Prolog

1.7K 76 13
                                    

"Baiklah, besok kamu sudah bisa masuk ke sekolah, ya," tutur Bu Risma, Kepala Sekolah Cakra Buana.

"Baik, terima kasih Bu," sahut Adel dengan suaranya yang lembut.

Adel dan mamanya-Ester Natalia Barina pulang ke rumahnya yang berada tidak jauh dari sekolah tersebut.

Namun, dalam perjalanan pulang, Adel melihat banyak geng motor yang berhenti di lampu merah.

Lalu Ester menghela napas panjang. "Lihat, Del! Anak motor kayak gitu pasti gak punya masa depan. Kurang didikan dan kasih sayang dari orang tuanya.

Adel tidak menghiraukan perkataan mamanya dan hanya menatap motor biru yang berada di sampingnya.

"Del, denger gak sih Mama ngomong?" ketus Ester sambil menengok ke belakang.

"Iya, iya Ma. Adel denger kok," sela Adel pada Ester.

"Kamu harus bisa jaga pergaulan, ya, Nak," pesan Ester pada Adel, anak perempuannya.

"Lagian juga 'kan urusan mereka, Ma. Apa hubungannya juga sama Adel."

"Ini anak kalau dibilangin orang tua tuh nurut aja kenapa sih," kesal Ester sambil memutar musik dengan volume keras.

'Hm, iya in aja deh biar kelar.'

"Iya, Mama."

Adel akhirnya sampai di rumahnya dan langsung mandi. Setelah beberapa menit kemudian, Adel keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang terbalut handuk putih dengan rambut masih basah.

Ia duduk ditepi kasur sambil memainkan ponselnya.

"Haduh males banget sih besok sekolah! Mana gue jadi murid baru, harus beradaptasi dengan temen baru. Gue gak tahu mereka asik atau malah nyebelin," gerutu Adel sambil menaruh ponselnya di kasur.

"Del! Makan sore dulu, yuk!" teriak Albert yang terdengar dari depan kamar Adel.

"Anjir! Gue belom pake baju!" tutur Adel panik.

"Tunggu Bang jangan masuk!!" sergah Adel dengan menjerit.

"Hm, pasti nih anak belom pake baju," cekikik Albert dengan senyuman nakalnya.

Adel memakai bajunya dan membuka pintu menghampiri Abangnya.

"Ayok, makan!" ajak Albert sambil menarik tangan Adel.

"Berasa punya pacar, ya bun," kekeh Adel sambil menyenderkan kepalanya dengan manja di bahu Albert.

"Makanya carilah! Jomblo mulu hidup lo!" ledek Albert dengan mengacak-acak rambut Adel dengan gemas.

"Hahaha, gak mau ah! Pacaran itu cape Bang, gak bebas, terus belum lagi harus mengeluarkan uang buat jalan, dan menghabiskan waktu yang sia-sia." Adel duduk di kursi makan dengan salah satu kaki yang diangkat.

"Ya terserah lo sih. Kalo lo mau cari juga gue gak masalah." Albert mengambil nasi dan lauk lalu langsung makan dengan lahap.

Adel hanya menatap tajam Albert, sang Abang yang usil dan jahil. Setelah selesai makan, seperti biasa Adel dan abangnya meluangkan waktu untuk berjalan-jalan layaknya sepasang kekasih. Karena jarak umur mereka tidak terlalu jauh, hanya berbeda 4 tahun.

Adel dibonceng dengan motor gede berwarna hitam milik Albert. Suasana malam yang begitu sepi dan sejuk menemani Adel dan Albert yang sedang mencari jajanan untuk di rumah.

"Bang, ciloknya dua, ya," tutur Adel.

"Pak, beli seblak dua yang satu pedes yang satu cabenya dikit aja."

"Oke."

Setelah mereka selesai membeli jajanan, mereka pulang ke rumah. Namun, tiba-tiba saja motor Albert
mogok dan tidak bisa digunakan.

"Yah elah Bang, motor doang gede tapi mogok mulu," decak Adel sambil berkacak pinggang.

"Sstt, jangan berisik deh! Mending bantuin dorong," ujar Albert sambil turun dari motornya.

"Iyeee."

Adel dengan jengkel membantu sang Abang untuk mendorong motor gedenya di jalan yang sepi.

Saat tengah mendorong motor, datanglah segerombolan anak motor yang bisa dibilang agak 'serem'.

Adel mendekati Abangnya dan memeluknya erat."Bang, ada geng motor lagi, Adel takut."

"Gak apa-apa ada abang di sini."

Akhirnya mereka memutuskan untuk melewati jalan tersebut. Tapa diduga, ternyata mereka adalah geng motor yang baik. Anggotanya ramah dan saling peduli.

"Hai cantik," ujar seseorang bertubuh tinggi, rambut yang berantakan, memakai jaket kulit hitam, dan baju yang stylish.

"Gak usah lo godain adek gue!" hardik Albert yang berada di hadapan geng motor tersebut.

"Minggir lo! Gue mau kenalan sama adek lo!" cecar orang berandalan itu.

"Langkahin dulu mayat gue!" tantang Albert pada mereka.

"Sikat boss!" celetuk salah satu anggota mereka.

BUGH! BUGH!

"ARGH!" jerit Albert menahan sakit akibat pukulan dari geng motor itu.

"Lo jangan kurang ajar sama Abang gue!" gertak Adel dengan murka.

"Eyy jangan galak-galak dong, Sayang," goda salah satu dari mereka dan menyolek dagu Adel.

BUGH! BUGH! BUGH!

Seseorang memakai masker menyerang geng motor berandalan itu dan melindungi Adel serta Albert yang sedang terduduk lemas.

Lalu beberapa lama kemudian banyak orang yang membantu, mungkin mereka juga anak geng motor yang baik. Entahlah.

Seseorang itu mengantarkan Albert dan Adel ke rumahnya. Sesampainya di rumah, mereka disambut oleh kedua orang tua mereka. Ya! Ester dan Andre.

"Kalian baru pulang? Lho kenapa muka kamu Albert? Kamu berantem?" tanya Ester dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Ma, Adel bawa Abang masuk dulu ya, introgasinya nanti aja," tutur Adel lalu masuk ke dalam.

"Kalau begitu saya pamit dulu, ya, Pak, Bu." Seseorang misterius itu pergi bersama anak buahnya membuat orang tua Adel kebingungan.

Maaf kalo ceritanya ga sesuai dengan ekspetasi kalian:(

Aku hanya manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan namun banyak harapan :)

Aku butuh support kalian🥺🥺

HELLEVATOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang