8 ||

224 18 0
                                    

Jessy datang dengan wajah yang begitu ceria. Sedangkan Adel hanya menunggu momen di mana ia akan patah hati dan mendengar bahwa Jessy dan Donald resmi berpacaran.

"Gimana Jess? Donald ngomong apa?" tanya Adel penasaran.

"Donald nembak gue," ujarnya singkat membuat Adel penasaran apa jawaban Jessy.

"Terus lo jawab apa?" Adel mengernyitkan dahinya dan jantungnya begitu berdebar kencang, kakinya lemas, dan ia tidak siap apa yang akan Jessy bicarakan.

"Ya jelas gue tolak lah! Hahaa!" girang Jessy lalu merangkul Adel.

"Kok lo tolak?" tanya Adel lagi.

"Karena gue mau fokus belajar dulu."

"Kalo udah ga fokus belajar lo mau pacaran?"

"Tergantung. Eh, btw tadi lo di UKS, ya? Diceburin ke kolam? Maaf ya gue gak bisa bantuin lo," sesal Jessy pada Adel.

"Iya, gak apa-apa kok, Jess. Santai aja," jawab Adel dengan lembut.

Tiba-tiba, Donald datang dan mengajak Jessy untuk pulang bersama. Namun, Jessy menolaknya. Karena ditolak Jessy, Donald mengajak Adel pulang bersamanya. Namun, tiba-tiba Nathaniel datang dengan Barra lalu Nathaniel merangkul Adel.

"Dia balik sama gue, jadi mendingan lo pulang aja sendiri." Nathaniel membawa Adel pergi ke parkiran untuk pulang bersama.

Nathaniel mengeluarkan motornya dan langsung menancapkan gas dengan kecepatan tinggi sehingga Adel memeluk Nathaniel di depan Donald.

"Harusnya gue yang boncengin lo, Del," gumam Donald pelan.

Nathaniel membawa Adel ke sebuah danau yang jauh dari rumahnya. Semilir angin sore membuat rambut hitam milik Adel terurai indah. Adel dan Nathaniel duduk di tepi danau.

"Del, maafin kakak ya soal kemarin. Kakak ada urusan mendadak," tutur Nathaniel sambil duduk menghadap Adel.

"Iya, gapapa. Kita ngapain di sini Kak?" tanya Adel dengan melihat sekitar yang begitu sepi.

"Iya, Kakak sengaja bawa kamu ke sini biar menikmati angin sore aja. Cape, 'kan di sekolah mulu? Bosen ,'kan?" tanya Nathaniel pada Adel.

"Iyaa juga sih. Makasi, ya Kak," sahut Adel.

"Del, kamu tahu gak sih kenapa angin gak bisa dilihat, tapi bisa dirasakan?"

"Karena emang udah hukum alam," jawab Adel dengan polos.

"Salah," sanggah Nathaniel.

"Emang apa?"

"Karena angin itu sama kaya cinta aku ke kamu Del. Kamu gak bisa lihat hati aku, tapi kamu bisa merasakan kalau aku suka sama kamu," gombal Nathaniel pada Adel.

Adel tertawa mendengarnya. "Haha, apaan sih Kak."

"Del, i love you." Nathaniel memegang tangan Adel sambil menatapnya dengan mengeluarkan jurus mautnya.

"A-apaan sih jangan gitu ah!" Adel mulai salah tingkah, pipinya memerah, dan matanya tidak melirik Nathaniel.

"Aku serius, aku suka sama kamu. Kamu juga, 'kan?" tanya Nathaniel percaya diri.

"Gak!" Adel berdiri meninggalkan Nathaniel.

Nathaniel dengan sigap memeluk Adel dari belakang sambil berbisik di telinga Adel, "Kamu gak boleh pergi. Aku gak mau kehilangan kamu."

'Aku harus bagaimana?' batin Adel dengan gelisah.

FLASH BACK ON

'Ya Tuhan, aku harus apa? Aku gak bisa melawan mereka dan aku gak bisa berenang. Aku takut! Tuhan, kumohon kirimkan seseorang untuk menolongku. Kalau dia perempuan aku akan menganggapnya sahabat dan kalau dia lelaki, aku akan menjadikannya pacarku,' batin Adel sambil memejamkan matanya.

HELLEVATOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang