12 ||

180 15 0
                                    

"Y-ya gak mungkin! Karena lo cewe yang di suka sama Donald. Percaya sama gue," tutur Adel walaupun hatinya terasa nyeri dan sesak.

"Bagus deh, gue ingetin aja sama lo jangan pernah deketin Donald. Walaupun lo sahabat gue, kalo masalah cowo kita bersaing sehat," ujar Jessy dengan sinis.

"E-eh, siapa yang mau bersaing? Santai aja Jess, tenang," tutur Adel mengelak.

Adel dan Jessy akhirnya sampai di rumah Adel. Jessy sangat berterima kasih karena sudah menemaninya pergi membeli perlengkapan untuk kemah nanti.

"Gue balik dulu, ya. Makasih udah nemenin gue belanja," ujar Jessy.

"Sama-sama. Makasih juga ya. Lo hati-hati di jalan." Adel melambaikan tangan dan Jessy langsung menancapkan gas nya pergi dari rumah Adel.

Adel pulang dan rumah begitu sepi. Adel beranjak ke kamarnya untuk mandi kemudian tidur. Ia memutar lagu Merindu lagi-Yovie&Nuno. Setiap lirik sesuai dengan apa yang dirasakan oleh Adel.

Sejak saat pertama melihat senyumannya
Jantung berdebar-debar inikah pertanda
Namun ternyata salah harapanku pun musnah
Sejak aku melihat kau selalu dengannya

Tuhan tolong aku ingin dirinya
Rindu padanya memikirkannya
Namun mengapa saat jatuh cinta
Sayang sayang dia ada yang punya

Mungkin ku harus pergi untuk melupakannya
Dalam hati berkata takkan sanggup pergi

Oh oh oh Tuhan tolong aku ingin dirinya
Rindu padanya memikirkannya
Namun mengapa saat jatuh cinta
Sayang sayang dia ada yang punya

Hari berganti hari, hingga tepatnya hari Selasa, Adel bangun sangat pagi untuk berangkat ke sekolah. Pukul 5 pagi Adel sudah bangun dan mandi. Berganti pakaian dan membawa barang untuk berkemah di Bogor.

"Del, udah disiapin semua?" tanya Esther pada Adel.

"Sudah, Ma!"

"Ya udah nih sarapan dulu, nanti masuk angin." Andre membawakan roti dengan susu hangat kepada Adel.

"Makasi Papa." Adel langsung melahap roti dengan laparnya.

Setelah selesai, Adel pergi ke sekolah diantar oleh kedua orang tuanya dan Abangnya yang posesif. Ternyata di sana beberapa murid sudah ada yang datang. Ya, terutama Donald.

"Adel!" sapa Jessy pada Adel.

"Iyaa Jes. Lo udah sampe?" tanya Adel.

"Udah! Tadi gue abis ngobrol sama Donald. Dan dia akan pergi bareng kita." Jessy tersenyum dan sangat bahagia.

"Oh bagus lah," sahut Adel dengan respon sebiasa mungkin.

"Nak, hati-hati, ya. Mama dan Papa pulang dulu," pamit Andre dan Esther.

"Dek, telepon gue kalo ada hal gangguin lo, okey?" kata Albert sambil mengedipkan matanya.

"Iyaaa Abangku sayang, hahaa," kekeh Adel kemudian membawa barangnya masuk ke dalam bus.

"Jes, kita duduk di mana?" tanya Adel sambil memilih kursi yang kosong.

"Del, maaf ya aku duduknya sama Donald. Kita gak bareng," ujar Jessy dengan wajah yang murung.

"Oh, gapapa kok aku duduk sendiri aja," jawab Adel dengan tegar.

"Del, lo duduk sama gue aja," ujar seseorang dari belakang tempat Jessy dan Donald duduk.

"Eh? Jason?" tanya Adel memastikan.

"Iya di sini kosong, lo sama gue aja."

"Oke!" Adel menaruh barangnya di sebelah Jason. Tepatnya Adel duduk di dekat jendela agar bisa memandang alam dengan bebas.

HELLEVATOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang