Satu.

20 7 3
                                    

"Kalo suka tu bilang, Yara," kata-kata yang tak pernah tidak dikatakan Kyra setiap harinya kepadaku. Manusia paling cupu kalo kata Kyra.

"Gak bisa, Kyr, aku gak berani, lagian dia keknya deket sama Griz deh," sahutku jengah, karena sudah terlalu lelah mendengar kata itu setiap hari.

"Jangan jadi cewek cupu napa sih, Ra, kesempatan lo itu gak seluas Benua Asia dan gak sedalam Samudra Hindia, Nuraga Tanggel Darmalaksana tu gak bisa dianggap enteng, lo tau sepopuler apa cowok itu. Dia masuk OSIS dan ramah banget ke semua orang, baik, dan gak pernah pilih-pilih temen, plusnya lagi, dia ganteng banget. Lo gak bisa cuma nyantai nunggu dia peka, secara dia baik ke siapa aja," oke, dan sekarang Kyra tengah menceramahiku dengan segala tetek bengek tentang Raga, laki-laki yang selama ini aku suka.

Rasa ini muncul pertama kali ketika dia dengan baiknya meminjamkan jaketnya waktu aku lagi di masa 'sensitif'nya perempuan, alias PMS. Itu jadi moment memalukan ketika dengan polosnya, Geri, teman laki-laki di kelas menanyaiku tentang noda merah di rok abu-abuku. Langsung saja kulihat noda apa di rokku, dan ternyata itu noda darah menstruasiku. Aku malu parah saat itu, akan lebih baik kalo dia hanya bilang padaku, hanya aku yang mendengarnya. Tapi dia menanyaiku dengan suara lantang di kantin sekolah. Otomatis semua orang melihat ke arahku. Maluku sudah mencapai ubun-ubun. Ingin tenggelam rasanya kala itu, ketika aku harus menjadi tontonan orang banyak dengan keadaan seperti itu.

Sampai tiba-tiba ada seseorang yang mengikatkan jaketnya di pinggangku. Bermaksud menutupi noda itu, dan berbisik pelan. "Kamu kalau perlu pembalut, di ruang OSIS ada, ambilah, atau mau kuambilkan?" suara rendah dan indah itu masuk ke dalam pendengaranku. Saat kulihat, dia adalah sosok Raga, laki-laki tampan yang baik hati. "Gor, ini tu noda darah, biasalah masa cewek, maaf ya ganggu makan kalian, lanjut aja, dia udah gak papa kok," suara Raga yang terdengar ramah ditambah senyum manisnya yang membuat semua orang terpana mampu mengembalikan kondisi kantin yang sempat tidak kondusif, untukku. Setelah itu Raga membawaku ke ruang OSIS untuk mengambil pembalut itu.

Dan dari detik itulah, jantungku selalu terpacu saat di dekatnya. Awalnya aku tak tahu perasaan apa ini. Sampai akhirnya, aku menanyakan itu pada teman dekatku Kyra. Dan tepat setelah aku menceritakan semuanya, dia mengatakan dengan santai. "Lo suka ama dia," bahkan wajahnya cukup lempeng saat mengatakan itu. Padahal itu adalah rasa baru yang kurasakan karena jujur aku baru pertama kali merasakannya.

Aku yang memiliki sifat introvert tak akan semudah itu untuk mengungkapkannya, akan butuh waktu yang sangat lama untuk membentuk keberanian itu. Terlebih Raga adalah sosok populer di sekolah. Tidak sedikit gadis yang menaruh rasa padanya. Membuatku tambah takut untuk mengungkapkannya dan berpikir untuk memendamnya sendiri sampai aku puas. Karena dalam benakku, cukup kurasakan saja, tak perlu dia tahu perasaanku, karena ini hanyalah rasa yang timbul tanpa sengaja, sehingga aku tak ingin mengusiknya dengan perasaanku.

Berbeda dengan Kyra yang memiliki sifat ekstrovert dan sudah beberapa kali ganti pacar. Merasakan apa yang kurasakan bukan menjadi hal asing untuknya. Dia tipe yang akan langsung mengatakannya saat dia memang perlu mengatakannya. Itulah kenapa dia selalu menceramahiku setiap hari tentang hal itu. Dia sudah seperti pakar cinta untukku.

Tbc~
Halo guis, ak bawa cerita baru. Sebenernya cerita ini terinspirasi dari lagu Rindu Su Salah-Brotha Sc feat Qibata Crew. Enjoy ajalah, doakan aku gak mogok nulis lagi yo:")
-Alfynjm.

DibisukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang