Lima.

10 4 0
                                    

"Eh eh, denger denger, si Raga itu udah punya cewek, beneran gak sih itu?"

Deg. Bagai petir di siang bolong. Kalimat itu terus terngiang di kepalaku. Apakah benar Raga sudah punya pacar? Siapa? Apakah dia cantik? Apakah dia baik? Banyak pertanyaan yang membuncah di kepalaku.

"Yara! Lo kenapa?" tanpa kusadari Kyra sudah duduk di kursi depanku. Melihatku cemas dan memegang tanganku.

"Ah, emang aku kenapa?" sahutku balik bertanya saat aku sadar dari lamunanku.

"Makanya gue nanya, malah balik nanya, wajah lo tu tadi gelap gitu, kek abis liat setan, ada gitu setan siang bolong gini?" ucap Kyra. Aku tidak sadar saat membuat raut seperti itu. Efek shock.

"Hmm, gak papa kok, aku tadi cuma keinget tugas yang belom kukerjain," jawabku. Kyra menatapku intens, tatapannya semakin mengintimidasi.

"Lo gak bisa boong ke gue, kasih tau cepet, ada apaan?" aku tahu Kyra memang sangat peka. Dan aku sepertinya memang payah dalam menyembunyikan sesuatu.

"Gak kok, beneran gak ada apa apa," aku masih terus mengelak. Aku yakin kalau aku menceritakan apa yang kudengar, Kyra langsung memaksaku mengungkapkan perasaanku ke Raga. Rumor itu jangan dulu sampai ke telinga Kyra.

"Gue masih gak percaya, cerita gak?" suara Kyra semakin mengintimidasiku. Tatapan Kyra semakin intens melihat setiap gerak-gerikku. Semakin membuatku tak nyaman, dan akhirnya aku menyerah. Aku akhirnya memberi tahu Kyra, dia tak akan menyerah sampai aku jujur padanya.

"Tadi pas aku nunggu kamu, aku denger ada anak-anak cewek lagi ngobrol di belakang, terus ada yang bilang Raga punya pacar, tapi belom tau itu bener ato gak," jelasku.

"Nah kan, gue dah bilang dari lama Yar, mending cepet-cepet diutarain perasaan lo, Raga bukan cowok cupu yang gak disukai orang, dia bahkan bisa dibilang most wanted," aku hanya bisa terdiam. Aku tidak tahu harus merespon bagaimana kalau kenyataannya benar apa yang dikatakan Kyra. "Oke, ini masih rumor, belom ada kejelasan, bisa aja itu salah. Jadi lo masih ada sedikit kesempatan. Lo harus optimis sama perasaan lo, gimana kalo besok lo utarain aja perasaan lo ke dia, seenggaknya kalo lo ditolak dengan alasan dia udah ada pacar, lo bisa bilang kalo lo gak tau dia punya pacar," nah kan, ujung-ujungnya disuruh nembak duluan.

"Tapi Kyr-"

"Gak ada tapi-tapian, jangan ngasih alasan lagi, ini lo beneran harus gerak, lo gak bisa stuck di sini terus Yar, lo mau nunggu sampe kapan lagi? Sampe si Raga nikah? Gak kan?Ibu Kartini udah mencetuskan emansipasi wanita, jadi gak salah kalo cewek duluan yang nembak, jangan nunggu dia peka, karena gak akan peka juga sampe lo gerak duluan," potong Kyra.

"Aku bukannya gak mau Kyra, tapi-"

"Tapi apa? Gak berani? Gak mau ngusik si Raga? Gak mau ganggu? Kesungkanan lo itu bisa bikin lo makan ati. Makan ati gak sehat, malah bikin penyakit, soalnya hati tu buat nyaring racun. Kalo lo gak cepet-cepet nembak dia, lo hanya akan nyesel nantinya, dan gue kasih tau, perasaan lo bakal lebih ringan saat lo ungkapin, mendem perasaan gak bikin dia peka," sarkas Kyra. Kyra benar, aku memang harus gerak kalau tidak ingin sakit hati, tapi, aku... Tidak bisa.

"Gak bisa Kyr."

"Kenapa gak bisa, gue suruh lo ngungkapin perasaan lo, bukan suruh bunuh diri Yara, dan awas aja lo nyesel dan malah niat bunuh diri."

"Aku gak sebodoh itu Kyr," sahutku tajam. Bagaimana bisa Kyra mengatakan hal seperti itu dengan enteng.

"Makanya lo emang gak bodoh, jadi lo kudu ngungkapin, bilang ke dia lo suka dan sayang ama dia," titah Kyra. Aku terdiam.

"Oke, aku ungkapin.. Besok," sahutku sedikit ragu diakhir. Kyra melebarkan senyumnya padaku. Apakah keputusanku benar?

Tbc~
Hai. Keburu ilang kalo gak ditulis, mumpung masih anget, wkwk. Enjoy yaa.
-Alfynjm.

DibisukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang