J 8.

6.2K 613 15
                                    

Jennie tidak langsung pulang melainkan menemui Kai dengan wanita itu, wanita itu mengaku pacar dari Kai walaupun Kai berusaha menyembunyikannya dari Jennie.

Berujung antara 2 opsi, memilih Jennie atau krystal.
Nama gadis itu adalah Krystal, wanita cantik yang menjadi saingan Jennie.

Dengan tegas Kai memilih Jennie, Jennie yang dipilih pun merasa senang dan tersenyum licik kearah krystal.
Krystal menangis dengan Kai yang dirasanya egois, Lisa yang mengamati mereka hanya bisa memegang dadanya dan menyeka air matanya, bagaimana Kai dengan mudah mendapatkan Jennie sedangkan dirinya butuh bertahun-tahun untuk bisa menyatakan perasaannya dan ujungnya adalah penolakan.

"Temukan bahagia kamu, aku disini akan selalu melindungi kamu dari apapun itu, datanglah saat kamu merasa bantuan aku dengan senang hati akan memenuhi nya." Ucap Lisa tak didengar siapapun lalu pergi meninggalkan mereka, mungkin benar cinta tidak bisa dipaksakan, cinta tidak harus memiliki begitupun dengan perasaan Lisa yang tidak bisa berpaling dari Jennie.

Lisa menelfon Seulgi karena dia tidak ingin kembali ke sekolah agar gadis itu tidak menunggu motornya.

Lisa berkendara tak tentu arah, mengingat perlakuan Jennie kepadanya saat tau dia melukai Kai, saat Jennie dengan mudah memaafkan Kai, jika sudah begini siapa yang disalahkan? Lisa.

Karena tidak ada yang memintanya untuk berjuang dan selalu ada untuk Jennie, jadi yang mau bertanggung jawab atas perasaannya siapa? Jawabannya adalah tidak ada.

Lisa berhenti ditaman untuk menyegarkan pikirannya, hatinya hancur, dia bukan orang yang dengan gampang menangis tapi kali ini boleh kan dia untuk menangis karena dirasa sangat lelah.

Dia memukul pohon beringin itu dengan cukup keras, sakit di tangannya tak seberapa dengan luapan sakit yang selalu ia pendam dalam hatinya.

"Bodoh bodoh bodoh." Dia terus memukul pohon itu hingga kedua tangannya mengeluarkan cukup banyak darah luka yang kemarin saja belum sembuh ditambah lagi luka segar dari tangannya.

"Gue udah usaha buat lupain lo kak tapi apa? Gak bisa, dan lo juga bilang perasaan gak bisa dipaksakan, terus kenapa lo seolah-olah maksa perasaan gue buat sama yang lain gue udah nyoba." Lisa memukul kepalanya agar Jennie pergi jauh dari ingatan serta hatinya tapi tetap saja tidak bisa, jantungnya berdetak hanya untuk gadis itu.

Lisa terduduk lemas dibawah pohon beringin itu dengan badannya bertumpu pada batangnya.
Tangannya sakit hatinya lelah pikirannya lelah ingin saja dia mengakhiri hidupnya tapi masih mengingat Jennie nantinya akan merasa bersalah, dia tidak mau Jennie nya Kai merasa bersalah.

"Gue tau lo stright makanya gue gak pernah maksain perasaan gue." Lisa memeluk lututnya dengan tangan bersimbah darah.

"Untuk kesekian kalinya gue pengen jadi orang lain biar lo anggap gue ada Jen.!!!" Untung saja taman sepi karena sekarang jamnya orang kerja, jadi Lisa bisa berteriak sepuasnya.

"Tidak semua perasaan harus terbalaskan, I wanna move." Lisa menghapus air matanya berdiri dari tempatnya duduk saat ini berjalan menuju motornya untuk pulang.

Dia berkendara dengan kecepatan sedang untuk menetralisir matanya yang menangis, karena dia tidak ingin terlihat lemah mulai saat ini.

