Keesokan harinya mereka telah siap untuk keluar dengan langsung berniat menjemput Kai, Lisa hanya bisa mengikuti Jennie dari belakang karena tidak mau terlalu dekat dengan Jennie takut merusak momentumnya bersama Kai, mereka berjalan menuju gerbang rumah Kai karena Lisa memarkirkan mobilnya disebrang jalan dekat penjual nasi uduk.
Setelah melihat Kai keluar, Lisa sejenak berhenti menunggu mereka dengan posisi berdiri melihat Jennie yang dipeluk oleh kekasihnya.
Baru saja sudah dibuat sakit apalagi nanti saat di pantai."Lis ayok biar gue yang nyetir." Lisa mengangguk langsung menyerahkan kunci mobilnya.
"Sayang kamu duduk di depan juga ya masa aku sendiri emangnya aku supir." Jennie tersenyum karena tadi dia membuka pintu mobil bagian belakang tapi langsung dicegat kekasihnya.
"Shit."
Kalau begini lebih baiknya Lisa tiduran dirumah main game biar mereka berdua saja yang pergi, dia disini buat apa? Seperti halnya orang asing.
"Kak aku jadi nyamuk mending aku pulang aja deh heheh." Jennie melihat kearah Lisa lupa dengan keberadaan adiknya.
"Jangan." Ucap Jennie manja dan melas gimana Lisa gak luluh.
"Nanti kalau pulang aku gak dibolehin keluar sama Kai." Lisa tanpa berbicara lagi langsung memasuki mobil kemudian duduk dan langsung pura-pura biasa saja padahal hatinya sangat sakit, ingin rasanya dia menangis sekarang, kalau boleh jujur dia merasa sangat lelah dengan hatinya, perasaannya cintanya, tapi hanya melihat senyum kakaknya semuanya berubah menjadi jatuh lagi, jatuh cinta semakin dalam.
Mereka memulai perjalanan, rasanya Lisa ingin tidur segera karena malas melihat dua sejoli di depannya.
"Dibelakang masih ada orang hargai dikit kek sebagai jomblo." Ucap Lisa bergurau tapi hatinya tidak.
"Elah kek sama siapa aja lu Lis, gue mah gak canggung kalau sama lu, iyakan sayang." Jennie mengangguk dengan Kai yang mengelus pipinya.
Lisa mengepalkan tangannya, percuma dia berbicara ujungnya dibuat sakit hati."Iya gue juga punya perasaan apalagi liat orang pacaran, harga diri gue sebagai jomblo dimana." Padahal dia cemburu.
"Mau gue cariin temen gue ada yang jomblo mungkin kalian cocok namanya Sehun siapa tau kita bisa double date." Lisa menggeleng kemudian tertawa sampai matanya hampir berair, dia sengaja tertawa agar bisa menumpahkan sedikit air matanya tanpa dicurigai menangis.
"Nggak dulu deh, gue udah suka sama orang lain hampir 10 tahun jadi percuma, My heart she's mine." Kai bingung kok Lisa menggunakan she tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu.
"He not she." Jennie yang dari tadi gelendotan dilengan Kai sedikit merasa kasihan dengan Lisa, dia tau yang dimaksud dengan she adalah dirinya.
"Udah sayang jangan ditanya lagi."
"Ututututu sayang ku iya aku mau nanya kamu aja deh."
"Nanya apa?." Jennie menatap kearah wajah Kai.
"Cinta pertama kamu siapa?." Jennie sedikit menegang dengan pertanyaan Kai, melirik kearah Lisa yang sedang sibuk dengan handphone nya.
"Kamu lah, aku baru pacaran pertama sama kamu karena aku jatuh cinta pertama kalinya sama kamu, hanya kamu, kamu yang paling ngerti aku, kamu yang bisa bikin aku ngerasa dihargai, aku nyarinya orang yang bisa ngehargain aku dan selalu ada, dan itu semua bisa aku dapatkan hanya di kamu." Lagi lagi Lisa hanya bisa menghela napasnya, walaupun berusaha untuk tidak mendengar tapi tetap saja hatinya terasa sakit.
