Sepulang nya dari caffe mereka tidak langsung pulang melainkan Jennie meminta untuk ditemani membeli beberapa barang di Indojuni.
"Gimana, Bahagia?." Tanya Lisa setiap kali dia keluar bersama Jennie walaupun untuk menemui orang baru.
"Gak." Hanya itu yang keluar dari mulutnya, satu lagi fakta bahwa Jennie menyukai perhatian kecil dari Lisa misalnya ketika seperti ini dia selalu menanyainya.
"Harusnya bahagia kan kamu ketemu sama orang yang kamu sayang." Lisa tersenyum lagi menetralisir rasa sesak didadanya dengan kalimat yang ia ucapkan sendiri.
"Gak."
"Aku setiap hari bahagia karena ketemu sama orang yang aku sayang walaupun dia nungguin orang lain aku bahagia." Lisa berjalan kearah motornya mengambil Helmnya lalu memasangkan nya kepada Jennie, walaupun sekalipun Jennie tidak pernah meminta nya bagi Lisa ini adalah kewajiban, bisa seperti ini saja sudah bahagia dia juga ingin membahagiakan dirinya.
Untungnya Jennie tidak mengenakan rok pendek tapi gadis itu mengenakan Jeans yang pas sekali dengan dirinya semuanya terlihat highclass jika Jennie yang mengenakan sekalipun bukan dari brand terkenal.
"Kapan kamu bisa rasain apa yang aku rasain, mau berapa tahun lagi biar kamu menganggap aku juga punya perasaan Jen." Ucap Lisa mengeluarkan isi hatinya.
"I'm straight." Kalimat itu yang menyadarkan Lisa, dia merasa sudah terlampau batas harusnya dia cukup menjadi apapun untuk Jennie dan jangan berharap dia membalasnya.
"Sorry, Im just emosional.''
"No problem."
Lisa meremas gas motornya untuk mengurangi rasa sesaknya.
Setiap kali Lisa ingin lebih jauh Jennie selalu mengingatkan dirinya bahwa gadis itu stright, bukankah perasaan tidak bisa dipaksakan bukan?
Harusnya Lisa dari dulu sadar dan menjauh tapi apa yang dia lakukan? Tetap disisi Jennie dan merasakan sakit yang terus menerus selama bertahun-tahun.Lisa menyukai Jennie dari saat dia duduk dikelas 3 SD tapi saat itu dia tidak memikirkan dia menyukai gadis itu, dia merasa itu hanyalah perasaan kagum mengingat yang dilihat saat umur segitu hanya cinta seorang laki-laki dan perempuan.
Dia mulai menyadarinya saat duduk dibangku SMP saat Jennie berpacaran dengan orang lain disitu dia selalu merasa aneh dengan dirinya, disaat murid lain berpacaran dia hanya sendiri dan sampai sekarang masih sendiri karena rasanya sudah mati dengan satu orang.
Saat kelas 3 SMP dia mengungkapkan perasaanya tetapi respon Jennie terlihat berbeda dan dia sedikit menjauh, tapi walaupun begitu Lisa tetap seperti biasa menjaga Jennie melakukan hal yang tanpa Jennie suruh, saat ini dia duduk di bangku SMA kelas 1 dia masih menyukai bahkan cintanya sudah sangat sangat dalam kali ini.
Padahal yang menjadi penggemarnya dari kakak kelas juga banyak, yang dari SMP juga banyak tapi Lisa hanya menjadi penggemar nomor 1 dari Jennie.Mereka telah sampai di Indojuni, Lisa mengambil keranjang belanjaan lalu mengikuti Jennie dari belakang, mengapa Jennie terlihat lebih cantik saat serius seperti sekarang ini.
Bahkan Lisa sekalipun rela menjadi apapun untuk Jennie karena ia tidak mampu menolak apapun tentang gadis ini.
Lisa berjongkok dihadapkan Jennie untuk membenarkan tali depan high heels Jennie.