Dia tidak ingin membuat Mama nya khawatir dan dia sedang mencari alasan yang pas saat ditanya nantinya.

Sesampainya dirumahnya benar saja sanga Mama menanyakan kenapa Lisa bisa seperti itu dengan tangan berlumuran darah, dia beralasan terjatuh dari motor Seulgi saat ingin pulang, dia terpental cukup jauh mengakibatkan tangannya mendapatkan darah yang sudah mengering, untung saja dia memukul pohon beringin tadi sehingga dia ada alasan mukanya lebam bukan karena pukulan melainkan terjatuh.

Sang Mama mengobati luka Lisa dengan telaten serta hati-hati, Lisa yang mendapati lukanya dikasih obat merah sedikit meringis karena rasanya seperti dagingnya ditusuk-tusuk benda kecil tajam.

"Aww sakit Ma." Lisa sedikit menjauhkan pipinya dari obat merah tersebut.

"Makanya naik motor hati-hati apa mau ke rumah sakit apa perlu ada yang dijahit?." Mendengar kata rumah sakit Lisa menjadi bergidik apalagi sampai dijahit, sedang mendengar jarum suntik saja dia merinding apalagi sampai dijahit.

"Nggak lah ma luka kecil ini seminggu juga udah sembuh." Mamanya diam mengerutkan keningnya.

"Kok lebam bukan lecet?." Mampus si Lisa dia bingung ingin menjawab apa.

"Hmm kejungkal ma, yang jadi alasan bawahnya tanganku makanya yang lecet tangan doang." Tidak ingin berprasangka aneh sang Mama mengiyakan.

"Apa perlu telfon Papa?." Lisa menggeleng cepat.

"Lebay banget sih ma."

"Kakak kamu gak ikut pulang? Harusnya dia yang nemenin kamu saat begini bukan dia terus yang may ditemenin sama kamu." Mamanya mendengus seraya mengobati tangan Lisa lalu memberikannya perban.

"Mungkin dia lagi sibuk, kakak gak pernah minta ditemenin aku yang mau nemenin dia heheh." Lisa tidak ingin jujur jika dia membolos hari ini untuk menemui Jennie di rumah sakit.

"Yaudah kamu ganti pakaian, mandinya pake tisue basah aja biar lukanya gak kena air." Lisa mana mau mandi hanya dengan tisue basah yang ada tisunya cuman buat lap muka.

"Dih nggak lah ma, aku tetep mandi tapi usahain lukanya gak kena." Mamanya mengangguk lalu membereskan kotak P3K.

Baru ingin beranjak ke kamarnya Jennie pulang berdiri tak jauh dari tempatnya diobati.

"Adik kamu jatuh dari motor kok gak dianterin pulang." Jennie menatap kearah Lisa menyipitkan matanya baru menyadari keadaan Lisa saat ini sangatlah memprihatinkan padahal dia perempuan bisa-bisanya mendapatkan pukulan tepat diwajahnya akibat Jennie sendiri.

"Mana aku tau dia jatuh, jatuh dimana dek?." Lisa menggeleng lalu tersenyum.

"Bukan apa-apa, tadi jatuh pas mau ambil barang dirumah Seulgi." Ucapnya lalu menaiki tangga menuju kamarnya, Jennie langsung merasa haus tidak menyangka Lisa benar-benar seberani itu, apakah Kai akan seberani Lisa dalam mencintainya.

Jawabannya adalah tidak, karena dia sudah berani selingkuh Jennie idiot(author).

Hatinya merasa sakit melihat keadaan Lisa yang seperti itu hanya karena ingin membelanya, bahkan rela mati sekalipun Jennie memintanya.

"Maaf." Hanya itu yang ia ucapkan walaupun tidak didengar oleh siapapun.

.
.
Part teranjay.

UNDERRATED J. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang