04

129 25 1
                                    

Hari Minggu ini aku pergi ke perpustakaan untuk mencari refrensi baru, mengubah semua proposal yang kubuat. Aku membaca setidaknya 3 buku hari ini, dan memberikan beberapa tanda disetiap halaman yang aku pikir penting. Tiba-tiba seseorang duduk disampingku, wangi yang sangat familiar ini pasti Jungkook. Dia duduk lalu menyandarkan kepalanya di meja sambil berkata — kenapa kamu harus sepupuku si? — seperti yang aku pikirkan. Entah kenapa dia berkata seperti itu sekarang. Dia terus melihatku dengan kepala yang menempel dimeja, lalu jari tangannya meraih buku yang sedang aku baca. Dia iseng membuka-buka halamannya seperti mengintip. Aku melirik padanya memberikan isarat untuk diam. Dia menarik kembali jarinya, sekarang kepalanya bertopang dengan dengan tangannya, masih melihat ke arahku —yaaaah So Hyuuuun, kamu ga laper???
Dia berbicara hampir seperti orang meniup, sangat pelan. Lalu dia tersenyum lebar, kemudian berubah cemberut sambil menepuk-nepuk perutnya. Anak ini sedang meminta perhatianku, dia mengajak makan siang bersama. Aku menghela nafas dan menutup buku yang aku baca. Jungkook yang kegirangan mendorong keras kursinya membuat semua pengunjung perpustakaan melihat kearahku, sangat memalukan. Aku memberikan isarat untuk diam pada Jungkook dan mendorong perlahan kursinya. Kami keluar perpustakaan, tanganku digandeng oleh kakak sepupuku yang sangat tampat ini.

Kami makan disebuah restoran yang cukup mahal, tentu saja Jungkook yang membayar ini semua. Dia selalu saja seperti ini, memperlakukanku seperti tuan putri.

"ini berlebihan Kak" kataku pada Jungkook saat melihat semua makanan yang sudah tertata dimeja. Jungkook hanya menggeleng sambil ternyesum manis. Beberapa seperti asing bagiku, aku bahkan tidak mengerti cara memakannya, bagaimana ini? Aku melihat Jungkook bagaimana dia memakan makanan ini, ah pisau dan garpu. Aku ikuti saja dirinya tapi tiba-tiba dia menukar piring makanan kami. Aku sedikit terkejut dan bingung dengan sikapnya, Makan yang banyak ya— katanya sambil meletakan piring didepanku.
Sesekali dia nyuruhku untuk membuka mulut dan mencicipi makanannya. Satu hal yang membuatku semakin membuatku bahagia saat bersamanya, dia tidak sengaja menumpahkan minuman ke meja dan kami hanya tertawa. Kebodohannya kadang sangat menghibur.

"Aku belum ngomong sama kak Jimin" Aku tiba-tiba mengganti topik pembicaraan. Aku masih belum memberitahu Jimin soal itu, dan Jungkook mau membantuku membuju Jimin. Dia mengambil ponselku dan menelpon sahabatnya ini.

"Mau kok. Besok chatt dia aja katanya" Jungkook berbicara dengan mulut yang terisi daging. Kami makan siang sampai kenyang dan aku tidak bisa kembali belajar dengan perut yang terlalu penuh ini.

Hari berikutnya.

Aku duduk di studio kampus, melihat Lia menari begitu luwes sepertinya dia sudah mendapatkan ide untuk tugas praktikum akhir semester. Aku bingung apakah harus bicara apa pada Jimin, aku tidak begitu mengenalnya pasti akan sangat canggung meminta dia melatihku. Lia duduk lesu disampingku dengan penuh keringat dan dia teguk air minum dalam botolnya. Dia mengusap semua keringat dengan handuk kecil berwarna pink.

"Kamu sudah dapet ide baru?" Tanyaku pada Lia

"Aku kemaren coba DM kak Jimin, dan dia banyak memberiku saran. Aah baik banget pokoknya, jadi pengen ketemu terus ngobrol bareng" Lia terlihat sangat bahagia menceritakan Jimin, dan dia sudah terlebih dahulu minta sarannya?! Aku semakin tidak enak dengan Jimin. Pikiranku sangat tidak karuan, aku duduk sambil menggigit jariku dan aku pergi ke kamar mandi mencari ketenangan. Entahlah ku rasa kamar mandi adalah tempat mainstream semua orang saat galau. Aku melihat pantulan diriku, aku pejamkan mata lalu mencuci mukaku dengan cepat. Ponselku berdering, mungkin Jungkook yang kelaparan minta makan bersama. Saat aku lihat layar ponselku, jantung rasanya ingin melompat keluar tubuhku. JIMIN, dia menelponku? Kenapa aku harus berdebar begini.

Aku angkat saja dengan hati-hati, suara lembutnya terdengar sangat empuk, dia menanyakan apakah aku ada acara sore ini atau tidak. Jimin mengajak bertemu, dia ingin ngobrol lebih panjang terkait tugas akhirku. Aku iyakan saja ajakannya dan 30 menit lagi dia datang menjemputku. Rasanya seperti mimpi, aku tahu dia teman Jungkook tapi selama ini aku belum pernah bertemu dengannya. Aku menyadari satu hal saat ini. Mukaku. Tidak memakai make up apapun. Aku raba isi tas dan mengambil compact powder serta liptint. Begini saja ku rasa cukup, setidaknya tidak begitu pucat. Kenapa aku dadan?
Ini bukan kencan So Hyun!
Aku keluar kamar mandi dengan jantung yang masih melompat tidak karuan.