Jennie yang suka dengan perhatian kecil dari adiknya tak mampu menyembunyikan senyumnya setelah Lisa selesai dia kembali dengan wajah biasa saja."Thanks."
"Hal kecil ngapain terimakasih." Mereka melanjutkan memilih barang apa saja yang akan mereka beli dengan Lisa yang tak mampu mengalihkan pandangannya dari muka Jennie.
Setelah selesai membeli barang mereka langsung pulang ke rumah karena hari juga sudah mulai gelap, Lisa sangat suka saat berdua dengan Jennie diatas motornya, karena hanya dengan ini dia merasa sedikit diinginkan ya walaupun hanya beberapa persen tapi sudah lebih dari cukup baginya.
"Kak besok ada acara?." Jennie menghentikan langkahnya menuju dapur lalu menoleh kemudian terlihat sedikit berpikir.
"Hmm, gue free." Melanjutkan langkahnya kemudian menaruh cocacola di dalam kulkas.
"Mau ke pantai? mumpung minggu."
"Boleh, pantai mana jangan yang jauh-jauh amat, tapi pake mobil ya panas soalnya gue kud make sunblock dulu biar kulit gak kebakar." Mendengar ucapan Jennie, gadis itu bersorai ria dengan suara pelan, waktu yang sangat ia tunggu telah tiba, hanya berdua tidak ada KAI atau siapapun.
"Jemput Kai dirumahnya, soalnya nanti gue bingung mau ngapain kalau gak ada dia, dia yang paling ngerti." Baru saja merasakan sedikit bahagia tapi sekarang langsung dihempaskan sejauh jauhnya.
Lisa tersenyum miris lagi dan lagi, dia merasa sadar diri tidak seharusnya dia menjadi penghalang untuk kakaknya hanya karena perasaan konyolnya.
"Iya kak cuman Kai yang ngertiin kamu, besok langsung ke rumahnya? Apa dia yang nyetir pake mobil papa." Jennie berdiri wajah mereka sangat dekat karena Lisa dari tadi berdiri di belakangnya.
"Boleh juga." Lisa tersenyum manis merapikan helaian rambut jennie yang sedikit keluar dari jalurnya, bukan dengan sengaja tapi naluriah nya yang tidak bisa melihat hal-hal yang tidak sesuai jalur, dia orang nya sangat perfeksionis.
Author: "Tapi kok gak perfeksionis sama diri sendiri, gak sesuai jalur disakitin terus masih saja goblok."
Masih sama netra milik kakanya itu sangatlah indah tidak akan pernah bosan siapapun yang akan melihatnya walaupun setiap hari dan dalam jangka waktu yang lama.
"Kenapa selalu baik hm?." Ucap Jennie yang membuat tatapan Lisa kembali tertuju pada netranya.
"Apapun akan aku lakukan untukmu, bukankah aku sudah berjanji sejak dulu? Aku gak rela liat kamu sakit, apalagi mungkin sakit hati kalau aku nolak apapun yang kamu minta." Lisa merunduk, tidak berani melihat kakaknya, Jennie terenyuh melihat Lisa lalu memeluknya, matanya berair entah mungkin karena rasa bersalah.
Lisa kaget dengan Jennie yang memeluknya, dia tau Jennie menangis, mengingat Jennie yang selalu gengsi dengannya dia pura-pura tidak tau biar gadis itu tidak canggung nantinya.
''You know I love you so bad." Tangisan Jennie makin pecah sudah tidak ada rasa malu lagi.
"Hiks, maaf."
"Jangan minta maaf kamu gak salah, harusnya aku yang sadar diri dan biarin kamu bahagia sama orang lain, tapi kenapa rasanya sakit banget kak." Lisa mengarahkan kepalanya keatas membendung air matanya.
"Aku cinta sama Kai kamu tau itu." Lisa mengangguk sambil memeluk Jennie.
"Aku tau."-----------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------
Oke.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERRATED J. [END]
Teen FictionJika ada yang bisa mendeskripsikan sifat yang dimiliki oleh seorang Lalisa Manoban, hanya 1 yang akan terlintas, bodoh.