End.

1.2K 139 31
                                    

Melihat botol susu yang terdampar di lantai, Taehyun tahan gemas sembari pungut botol tersebut. Moza dipindahkan ke ranjang bayi, sedangkan Beomgyu bangun akibat terkejut.

"Kok udah pulang jam segini?"

"Kamu ini, lho. Suami balik kerja cepet bukannya seneng malah cemberut begitu."

"Ya aku nanya doang, Taehyun. Sensi banget, lagi datang bulan?"

Gak marah, Taehyun malah ketawa kencang hampir bikin tidur Moza terganggu.

"Sembarangan. Tadi kebetulan kerjaan dibagi setengah sama Kak Yuju, biasa. Makanya aku pulang cepet," jawab Taehyun santai. Dia ambil posisi rebahan pada paha Beomgyu, "Kamu lucu banget omong-omong barusan pas tidur bareng Moza, sumpah." lanjutnya kemudian.

"Aku capek banget, tau. Moza nangis terus dari tadi. Akhirnya ku bikininlah dia susu, eh tidur dia bareng aku," adu Beomgyu sembari elusi helai rambut Taehyun. Sedikit lepek, mungkin akibat beberapa kali memakai pomade.

"Nangis kenapa emang? Tumbenan banget sama kamu nangis, hm.."

Beomgyu makin cemberut saja, "Ituu, mainannya gak bisa nyala.. Kan cuma kamu yang bisa nyal-"

"Ya ampun, sayang. Itu baterainya habis. Pantes dong, engga bisa nyala. Maaf, ya? Aku lupa kasih tau kamu."

Dibalas dengusan kecil dari si manis, "Udah aku duga."

Lalu hening sebentar, hanya keduanya yang saling menatap dalam posisi yang masih sama. Di atas kasur.

"Taehyun, Ayahnya Moza, sayangku, cintaku.." sampai panggilan itu buat Taehyun merinding geli.

"Kalau kaya gini, pasti ada udang di balik batu. Mau apa kamu? To the point."

"Eum, gini. Nanti misal Moza udah gede, aku boleh kerja lagi? Please?"

"Gyu, kamu inget kan aku pernah bilang kalau aku gak mau anak kita nanti malah jauh dari orang tuanya sendiri? Udah cukup adek sering ditinggal sama aku, apalagi pas masih di perut kamu dulu. Memang, nunggu gedenya sampe kapan, hm? Coba bilang yang lebih spesifik. Kenapa mendadak begini? Uang dari aku nanti tambah deh."

Taehyun berpindah tempat, menjadi duduk dan membawa Beomgyu ke pangkuannya. Otomatis, lengan yang lebih mungil melingkar apik pada leher sang dominan. Sebagai bentuk kenyamanan.

"Kalau adek udah SMP, mungkin? Ish, pokoknya masih lama Taehyuun. Ini juga cuman pemikiran random aku doang," jawabnya kemudian sambil benturkan dahi ke dada Taehyun.
"Dan uangmu cukup kok, lebih malah. Jangan ditambahh.. Aku tiba-tiba bayangin kalau aku buka toko kue, terus Moza bantuin masak.. Terus-teruus, nanti aku jailin dia pake tepung, pipinya aku colek pake krim, pasti seruu. Gemesin banget, kan Taehyun?"

Taehyun cuman mengangguk-angguk, dalam hati terkikik geli ikut membayangkan bagaimana jika imajinasi Beomgyu itu terjadi. Apalagi Moza dominan lebih ke seperti dirinya, berwajah tegas. Apakah nanti tumbuh menjadi lelaki tampan? Atau semanis Beomgyu?

"Aku pikirin lagi nanti, kedengarannya bagus. Sekarang, kamu nikmatin dulu masa-masa ini, oke? Kita maksudnya. Kita nikmatin dulu selagi Moza masih bayi, masih bisa kita rawat bareng, masih belum tau apa-apa. Karena nanti, kita juga bakalan lepasin dia. Nentuin dia berhak milih gedenya mau jadi apa, nikah sama siapa, kuliah dimana, dan lain-lain."

Mata Beomgyu menerawang jauh, melirik keranjang bayi yang ada disamping ranjang mereka. Benar, Beomgyu harus menikmati itu semua.

Hidup masih bakalan terus berjalan. Ini belum seberapa, masih permulaan. Ah, menyusun masa depan memang gampang, prosesnya itu yang susah bukan kepalang.

Itu sudah jadi resiko pilihan Beomgyu, benar? Menjadi orang tua, sekaligus pasangan hidup-semati seorang Kang Taehyun.

Dan Beomgyu, gak pernah menyesali itu.

End.


Ray Where stories live. Discover now