"Sohyun kemari!" Lia memanggiku dari jauh

"Aku rasa kak Jimin sedang menyukai seseorang" kata Lia sambil menunjukkan status twitter terbaru milik Jimin. Aku rasa Lia sedikit ge-er dengan status ini, dia baru saja chatt dengan Jimin lewat DM di twitter dan dia mengira status itu untuknya. Astaga bagaimana kalo dia tahu Jimin menjemputku sebentar lagi.

"Lia, aku pergi dulu. Mau cari refrensi, otakku masih buntu" Aku pura-pura pergi ke tempat lain, aku menunggu Jimin ditaman depan kampus. Aku lihat mobil bmw berhenti didepan kampus, seseorang dengan hoodie hitam, masker dan kacamata berjalan kearahku.

"Maaf nunggu lama ya?" Dia bicara padaku?

"Kak Jimin?" Kataku untuk memastikan.

Dia membuka maskernya lalu tersenyum. Oh tidak dia terlalu manis untuk hal itu, dia pakai maskernya lagi lalu menggandeng tanganku menuju mobil.

Aku hanya diam saja, Jimin memutar sebuah lagu agar tidak sepi. Dia mulai pembicaraan dengan membahas lagu yang sedang diputarnya, pengetahuan dia tentang musik cukup bagus, mungkin karena dulu dekat dengan Jungkook jadi wajar dia tahu banyak hal soal musik.

"Nanti aku pilihin lagu yang pas buatmu, kebetulan ada lagu baru yang belum pernah aku pake nanti pakai aja" Dia menawarkan musik baru? Yang mungkin saja belum pernah rilis dimanapun! Aku merasa terlalu diistimewakan. Lalu aku menanyakan soal Lia.

"Ah iya temenmu itu DM aku terus, jadi aku kasih saran saja. Dia udah latian?"

"Iya tadi" Aku hanya menjawabnya dengan singkat.

Percayalah ini situasi yang sangat canggung. Duduk di mobil berdua dengan lelaki yang dikenal akrab dan lagi dia sangat tampan dan populer. Aku merasa ingin pingsan aja, pandanganku terus menatap keluar jendela.

"Kita sampe, tunggu dulu" Jimin keluar dengan berlari kecil lalu membukakan pintu mobil untukku.

Kenapa harus semanis ini?! Aku kelurar dari mobil dengan sangat gerogi. Wangi badannya sangat lembut, dia menutup pintu mobilnya dan mengajakku masuk ke studio miliknya. Dia punya studio latihan sendiri dirumahnya, sangat luas dan bersih. Dia turunkan hoodie dari kepalanya dan melepas masker serta kacamatanya, rambut ditarik kebelakang sehingga aku bisa melihat dahinya dan raut mukanya sangat jelas. Aku lama-lama bisa pingsan jika melihat dia seperti ini sepanjang hari. Dia memilih CD lalu memutarnya, suara musik memenuhi ruangan. Dia mulai menjelaskan gerakan-gerakan dasar tari kontemporer, sebelum mulai aku memastikan belas lukanya.

"tenang aja udah ga sakit. Aku pelan-pelan aja gpp kan" Katanya Jimin.

Syukurlah pergelangan kakinya sudah membaik, bekas jahitan itu masih terlihat. Jimin mengajariku dengan sangat sabar, setiap aku melakukan kesalahan dia hanya tertawa sambil menunjukan gerakan yang benar. Dia orang ramah juga, semakin aku banyak ngobrol semakin aku merasakan nyaman bersamanya, tidak lagi canggung. Bahkan aku sudah berani meledeknya, dia seperti... Jungkook? Kenapa dia tiba-tiba menelponku?

" aku sama Kak Jimin lagi latian"

"oh yaudah. Nanti kalo mau jemput chatt aja ya.

Jangan lupa makan sayangku"

Jungkook membuatku seperti orang yang sedang berselingkuh. Aku akhiri panggilan dengannya. Jimin mengajakku istirahat, dia keluar mengambilkan makanan dan minum. Aku duduk dilantai sambil mengusap keringat, rasanya tidak begitu melelahkan justru aku sangat menikmatinya. Jimin datang membawa nampan penuh makanan dan sebotol minuman? Tidak ada gelas? Satu botol? Otakku jangan berfikir yang macam-macam.

"Minumlah". Dia membukakan botol untukku. Aku meneguknya cukup banyak dan Jimin tertawa melihatku yang kehausan, lalu dia mengambil kue yang dia bawa dan memberikannya padakku.

"hahaha nih jangan sampe perutmu kelaperan juga" Dia meledekku

"makasi" katakku dengan wajah malu-malu. Jimin mengambil botol tadi dan meminumnya. Dia minum dibotol yang sama denganku? Kenapa baru sehari saja sudah banyak kejadian yang membuatku overthinking.

"Mau lanjut apa udahan"

"lanjut" Kataku yang dengan spontan, aku sedang malamun entah memikirkan apa, lalu aku terkejut dengan jawabanku sendiri.
Jimin hanya mengangguk sambil meneguk air lagi. Lagi?! Aaakkkggh aku bisa gila.

LIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang