Bab 12. Pencarian

92 21 2
                                    

Bab 12
Pencarian

***

DEAN terpaku menatap layar laptop yang menampilkan email dari seseorang. Ia menghela nafasnya kasar, kemudian memukul meja keras-keras. Sudah beberapa minggu berlalu, namun belum ada kemajuan dalam mencari target yang di maksud. Mr. Jenkins nyaris tiap hari meneleponnya, memberondongnya dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya pusing.

"Mereka benar-benar seperti tertelan bumi," seseorang masuk sambil membaca secangkir kopi hitam panas. Ditariknya kursi yang menjadi tempat duduk Dean, lalu mengambil kursi lain sehingga posisinya sekarang berada tepat di depan laptop.

Dean hanya terdiam. Pandangannya tak lepas dari seseorang yang kini sibuk mengotak-atik laptopnya, membuka sebuah file yang ia sendiri tidak mengerti apa itu.

Hingga tiba-tiba orang itu berkata, "Aku tidak mengerti mengapa mereka sama sekali tidak meninggalkan jejak."

Marco, sahabat Dean, yang tadi menerobos masuk ke dalam kamarnya dan mengambil ahli tempatnya di depan laptop. Marco ahli dalam peretasan. Ia bekerja dengan sekelompok orang berpengaruh yang menggunakan jasanya untuk meretas berbagai hal. Kemampuannya sudah tak diragukan lagi. Pemuda dengan rambut keritingnya itu bahkan pernah meretas seluruh cctv yang terdapat disepanjang kota.

Seperti yang dilakukannya hari ini. Dean dan Marco bersama-sama meretas data dari seluruh cctv yang terpasang di segala penjuru kota. Menimbang-nimbang jalanan mana yang sekiranya dilalui oleh target mereka. Namun, hingga saat ini, mereka tidak menemukan apapun.

Malam sebelumnya, mereka mendapat laporan bahwa target berhenti di sebuah toko buku. Namun setelah itu, tidak ada yang mengetahui ke mana mereka pergi. Marco sudah mencoba mencari data cctv dari daerah toko buku yang di maksud dan mereka menemukan sebuah kejanggalan. Data dari cctv di hari itu lenyap tak berbekas. Keduanya menduga bahwa data itu sengaja dihapus oleh seseorang.

"Di luar dari kawasan itu, ada beberapa tempat yang tidak terpantau cctv," gumam Marco, tangannya dengan lincah mengetikkan sesuatu pada laptop milik Dean. Hingga muncul satu titik merah pada layarnya.

"Ini tempat menuju perbatasan?" Tanya Dean begitu titik merah itu ia teliti.

Marco mengangguk. "Benar. Mungkinkah mereka sudah pergi dari kota ini?" Tanyanya.

Dean lagi-lagi memukul meja keras-keras. "Damn it!" Ia kemudian menatap Marco sambil berkata, "Apapun yang terjadi pantau terus keadaannya dan cari mereka!"

***

Sementara itu, di rumah sakit Cendana, semenjak berita itu muncul, banyak dokter serta karyawan di sana nampak tak percaya. Terutama setelah berita hilangnya Sofia merebak ke kalangan masyarakat. Banyak dari mereka yang nempercayai bahwa Sofia pelakunya.

Aditya, yang menjadi paling dekat dengan Sofia tiap harinya tak henti mendapatkan berbagai pertanyaan seputar perempuan berambut pendek itu.

"Aku tidak tahu!" Bentak Adit pada segerombolan suster yang selalu mendekatinya tiap jam istirahat. Mereka datang hanya untuk menanyakan 'adakah kabar terbaru mengenai Sofia?'

"Aih, kau kan—"

"Apa? Aku dan mbak Sofia hanya rekan kerja. Dia bukan siapa-siapaku. Berhentilah bertanya ini-itu," potong Adit seperti biasa dengan logat Jawa-nya yang kental.

THE CHILD [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang