"Hyuuuuun. So Hyuuun...!!!" Lia berteriak sepanjang koridor menghampiriku. Dia hampir saja membuatku terjatuh karena terlalu bersemangat, proposalnya disetujui dosen dan Jimin mengirim ucapan selamat via DM twitter. Kebahagiaannya benar-benar membuat moodku naik, Lia terus mengoceh tentang perasaannya hari ini.
Pak Namjoon sepertinya belum membaca proposalku dan belum melihat videoku. Susah sekali memiliki dosen pembimbing sepertinya. Baru aku memikirnya saja udara dingin seperti menyelimuti badanku, hawa dingin ini seperti dia benar-benar ada disekitarku. Lia yang daritadi mengoceh tiba-tiba diam saat melihat orang yang sedang berjalan dari arah depan kita. Wah dia berjalan seperti model, aku berdoa semoga Pak Namjoon mengajakku ke ruangannya untuk membicarakan proposal tugas akhirku. Dan dosen ini hanya melewati kami begitu saja?! Apa dia tidak membaca proposalku? Aku menatap Lia dengan wajah cemberut dan dia memelukku memberikan semangat.
"Nona Jeon!" Pak Namjoon memanggilku? Aku melihat kearahnya dengan senyum yang lebar dan menghampiri dosen ini. Berharap hal baik akan datang.
"Ikut keruangan" kata Pak Namjoon, aku mengikutinya dan terus berdoa. Aku yakin kali ini dia pasti suka dengan proposalnya.
Kami sudah diruangan, Pak Namjoon membuka laptopnya lalu menunjukan videoku kepadaku?
"Dimana kamu berlatih?" entah kenapa setiap Pak Namjoon bicara seperti mengitimidasi
"Temanku mengajariku, aku meminta batuannya karena dia sangat mahir dalam bidang ini"
"Jadi kamu kenal dengan Park Jimin?" Pak Namjoon membalikan layar laptopnya kembali menghadap dirinya. Aku terkejut bagaimana dia bisa tahu aku merekam ini di studio Jimin?
"Ah, mmm dia teman dekat sepupuku jadi kami saling mengenal" aku menjelaskan dengan sedikit gugup, aku takut harus mengubah semuanya.
"Baguslah. Aku sangat suka dengan Park Jimin, dia salah satu penari yang cukup kompeten dan sempurna setiap gerakannya. Tapi kamu harus hati-hati, banyak dosen yang hapal dengan gaya tariannya" Pak Namjoon adalah seorang penggemar? Harusnya aku tau ini dari awal jadi aku bisa lebih enak ngobrol dengan dosen satu ini.
Aku memberitahu Jimin, dia senang dosenku akhirnya menyetujui proposalnya. Aku mengucapkan banyak terima kasih padanya karena sudah membantu. Aku dan Lia ingin merayakan kebahagiaan ini dirumahku, membeli snack dan minuman untuk menonton film. Sedang sibuk memilih makanan di minimarket Aku dikejutkan dengan suara alarm kebakaran, Lia panik menarikku keluar. Kenapa tiba-tiba kebakaran begini, asap terlihat dari arah ruang penyimpanan di minimarket, seorang karyawan bilang api membesar di ruangan penyimpanan. Semua orang berdesakan ingin keluar karena api semakin besar, asap semakin banyak. Aku mencoba menelpon Jungkook, dia ada dipanggilan daruratku. Aku bicara dengan suara bercampur batuk, asap ini benar-benar tebal, aku belum bisa keluar dari toko. Jungkook terdengar memanggil-manggil namaku menanyakan lokasiku saat ini.
"SevenElephant" kataku menyebutkan nama tokonya. Dia memintaku untuk menunggu. Kurasa Jungkook masih bersama Jimin dia memanggil Jimin untuk ikut dengannya. Aku dan Lia masih berusaha keluar dari toko. Orang-orang masih berdesakan, syukurlah aku bisa keluar.
"handphoneku, tidak ada!" Aku terkejut saat meraba saku jaket. Pasi jatuh didekat pintu keluar saat setelah aku menelpon Jungkook. Aku berlari mendekati pintu masuk dan melihat kesekitarnya, handphoneku tepat didepan pintu keluar.
"SO HYUN! jangan gila. itu hanya handphone!" Jungkook membetakku, aku tau dia khawatir. Air mataku terjatuh dan Jimin memelukku.
"Udahlah ga penting. Aku gamau kamu terluka" Dia menambahkan, dan mengusap kepalaku dan menarikku ke pelukannya, "nanti aku belikan lagi"
"Kamu ga terlukakan? Lia? Kamu baik-baik juga kan?" Jimin mengecek semua badanku dan Lia. Dia merangkul Lia untuk menangkan. Kami pulang bersama. Aku duduk dibangku belakang bersama Jungkook, Jimin yang mengendarai mobilnya. Sampai dirumah, aku membersihkan badanku, Lia menunggu dijemput orangtuanya dan dia memakai bajuku. Baju kami benar-benar kotor terkena abu.
"Mmm aku buatin makan malem ya. Kalian tunggu aja" Jimin memasak untuk kami semua, dia melihatku sangat khawatir tapi aku tetap menempel dengan Jungkook.
"So Hyun-aah, ibuku udah didepan aku pulang ya. Kak Jungkook, Kak Jimin makasi" Lia pamit pulang, aku memeluknya sebelum berpisah.
Jimin sibuk didapur, aku masih menenangkan diriku disamping Jungkook. Dia genggam tanganku dan sesekali mengusap rambutku. Dia usap air mataku lalu, dia mencium pipiku. Aku hanya menatapnya untuk beberapa saat, dia sepupuku, kenapa harus bersikap berlebihan begini.
"Makasi kak" kataku
Jungkook hanya mengangguk sambil tersenyum, "Udah besok aku beliin lagi yang baru" Jungkook merapihkan rambutku. Sifatnya yang sangat perhatian ini membuatku tidak bisa menerima keadaan kami, kenapa dia harus sepupuku?
Sementara itu, Jimin terdengar bersenandung sambil bernyanyi. Jungkook dan aku menghampirinya, wangi masakan tercium sangat lezat. Meja makanku penuh makanan.
"Ah Sorry aku masak kaya dirumah sendiri. Aku pake semua bahan yang ada aja. Semoga suka ya" Jimin selesai memasak makan malamnya.
"Selalu jago masak. Heran aku sama kamu Jim udah kaya tipe istri idaman" Jungkook meledek Jimin sambil menggosok rambut Jimin, mereka seperti sodara.
Syukurlah aku dikelilingi orang baik seperti mereka. Saat makan malam, Jimin tiba-tiba terdiam melihat ponselnya.
"Ada apa?" Tanyaku. Jimin hanya terdiam sambil mengigit bibir bawahnya, dia sepertinya mendapat pesan dari Yoona.