipi serta perut Beomgyu sekilas sebelum dia sepenuhnya keluar.

"Nanti waktu makan siang, kamu aku bangunin."

Daripada menjawab, Beomgyu hanya tidur membelakangi pintu tepat dimana Taehyun berada.

Beomgyu jadi kepikiran, apa bener dia itu menyusahkan?

<>

Usai jemur baju yang memang sudah Beomgyu cuci pagi buta, Taehyun berinisiatif memasak sekiranya yang cocok buat menu makan siang di cuaca dingin macam ini.

Tapi, lelaki itu hampir terkena serangan jantung ketika melihat Beomgyu sudah berada di belakangnya.

"Kamu ngapain? Mukamu masih pucet, Gyu."

"Masak."

"Tapi aku ini juga lag-"

"Buat aku sendiri, katanya kamu kan, aku nyusahin."

Taehyun skak mat.

"Jangan ngambekkan kaya anak kecil deh. Aku marah ke kamu juga karna khawatir, takut kamu kenapa-kenapa. Kita bisa jenguk Gyuhyeon kapan aja, gak harus di cuaca dingin kaya begini, Kang Beomgyu."

Beomgyu berdecak malas, "Siapa marah? Aku enggak. Ini namanya introspeksi diri, Taehyun. Kata kamu aku nyusahin, ya udah bener dong aku masak sendiri? Gimana sih? Aku juga gak repot-repot bangunin kamu buat anterin aku ke makam Hyeonie, kan?"

"Bukan gitu, Beomgyu.." Taehyun meraung kesal dalam batin.

Panci dalam pegangan Beomgyu sudah diletakkan kembali, lantas kembali menuju kamar Gyuhyeon. Batal masak dia, tuh.

Gak lupa pintu ia kunci, kala mendengar panggilan Taehyun juga langkah kaki pria itu dari arah belakangnya.

"Lah, kok malah jadi ruwet begini dah?"

Bersambung.

Rasanya pengen nge rem-in mulut Taehyun, terus gue caplok tu bibir. G, canda. Nanti nyai Gyu marah..

Y sudahlah, selamat menikmati per drama-an keluarga bapak Taehyun di pgi hari kamis klean semua. Bye, ak mu lnjt tdr.

Ray Where stories live. Discover now