"Love you tunggu aku sukses lalu jadi ibu dari anak-anak ku mau?." Rasanya Lisa ditampar kenyataan, benar kata Kai, yang bisa jadi ibu dari anak-anaknya hanyalah Jennie, sedangkan dirinya? Sangat mencintai boleh buta jangan.
"Mau." Kai mencium pucuk kepala Jennie, kemudian lanjut menyetir.
Lisa menolehkan pandangnya kearah jalan raya menghapus air matanya lalu pura-pura tertidur dan selang beberapa menit dia benar-benar tertidur.
Lisa terbangun karena merasa terusik dengan seseorang yang menepuk pipinya pelan menyuruhnya bangun, siapa lagi jikalau bukan kakaknya.
"Bangun udah sampe nih emang mau didalem terus?." Lisa menggeliat melihat Jennie didepan wajahnya membuatnya mematung, bagaimana tidak dia seperti dewi yang jatuh dari langit disaat dia membuka matanya.
"Eh udah sampe ya, aku kira belum maaf tadi ketiduran." Jennie mengangguk lalu keluar dari mobil menyusul Kai yang tengah duduk di tepi pantai, suasana pagi dengan orang yang berlalu lalang karena hari minggu jadi banyak pengunjung.
Setelah menyusul JenKai, Lisa ikutan duduk di tepi Jennie, menatap iba dirinya sendiri dikala melihat Kai merangkul gadisnya.
Jennie benar-benar berbeda saat dia bersama Kai, terlihat cinta diwajahnya dan tawanya bisa sangat lepas."Andai Seulgi gue ajak pasti gak akan jadi nyamuk." Dia baru ingat mengapa dia bisa lupa untuk mengajak sahabatnya.
Dering ponsel Kai berbunyi dia sedikit menjauh dari mereka berdua untuk mengangkat panggilan tersebut.Kai kembali duduk dengan mereka, menyediakan bahunya lalu mengecup bibir Jennie singkat, Jennie sedikit kaget dengan perlakuan Kai kali ini.
"Lis gue harus pulang dulu soalnya nyokap masuk rumah sakit, dari semalem demam jagain pacar gue ya." Kai menepuk pundak Lisa lalu kembali mengecup pipi gadisnya.
"Tanpa diminta pun gue pasti jagain dia." Kai mengangguk berpamitan kepada mereka lalu berjalan.
"Eh lu balik naik apa?" Kai mengangkat ponselnya lalu berujar.
"Grab."
Sepeninggal Kai mereka kini tengah asik melihat pemandangan indah di depannya, tetapi bagi Lisa hanya Jennie lah pemandangan terbaiknya."
"Indah ya pemandangan nya." Lisa mengangguk lalu kembali menatap Jennie.
"You're my best view." Jennie menoleh mendapati Lisa yang menatapnya dalam, dia jadi sedikit takut dengan dirinya sendiri.
"Why?."
"Cause I love you so bad." Lagi-lagi Jennie menolaknya dengan memalingkan wajahnya lalu betujar seperti biasa.
"Im stright."
"I know right."
"Kalau sudah tau kenapa masih baik, padahal yang suka kamu banyak, cantik, kalau mau yang lebih kamu pasti dapat." Jennie mengalihkan pandangannya dari lautan kearah netra indah itu.
"Im just fall in love, aku sendiri gak bisa ngendaliin ini semua."
"Jadilah normal, sebenarnya agak risih sama homoseks."
"Maaf."
-
-
-
Bgst
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERRATED J. [END]
Fiksi RemajaJika ada yang bisa mendeskripsikan sifat yang dimiliki oleh seorang Lalisa Manoban, hanya 1 yang akan terlintas, bodoh.