H

1.7K 232 51
                                    

Malamnya, Gyuhyeon total kenyang tidur selama di kantor. Berujung gadis kecil itu masih terjaga hingga jam 10.

Memilih berbincang ringan dibawah selimut, Gyuhyeon yang berada di tengah antara Taehyun dan Beomgyu makin jumpai titik posisi nyaman. Apalagi diluar kebetulan hujan turun begitu deras, poin tambah euy.

"Kalo ayah punya pacar baru, Gyuhyeon marah gak?"

Si anak yang mulanya menghadap Beomgyu, berbalik menatap Taehyun penuh kebingungan.

"Pacar? Tapi Ayah udah tua, ada yang mau?"

Beomgyu terkikik geli, tangannya senantiasa elusi surai panjang Gyuhyeon.

"Hyeonie sembarangan kalo ngomong, Ayah masih muda tau. Dih," jawab Taehyun ketus, hadiahi Gyuhyeon satu buah cubitan di pipi.

"Memang, pacar ayah siapa coba?"

"Itu, dibelakang Hyeoni."

Seperti boomerang, berganti Beomgyu yang menggembungkan pipi masam. Aih, apa ga kecepatan buat anak seusia Gyuhyeon mengerti arti kata pacaran?

"Lah, Bamgyu? Maksudnya Kak Beomgyu? Kasian dong dia, dapetin Ayah yang galak. Cerewet lagi."

"Gyuhyeon, diajarin ngomong begitu sama siapa?"
Beomgyu angkat suara, gaya bicara Gyuhyeon begitu setara dengan remaja berumur 17 tahun astaga. Beomgyu jatuhnya merasa was-was, takut kalau kalau Gyuhyeon kecimpung dunia dewasa sebelum waktunya.

Mohon dimaafkan ya, Choi Beomgyu kelewat berlebihan dalam menilai sesuatu. Overthinking.

"Ayah lah, siapa lagi?"

"Huuh, iya juga ya. Harusnya aku ga perlu kaget sekaligus khawatir begini."

Taehyun menyahut, "Kamu kenapa coba?"

"Nothing, nanti kalo kita udah nikah jangan sampe ngomong yang engga-engga didepan anak kita nanti Tae. Aku ngancem nih,"

"Wah, siapa yang mau nikahin kamu? Percaya diri sekali, hii."

"Oh, yaudah sih kalo ga jadi benera-"

"Main-main doang Gyu, ampun deh. Gabisa diajak bercanda."

"Ga lucu! Hyeonie, pindah ke kamar tamu yuk! Biar ayah jomblomu itu sendirian disini,"

<>

Suara dengkuran halus menggema, tanda putrinya telah hampiri alam mimpi.

Ya, tadi perlu sedikit usaha buat tahan Beomgyu supaya ga ngambek lagi. Beruntung petir hadir sehingga Beomgyu terpaksa kembali tidur dikamar Taehyun. Takut tidur sendiri si Beomgyu gara-gara petir.

"Belum tidur Tae?"

"Eum? Belum. Nunggu kamu tidur dulu, sini deketan."

Rapatkan tubuh masing-masing, berusaha supaya tidak terlalu berisik dan menjepit tubuh Gyuhyeon.

"Bawahku masih sakit, Tae.. Gak bisa bobo."

"Maaf? Sakit banget Gyu? Aku main kasar ya tadi?"

Anggukan lucu didapat, Taehyun gemas setengah mati.

Tadi sepulang kantor, tanpa sepengetahuan Gyuhyeon, keduanya nekat melakukan sex di kamar mandi. Gak menampik juga, Beomgyu menikmati tiap afeksi Taehyun di setiap jengkal tubuhnya. Begitu lihai menginvasi, mengingat Taehyun memang sudah berpengalaman. Beomgyu bukan kali yang pertama untuk duda dihadapannya ini.

"Tidur sana, biar sakitnya ga kerasa. Besok nanti kamu minta Ibu libur dari butik sehari, aku mau minta restu,"

"Ga romantis, skip. Aku mau tidur aja, sana bilang sendiri sama Ibu. Laki ko cemen, wlee."

Boneka kelinci di tangan Gyuhyeon diambil, lalu jadi senjata untuk pukul bagian lengan Beomgyu.

Dasar pasangan baru.

<>

Taehyun pilih restoran dekat Troast, tempat sesuai diskusikan hal pribadi karena suasananya sepi.

"Jilat tuh ludah sendiri, bilangnya ogah balikkan sama Taehyun."

"Hehehe, ya mana Beomgyu tau Bu. Pelet Taehyun kuat, sih."

"Kuat, apa kamunya yang lemah?" Itu Taehyun yang bertanya. Pasang raut tengil yang mampu timbulkan mual di perut Beomgyu.

Tadi Gyuhyeon sudah diantar ke sekolah, berhubung Ibu Choi mau mengambil hari libur dibantu bujuk rayu Beomgyu-mereka sepakat membicarakan perihal semalam kepada Ibu setelah antar Gyuhyeon.

"Maaf ya, Ibu. Gabisa jadi yang pertama buat Beomgyu. Malah buat Beomgyu jadi dapetin duda."

"Bacot Tae, merendah gitu maksudnya apa aku tanya?"

"hee, malah berantem. Taehyun, masa lalu buat saya ga penting. Yang utama, kamu bisa jadi panutan buat Beomgyu. Bahagiain dia, itu udah lulus dimata saya kok. Ibu restuin, masa iya anaknya dapet jodoh di tolak? Apalagi Kang Taehyun jodohnya."

Telinga Taehyun diam-diam memerah, apalagi pipi Beomgyu. Bung, jangan ditanya. Semerah tomat, tomat busuk.

"Sudah? Itu aja? Ibu mau pulang dulu, kalian berdua aja gapapa. Nanti Ibu pulang naik taxi."

"Jangan!" Jemari Beomgyu dan Taehyun berbarengan menahan ujung baju wanita tersebut. Sebagai bentuk reflek penolakan.

"Ibu pernah muda ya, jadi mohon maaf nih, Ibu lebih milih pulang daripada jadi obat nyamuk kalian. Lagian masih daerah Troast juga, gajauh dari rumah."

Tanpa adanya penahanan lagi, beliau pergi keluar. Dari jendela dalam, Beomgyu mengamati Ibunya yang sudah menghilang dibawa taxi.

"Puas? Udah lega, Kang Taehyun?"

Menyeruput tetes akhir Frappucino, Taehyun tersenyum jenaka.

"Belum, kan belum sampai ke altar. Aku belum puas pokoknya."

Sekali lagi, semerdekanya Tuang Kang Taehyun saja.

Bersambung.

Ray Where stories live. Discover now