B

2K 308 39
                                    

"Beomgyu sudah bangun?"
Tangan mungil Gyuhyeon mengusap pipi tirus Beomgyu. Disaat matanya mulai mengerjap pelan, Gyuhyeon memekik senang.

"Horee, Beomgyu sudah bangun! Kak Bamgyu bangun, Yah!"

"Heh, diam! Kasian, nanti dia tambah sakit dengar teriakan Yeonie."

Taehyun bangkit, kemudian kembali ke kamar dengan bubur sebagai buah tangan dari dapur.

"Makan dulu, Gyu. Kamu kebiasaan deh, pasti belum sarapan kan?"

Selama jalin hubungan, Taehyun ingat sekali Beomgyu sakit maag. Ditambah Beomgyu yang sering pingsan dulu ketika upacara serta ujian praktek olahraga.

"Ih, Taehyun. Maaf, jadi repotin gini."

"Gak kok, Yeonie senang Beomgyu disini. Beomgyu jangan sedih lagi, dong.." bujuk Gyuhyeon penuh penekanan.

"Tuh, dengar sendiri. Tanggung jawab, Gyu. Anakku kepincut sama kamu."

Beomgyu tertawa lirih, kemudian menggeleng tidak percaya. Kecanggungan dan kegugupan tadi entah menghilang kemana, berganti dengan nyaman yang hinggap.

"Dasar kalian ini, omong-omong Tae, kamu ga balik kerja?"

Taehyun menatap remeh, kemudian dengan songongnya mengangkat kedua bahu. "I'm the boss."

Beomgyu memutar mata jengah, kesal dengan sifat Taehyun yang sudah mendarah daging-savage.

"Oke, Gyuhyeon. Besar nanti, jangan seperti ayahmu ya?"

"Iya, Gyuhyeon maunya jadi diri sendiri aja!"

Lalu, ketiganya terbahak-bahak. Mengisi rumah besar Taehyun yang lumrahnya sepi.

Wah, padahal tadi masih sejauh jarak matahari ke bumi padahal.

<>

Hari sudah sore, dan Beomgyu harus pulang ke rumah. Diantar Taehyun juga Gyuhyeon yang memaksa ikut.

Selama perjalanan, Beomgyu menyalakan tontonan lucu untuk anak seusia Gyuhyeon. Lalu sesekali Gyuhyeon menguap di pangkuan Beomgyu, efek tidak tidur siang.

"Yeonie tidur aja, videonya Beomgyu matiin ya?"

Meskipun tidak rela, Gyuhyeon tetap saja berakhir terlelap dalam dekapan Beomgyu.

"Kang Taehyun, kamu hutang cerita sama aku. Punya anak segemas ini, dan kamu sembunyiin. Keterlaluan."

Taehyun hanya bisa tertawa geli, masih setia menatap jalanan. Hindari tatapan menyelidik seorang Choi Beomgyu.

"Maaf, tadinya ingin mengundang kamu waktu pernikahanku berlangsung. Tapi aku kehilangan kontak dan tempat tinggal kamu."

"Tidak apa, aku memang dulu berniat ingin memutus kontak denganmu. Dan, yeah, aku memang pindah ke daerah Troast. Ga nyangka rupanya kita bisa ketemu lagi."

Hatinya mencelos, Taehyun tidak tahu bahwa Beomgyu betulan berniat menjauh darinya. Memang, perpisahan mereka bisa dibilang jauh dari kata damai. Bersyukur sekali nyatanya mereka mampu kembali akur seperti dahulu setelah seburuk apa perpisahan keduanya kala itu.

"Taehyun?" Panggil Beomgyu lirih, takut membangunkan putri kecil Gyuhyeon.

"Ya?"

"Dimana Ibu Gyuhyeon? Istrimu?"

<>

"Nak, Yeonie sayang, bangun. Beomgyu mau pulang ke rumah."

Tubuh kecil itu digoyang pelan oleh Taehyun, Beomgyu masih membiarkan tubuhnya jadi sandaran Gyuhyeon. Tidak tega membangunkan, lebih tepatnya begitu.

"Masuk saja dulu kedalam, Tae. Aku mau bawa Gyuhyeon ke kamarku dulu."

"Tapi Gyu-"

"Nope, tidak menerima penolakan Tuan Kang Taehyun. Lagipula, jarak rumahku ke rumahmu ga bisa dibilang dekat. Istirahat aja dulu, aku memaksa."

"Ya Ampun, Beomgyu.."

Tanpa basa basi, Beomgyu keluar mobil dan membawa Gyuhyeon masuk kedalam kamar minimalis miliknya.

Ibunya pasti masih berkutat dengan beberapa jahitan baju di butik. Jadi Beomgyu bisa bernafas lega.

Didalam kamar, Beomgyu menyelimuti Gyuhyeon hingga sebatas dada. Masih terngiang-ngiang akan kalimat Taehyun, "Aku dan istriku sudah cerai. Satu tahun yang lalu."

Buat alasannya, Beomgyu pribadi ga mau ikut campur penyebab cerainya Taehyun dengan sang istri. Hei, itu tidak sopan kalau hendak ditanyakan. Tabu.

<>

Cangkir berisi kopi dipegang di tangan kanan, memperhatikan Beomgyu yang masih berkutat dengan HP. Mungkin masalah pekerjaan, berhubung tadi Beomgyu memang tidak masuk kerja.

"Beomgyu, Ibu-maksudku, Tante mana? Belum balik?"

"Ah, Ibu masih lama pulangnya. Paling tengah malam nanti. Biasanya malah menginap di butik Nyonya Park."

"Ooh, gitu. Terus, gimana pekerjaanmu? Omelannya biasa aja atau luar biasa?"

"Aku kena peringatan sekali, berdampak sama gajiku yang terpotong 10%."

Cangkir kopi di taruh, Taehyun bersedekap dada. Tatap telak retina Beomgyu.

"Penawaran aku yang tadi masih berlaku. Gimana? Banyak benefitnya, lho. Cuman jagain Gyuhyeon. Anter-jemput juga, abis itu kelar. Aku gaji gede, deh. Kerja nyantai, gaji ramai."

Tangan kekarnya masuk kedalam saku, kemudian serahkan kartu nama kepada si pemuda manis sebelum ia pamit undur diri sebab Gyuhyeon yang ternyata sudah bangun.

"Di timbang lagi ya, Beomgyu. Hubungi aku kalau minat. Aku ijin pulang dulu."

Sial beribu sial, Beomgyu total frustasi memutuskan hasil akhir.

Yang dia takutkan, jujur saja.

Beomgyu belum sepenuhnya move on, tahu?

Bersambung.

Ray Where stories live. Discover now