01

433 40 0
                                    

Angin meniup helai rambutku, aku tetap sibuk dengan buku yang aku baca sambil menikmati es kelapa muda yang aku pesan. Satu persatu halaman ku buka. Ah iya hari ini aku sedang berlibur ke pantai bersama sepupuku, Jeon Jungkook. Dia 2 tahun lebih tua dariku, jadi aku memanggilnya oppa (kakak). Pantai yang aku datangi sangat indah, sekarang pukul 5 sore tepat sekali untuk menikmati matahari tenggelam. Jungkook berlari dari dalam villa membawa kamera besar sambil tersenyum bahagia. Dia lebih muda dariku tapi dia sangat menjagaku. Aku dekat dengannya sejak kecil, rumah kami bersebelahan.

"Aku ga mau lewatin ini!" kata Jungkook dengan antusias menyiapkan kameranya. Dia mulai membidik lensanya ke arah barat. Aku hanya tersenyum melihat tingkah Jungkook seperti anak kecil yang sedang menonton pertujukan lumba-lumba. Aku menghampirinya, berdiri disampingnya sambil mengangkat tanganku untuk menutupi cahaya silau matahari. Sangat indah, kami menikmati sore hari bersama dipinggir pantai.

"Jung ayo kita foto bareng! Jungkook ayo lihat sini." Aku menarik kaos Jungkook agar dirinya menghadap ke arah kamera ponselku.
Sedang asyik kami mengambil foto tiba-tiba suara teriakan datang dari belakang kami, suara orang meminta tolong. Aku mencari sumber suara, terlihat sebuah tangan diantara gelombang laut. Jungkook langsung berlari menghampiri suara seorang wanita yang berteriak tadi, aku mengikuti dibelakangnya.

"Dia, dia mau tenggelam!" Jungkook panik melihat peristiwa yang sedang kami lihat. Dia melihat ke kanan dan kiri mencari penjaga pantai tapi tidak ada. Orang-orang sekitar kami hanya menonton dengan wajah kaget, terkejut, panik.

Entah apa yang mendorongku tiba-tiba saja kaki melangkah menuju pantai, dengan wajah panik aku melihat gelombang laut. Kakiku dingin terkena air, hatiku ingin sekali menolong orang itu. Sebuah tangan meraihku, Jungkook dengan wajah khawatir menarikku menjauhi air.

"Apa yang kamu pikirkin si!" Dia membentakku karena takut aku terluka. Tanpa berpikir panjang dia berlari ke laut lalu menyelam. Aku berteriak kencang melihat Jungkook hilang dari penglihatanku. Sudah 5 menit dia berada di dalam air, langit semakin gelap. Wanita yang sedari tadi menangis kini semakin tenang, dirinya seperti pasrah. Aku menghampiri wanita itu dan aku rangkul untuk menenangkannya.

"Percaya aja dia selamat. Sepupuku jago berenang kok" Kataku dengan suara yang terisak-isak. Perasaanku sangat kacau, menunggu Jungkook tidak kunjung keluar dari air. Akhirnya dia muncul ke permukaan bersama seseorang. Wanita yang tadi disampingku berlari mendekati Jungkook. Badannya lemas, terbaring diatas pasir dengan nafas yang hampir habis. Seorang laki-laki yang ia selamatkan tidak sadarkan diri, kakinya berdarah.

Aku menghampiri Jungkook, aku genggam tangannya dan aku bantu dia duduk. Wajah Jungkook memperhatikan lelaki tadi, dia mendekatinya dan mencoba membangunkan lelaki itu.

"JIMIM BANGUN JIMIN!!" Jungkook berteriak pada lelaki itu, sepertinya Jungkook mengenalnya. Dia mencoba memberikan CPR, berulang kali menekan dadanya, memberikan nafas buatan, dan akhirnya lelaki itu terbangun. Matanya sayu, badannya masih sangat lemas. Wajahnya seketika berubah, ia mengerutkan dahinya, tangannya bergerak hendak meraih kakinya yang terluka.

"Gausah banyak gerak, sekarang aku bawa kamu ke rumah sakit" Jungkook membantu mengangkat lelaki itu. Sedangkan wanita tadi mengikuti Jungkook yang membawa lelaki itu. Kami memasukannya ke mobil, aku membawakan barang-barang milik Jungkook, dengan cepat Jungkook menyalakan mesin mobil. Sepanjang perjalanan lelaki tadi hanya menahan sakit kakinya.

"Jungkook pelan-pelan" Aku melihatnya sangat panik, aku coba mengusap lengannya. Akhirnya kami tiba di rumah sakit terdekat, mobil berhenti didepan IGD. Para perawat membawa lelaki bernama Jimin tadi ke ruangan untuk diperiksa. Kami mununggu.

"kamu kenal sama dia?" tanyaku pada Jungkook.

"Jimin. Dulu dia teman kampusku. Tadi aku liat lukanya lumayan parah, kayaknya dia kena batu karang" kata Jungkook. Lelaki bernama Jimin itu temannya semasa kuliah S1, pasti sangat terkejut saat mengetahui bahwa ia temannya. Aku meminta Jungkook mengganti pakaiannya, aku berikan tas berisi pakaian yang kami bawa. Aku menemani wanita yang aku pikir mungkin teman atau keluarga Jimin.

"Udah ya tenang aja, dia udah ditangani" kataku padanya, aku usap punggungnya. Tangisan dia tidak berhenti.

"Dia kakakku satu-satunya. Aku gamau mau kehilangannya" wanita ini adalah adik Jimin? Pantas saja dia tidak berhenti menangis. Aku memeluknya memberikan sedikit ketenangan, aku rasa usia dia tidak jauh dariku. Jungkook kembali dari kamar mandi, dia melihat aku memeluk adik Jimin dan wajahnya sedikit bingung.

"Kalian kenal atau?" Jungkook membuat adik Jimin melepaskan pelukanku. Aku berkata pada Jungkook Aku cuma mau kasih pelukan biar tenang. Saat ini kami bertiga menunggu hasil pemeriksaan Jimin. Seorang dokter keluar dan menjelaskan kondisi Jimin. Kakinya kemungkinan menghantam benda keras sehingga ada luka yang membuatnya harus mendapat jahitan, untunglah tidak ada patah tulang hanya saja dia harus berhati-hati sampai jahitan itu kering. Dokter itu juga menjelaskan ada lebam dikakinya sehingga mungkin akan membuat pergerakannya sedikit susah. Adik Jimin terus menangis, aku sandarkan kepalanya di bahuku. Kami memberikan salam pada dokter tadi sebelum dia meninggalkan kami bertiga.

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang