Bab 4. Di Hari yang Hujan

256 39 0
                                    

Bab 4
Di hari yang hujan

"Monsters are real,
ghosts are real too.
They live inside us, and sometimes, they win."

– STEPHEN KING,
"THE SHINING"

***

SEHARIAN ini, Sofia akan meninggalkan Arjuna sendiri. Lagi-lagi, rumah sakit Cendana akan mengadakan rapat secara besar-besaran yang melibatkan banyak pihak. Ini tentang projek rumah amal yang akan mereka lakukan. Banyak rumah sakit lain yang menginginkan kerja sama dalam kegiatan ini.

Pukul enam tepat Sofia bangun, menyiapkan sarapan untuknya dan Arjuna, sepiring omelet dan susu cokelat. 15 menit kemudian, Arjuna datang, telah siap dengan seragam sekolah dan tas punggungnya.

"Hari ini kau bersama dengan tante Riana dulu ya." Sofia berkata sembari merapikan dasi Arjuna. "Tante Riana akan menjemputmu pulang sekolah nanti."

"Oke."

Selalu begitu, Arjuna tidak pernah tanya kenapa tiap kali dia dititipkan ke rumah Riana. Lebih tepatnya mungkin tidak peduli. Tapi kemudian dia akan protes pada Sofia setelah urusannya selesai. Berkata panjang lebar bahwa ia menyesal karena sudah mengiyakannya. Menurutnya keluarga Riana tidak semenyenangkan yang terlihat.

Arjuna pandai sekali berbicara di umurnya 10 tahun. Akibatnya banyak sekali orang dewasa yang tidak suka padanya, karena merasa tersaingi dengan seorang bocah yang bahkan belum memasuki usia remaja. Beruntungnya Arjuna tidak pernah ambil pusing tentang itu.

"Awas jangan protes nanti!" Peringat Sofia.

"Aku akan selalu begitu. Tergantung bagaimana mereka memperlakukanku," jawab Arjuna.

Sofia terkekeh. "Kau berlebihan," katanya. Mereka sudah tiba di depan gedung sekolah Arjuna beberapa menit yang lalu. Setelah memeluk Sofia singkat, Arjuna masuk ke dalam.

***

Selama satu setengah jam, yang Sofia lakukan hanya duduk terdiam di barisan paling belakang mendengarkan bagaimana direktur rumah sakit Cendana memaparkan projek rumah amal mereka. Di sebelahnya seniornya sedang menyimak dengan saksama point-point yang dibicarakan, tak jarang juga mengajukan pertanyaan pada hal yang belum dimengertinya.

Rapat bertempat di aula rumah sakit dan dimulai tepat pukul sembilan pagi. Molor satu jam dari yang dijadwalkan karena menunggu para tamu datang.

Sofia merasa bosan. Posisinya tidak sepenting manusia-manusia di samping kanan-kirinya. Dia tidak mempunyai jabatan tinggi, hanya merasa beruntung karena diberi ruangan khusus praktek setelah mendapatkan sertifikasinya. Jika saja para seniornya tidak memaksanya ikut, mungkin Sofia sedang dalam perjalanan pulang usai menjemput Arjuna dari sekolah. Sofia juga sudah hilang minat menyimak perdebatan para dokter. Dia lebih memilih memandang keluar jendela yang menampakkan langit hitam kelabu. Perlahan langit itu meneteskan jutaan airnya membasahi bumi.

Ponsel Sofia yang sedang dalam mode silent menyala, menampilkan sebuah notifikasi pesan dari Riana.

Ini aku Arjuna, aku ingin kakak segera menjemputku ketika urusan kakak sudah selesai.

Aku tidak mau berlama-lama di sini.

Semoga saja kakak tidak pulang larut malam.

Sebuah senyuman tersemat pada wajah Sofia saat membaca dua baris pesan yang Arjuna kirim. Sudah hafal dengan kebiasaan Arjuna yang akan mengiriminya pesan lewat ponsel Riana ketika dirinya sudah merasa tidak nyaman dengan situasi yang ada di rumah Riana.

THE CHILD [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang