Sepuluh.

3 2 0
                                    

Hari ini, menjadi hari terakhir aku di sekolah ini. Aku menerima ajakan eyang ke Bandung. Berharap menemukan cerita baru di sana. Jujur ceritaku tak seberapa. Tapi memang, aku secupu itu.

Besok aku akan ke Bandung. Ya besok, setelah 3 hari berduka tanpa kabar. Menyendiri, merenungi semua kejadian yang terjadi akhir-akhir ini, dan menenangkan diri. Dengan harapan semua itu berlalu dan aku bisa membuka lembar baru.

Hari ini akan menjadi hari bersejarah. Hari dimana aku akan mengungkapkan apa yang kupendam selama hampir 2 tahun lamanya. Hanya mengungkapkan, tak minta dibalas, apalagi dijadikan pacar. Aku bukan gadis murahan yang akan dengan mudah merebut milik orang lain. Seakan mustahil untuk diriku melakukan itu.

"Temen-temen," panggilku di depan kelas. Beruntung ini jam kosong, jadi aku bisa mengungkapkan sekarang. Bukan, bukan tentang Raga. Tapi dengan teman-teman sekelasku, untuk berpamitan.

"Aku mau bilang, makasih banyak, udah jadi temen yang baik, seru, dan ngasih banyak kenangan di masa SMA ku," ucapku.

"Sama-sama Yara, tambah cantik deh," suara genit Geri terdengar. Membuat teman-teman yang lain menyorakinya. Aku tertawa pelan. Meski di otakku meminta untuk mengabadikan momen ini. Momen yang menyenangkan.

"Maaf juga ya, kalo selama ini aku ada salah. Aku emang gak gampang bergaul. Tapi dengan kalian yang seru bisa bikin aku come out dan mulai membuka hatiku untuk pertemanan ini. Makasih sekali lagi. Kalian udah jadi keluarga kedua aku, kalian semua saudara-saudara aku yang berharga," teman-temanku terdiam seakan mulai memahami arah bicaraku.

"Lo mau kemana Yara?" tanya Gendis, seakan mewakilkan pertanyaan semua anak di kelasku.

"Aku bakal pindah, ke Bandung, sama eyang uti. Kalian keluarga aku, tapi aku gak bisa kekeh bertahan, sedangkan aku emang perlu buat ngelepas. Tenang kalian tetep keluargaku kok," aku berusaha menjelaskan. Seakan takut menyinggung mereka.

"Yaaah Yara, kita bakal kehilangan si kalem dong di kelas kita, tau gak sih lo tu penenang kelas kita, dari para betina yang ganas," ucap Geri, terdengar ngeselin tapi lucu.

"Dasar lo Ger, gue kutuk juga lo, ya Yara, lo hati-hati yaa, jangan sakit, dan inget kadang balek ke sini," ucap Sari, si gadis bijak di kelas.

"Semangat Yaraa!!," beberapa temenku menyemangati dengan semangat. Aku senyum hangat, mereka memang layak kusebut keluarga.

Tak terasa jam sudah menunjukkan jam pulang sekolah. Aku siap buat bertempur. Dengan hati.

Pas banget, Raga lagi gak bareng pacarnya. Bukan gimana sih, tapi gak enak gitu kan kalau ada pacarnya.

"Raga, boleh ngomong bentar?" Raga menoleh. Sedikit lama untuk menjawab. Sampai akhirnya dia mengangguk.

Kini kita ada di belakang sekolah. Berdua. Saja. Serem sih, takut muncul skandal. Tapi bodo lah aku harus ngungkapin sekarang.

"Aku mau bilang sama kamu, aku suka sama kamu. Udah, aku gak perlu jawaban, gak perlu juga balasan. Aku cuma mau bilang itu, karena aku udah gak bisa nahan lagi, makasih." dan tanpa aba-aba aku pergi begitu saja. Membawa secercah kelegaan. Meski sedikit sakit tapi yang terpenting lega, tak ada lagi beban batin. Selesai, aku bisa pergi ke Bandung dengan tenang. Tanpa pemikiran apapun. Semoga.

Dan lusa berlalu dengan cepat. Sekarang aku masih di jalan menuju Bandung. Selamat tinggal Jakarta, dan semua kenangannya. Aku akan mengukir cerita baru di Bandung.

End.
Akhirnya end gaes... Lup yuuuu:*























Tapi boong:")
Tbc~
Dua part aku buat. Part ini ngebut. Aku gak sabar buat tau gimana lanjutan kisah mereka. Berakhir? Atau ada jalan lain? Atau kembali?
Alfynjm.

DibisukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang