Setibanya di lapangan, Adel berkeliling. Terlihat pepohonan yang begitu rindang dan terdengar suara daun bergemerisik diterpa angin. Adel sangat kebingungan dan tidak tahu di mana letak Donald berkelahi dengan Nathaniel.
"Donald, kamu di mana sih? Jangan macem-macem, deh." Adel kemudian duduk di taman yang menghadap ke arah telaga indah yang dipenuhi oleh ikan.
Krak!
Saat Adel tengah berjalan, ia menginjak sebuah ranting kayu namun nampak berbeda dari ranting biasanya. Ranting itu dihias dengan cantik dan terdapat gulungan kertas yang bertuliskan 'Jalan lurus ke depan hingga menemukan rumah pohon.'
"Rumah pohon? Apaan sih ini?" Adel membuang kertas itu dan berjalan. Langkahnya terhenti dan berpikir sejenak untuk kemudian mengambil kertasnya lagi dan mencari rumah pohon.
Kicauan burung yang berbunyi di sekitar pohon membuat Adel kebingungan. Tidak butuh waktu yang lama, akhirnya ia menemukan rumah pohon tersebut dan melihat seseorang yang sudah menunggunya.
"Donald?" gumam Adel melihat Donald turun menghampirinya langsung memeluk Adel dengan erat.
"Maafin aku, ya."
"Aku pikir kamu marah sama aku," isak Adel di bahu Donald.
"Enggak, Sayang. Maaf kemarin sudah memperlakukan kamu secara tidak baik."
"Maaf juga karena aku gak percaya sama kamu."
"Ya udah, ayo kita naik ke atas pohon," ajak Donald mengandeng tangan Adel.
"Iya."
Hiasan sederhana yang dibuat Donald membuat Adel terheran-heran. Terpajang foto kemesraan mereka mulai dari jaman SMA hingga sekarang, terbakar boneka kecil yang sudah disiapkan oleh Donald untuk Adel sebagai permintaan maafnya sekaligus hadiah.
"Kamu suka, gak?" tanya Donald sambil merangkul Adel.
"Suka banget!" seru Adel dengan memeluk Donald. "Terima kasih untuk semuanya."
Tiba-tiba Donald berlutut di hadapan Adel dan mengeluarkan sekotak cincin berlapisi emas perak. Tersenyum manis bak pangeran sedang memikat hati sang putri.
"Will you marry me?" tanya Donald dengan penuh cinta.
"Ma-maksudnya? Kamu melamar aku?" jawab Adel dengan gugup dan terbata-bata.
"Iya, sekali lagi will you marry me?"
"Yes, i will!" Donald begitu senang dan langsung memasang kan cincin pada jari manis milik Adel.
"Cantik, seperti orangnya," puji Donald kemudian mencium punggung tangan Adel.
********************************
"Mama, Adel pulang!" seru Adel pada Esther yang berada di ruang tamu sedang senyum-senyum sendiri.
"Lah, Mama kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Adel sedikit meledek Mamanya.
"Ah, a-anu g-gak apa-apa, Nak. Kamu baru pulang?" Esther terlihat gugup saat Adel menciduknya sedang memegang sebuah kotak.
"Iya, Ma baru pulang. Itu apa, Ma?" Adel mengambil kotak itu dari Esther dan membukanya.
"Ja-jangan!" sergah Esther kemudian merebutnya kembali.
"Oh sekarang main rahasia-rahasia nih?" sindir Adel dengan melipat tangan di dada.
"Eh, cincin dari siapa ini? Kamu udah tunangan sama Donald? Kenapa gak cerita sama Mama?" tanya Esther mengalihkan dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLEVATOR (END)
Teen FictionAdelia Citra Kirana, wanita bertubuh tinggi, rambut pirang yang terurai sebahu, dengan memakai jam tangan berwarna pink membuat pesona kecantikannya semakin terlihat jelas. Ia merupakan siswi baru di sekolah Cakra Buana. Adel memiliki seorang Abang...