Bab 17. Tempat Asing

56 15 0
                                    

BAB 17.
TEMPAT ASING

***

"LEBIH cepat lagi, Zoya!!" Teriak Kevin di tengah pelarian diri mereka. Yang diperintah, segera menginjak gas kuat-kuat membuat mobil yang dikendarai melaju cepat membelah jalanan kawasan hutan.

Kevin kembali lagi menengok ke kaca spion, memastikan mobil mereka terbebas dari mobil-mobil lain yang berada di belakang. Beberapa saat yang lalu, suara tembakan mengusik mereka. Ia sudah menduga ini akan terjadi. Kedua manusia asing yang ternyata orang suruhan Mr. Jenkins itu membawa antek-antek mereka untuk mengepung. Orang-orang itu bersenjata dan sudah berulang kali melepaskan tembakan hingga mengenai bumper mobil milik Zoya.

"Menunduk! Dan jangan sekalipun mendongakkan kepala kalian jika aku tidak memintanya," perintahnya pada Sofia serta Arjuna yang kini menundukkan kepala mereka. Ia lalu beralih pada Zoya. "Zoya, menyetir dengan benar. Aku akan mencoba menembak ban mobil mereka."

Kevin lalu mengeluarkan shotgun dari balik dashboard. Sebuah tembakan ia lepaskan, namun belum tepat sasaran. Ia melongokkan kepalanya, membidik tembakkannya hingga tepat mengenai ban mobil sang lawan. Tidak hanya satu mobil, Kevin telah berhasil menembak ketiga ban mobil yang mengikuti mereka. Mobil-mobil itu sempat berputar-putar tanpa arah lalu berhenti di tengah jalan, dua di antaranya bertabrakan hebat. Zoya mengambil kesempatan itu untuk mempercepat laju mobil mereka.

"Mereka tidak akan mengikuti kita lagi, bukan?" Sofia bertanya, sembari memberanikan diri untuk melihat ke belakang. Sejak tadi ia duduk di bawah sembari memeluk Arjuna erat-erat.

"Ku rasa untuk sekarang kita aman," timpal Zoya.

Mobil milik Zoya melaju di tengah keheningan. Sofia terdiam di kursi belakang sembari menatap jalanan yang hanya terdapat pohon-pohon tinggi sejauh mata memandang. Ia tak pernah melepaskan pelukannya pada Arjuna sedetikpun. Sofia bisa merasakan bagaimana jantung bocah itu berdegup sangat kencang.

Hari sudah mulai beranjak siang. Mobil mereka sudah keluar dari kawasan hutan dan kini melaju di jalan setapak dengan ladang rumput di kanan-kirinya. Sejauh ini, mereka satu-satunya yang berada di tempat itu. Tidak ada bangunan apapun atau eksistensi manusia sekalipun. Tapi mereka butuh makan, Zoya menyambungkan ponselnya dengan internet, berusaha membaca lokasi mereka saat ini.

"Beberapa meter lagi ada sebuah bangunan. Mungkin kita bisa ke sana," kata Zoya.

Seumur hidupnya, Sofia tidak pernah mendatangi tempat ini. Pemandangan hijau itu berganti dengan bukit-bukit gersang dengan sedikit rerumputan yang tumbuh, tidak begitu tinggi seperti saat di hutan. Hanya ada mereka, seolah mereka satu-satunya mahkluk hidup yang tersisa di bumi.

Zoya benar. Di depan mereka kini terdapat bangunan kecil terbuat dari kayu yang sudah reyot di beberapa tempat. Begitu masuk ke dalamnya, tempat itu terpenuhi oleh debu-debu tebal di berbagai sudut ruangan. Beberapa kursi serta meja sengaja disusun rapi seperti susunan pada cafe-cafe di kota. Tepat di samping bangunan kecil itu terdapat gas station.

"Permisi!" Panggil Sofia. Suaranya menggema. "Sepertinya tidak ada orang.. Kevin! Apa yang kau lakukan?"

Sofia memekik pada Kevin yang berjalan santai menuju ke balik meja yang sepertinya meja kasir, karena terdapat mesin ketik di sana. Pemuda itu menyentuh apa saja yang menarik perhatiannya.

"Hello! Kami ingin makanan," ujar Kevin sedikit keras, menghiraukan Sofia. Tangannya mengetuk-ngetuk meja dan mulutnya mulai bersiul.

Tak berapa lama muncul seorang pria tua dengan kemeja kotak-kotak birunya yang mulai memudar. Pria itu juga menggunakan celemek cokelat yang kusam. Rambut ikalnya yang sudah sepenuhnya berwarna putih sedikit menutupi wajah penuh keriputnya. Kakinya terbalutkan celana hitam dan mengenakan sepatu cokelat yang sepertinya dipenuhi noda lumpur.

THE CHILD [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang