"Maksud lo apa?! Gue juga ngerasa bersalah sama Adel. Kenapa selalu gue yang salah?" protes Jessy.
"Lo gak inget? Dulu lo selalu celakain Adel! Bahkan lo gunain semua cara secara halus. Apa lo lupa? Atau pura-pura amnesia?! Gue gak mau, ya Adel ketemu lagi sama lo!" bentak Donald pada Jessy.
"Mas, mohon jangan berisik, ya! Ini rumah sakit bukan pasar!" tegur salah satu petugas yang berada di koridor rumah sakit.
Suasana menjadi sepi dan canggung. Tak lama kemudian, orang tua Adel beserta teman-teman Donald datang menghampiri Donald dan Jessy.
"Donald, gimana keadaan anak Tante?" tanya Esther dengan panik.
"Tenang dulu, Tan. Adel sedang ditangani Dokter."
"Duduk dulu, Tante," tawar Vino menenangkan Esther.
"Sabar, Ma. Kita tunggu dokter dulu," sela Albert.
"Donald! Duduk dulu kenapa sih! Gue pusing lihat lo mondar-mandir mulu," cetus Vino pada Donald.
"Iya gue khawatir! Lo tau gak sih?" tanya Donald pada Vino.
"Iya, duduk dulu sini cerita kenapa Adel bisa kayak gini?" tanya Jason cemas.
"Lo tenang aja bro! Adel gak akan kenapa-kenapa," hibur Vino.
"Lagipula Adel 'kan wanita kuat! Dia pasti bisa melewati semuanya," timpal Jason.
Tidak lama kemudian, Dokter bernama tag Rivano Juliano keluar dan menemui Donald. Dengan wajah yang sedih Dokter menyampaikan beberapa pesan.
"Apakah ada keluarga Adel?" tanya Dokter Rivan.
"Saya Dok!" sahut Esther.
"Hm, begini Bu. Adel mengalami cedera ringan akibat kecelakaan. Untuk saat ini, Adel harus mendapat perawatan yang intensif," jelas Dokter tersebut.
"Apa bisa disembuhkan Dok?" celetuk Albert pada Dokter tersebut.
"Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan cedera yang dialami. Kami akan membantu dengan pemberian obat-obatan, terapi, atau melakukan operasi jika diperlukan
Namun, kami akan melakukan pemeriksaan radiologi dengan Rontgen, CT scan, atau MRI agar dapat melihat kemungkinan patah tulang tengkorak, perdarahan, dan pembengkakan otak, serta untuk memeriksa kondisi jaringan dan aliran darah di dalam otak."Baiklah, terima kasih Dok!" sahut Esther.
"Kami boleh masuk ke dalam, 'kan Dok?" tanya Jessy.
"Boleh. Kalau begitu saya permisi." Dokter Rivan pergi dan Donald masuk ke ruangan Adel.
Donald melihat Adel yang lemas dan lesu terbaring di rumah sakit. Seharusnya Adel kembali ceria, jutek, dan menyebalkan. Bukan diam seperti ini.
"Del, bangun," lirih Donald kemudian mencium tangan Adel.
"Sabar Donald!" hibur Vino.
"Nak, bangun, Sayang. Mama gak mau kehilangan kamu, sudah cukup menyakitkan mama saat papa pergi meninggalkan kita semua. Bangun, Sayang," isak Esther dengan mencium kening Adel.
"Ma, nanti juga dede bangun kok. Mama tenang aja, ya. Adel pasti bangun," tutur Albert.
Sang raja siang mulai menghilang diganti oleh sinar rembulan yang gemilang. Esther terus menunggu Adel dan duduk di sofa yang tersedia. Sedangkan Donald masih setia menunggu Adel membuka matanya dan menjelaskan semuanya.
Kring! Kring!
"Halo?"
"Nak, kamu di mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLEVATOR (END)
Teen FictionAdelia Citra Kirana, wanita bertubuh tinggi, rambut pirang yang terurai sebahu, dengan memakai jam tangan berwarna pink membuat pesona kecantikannya semakin terlihat jelas. Ia merupakan siswi baru di sekolah Cakra Buana. Adel memiliki seorang Abang...