Pelajaran telah berakhir, Damar mengikuti Tisha dari belakang. Perempuan itu berbicara dengan seseorang di ruang yang belum pernah Damar masuki sebelumnya. Ia menunggu saja.
Beberapa menit kemudian, Tisha keluar dari ruangan tersebut. Damar yang tadi menunggu sambil menyenderkan punggungnya berteriak memanggil perempuan itu dengan intonasi yang rendah.
"Tisha."
Tisha menoleh. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap Damar dengan wajah heran.
Tidak ingin seorang perempuan yang menghampirinya. Damar beranjak dari tempatnya.
"Ada yang ingin kamu sampaikan padaku?" Tisha sedikit mengerutkan keningnya merasa keheranan dengan Damar. Lelaki itu hanya diam saja ketika sudah di hadapannya. Hal itu membuatnya sedikit aneh.
"Aku mau masuk ke kelompokmu," ujar Damar seraya memberi tatapan permohonan pada Tisha.
Bibir Tisha melengkung manis. Damar juga ikut tersenyum melihatnya. Perempuan itu sibuk merogoh tas miliknya dan mengeluarkan beberapa kertas yang tadi pagi sempat ia lihat.
"Ini, kamu tulis dan jangan lupa cari sumbernya. Ikuti saja yang ada di dalamnya. Kalau kamu tidak mengerti, kamu boleh menghubungiku," Tisha mengambil teleponnya. "Boleh pinjam handphonemu sebentar?"
Damar hanya mengangguki apa yang baru saja perempuan itu jelaskan padanya. Ia memberi telepon miliknya dan langsung diambil oleh Tisha. Perempuan itu mengetik sesuatu disana.
"Aku sudah menyimpan nomorku di handphonemu. Jadi, kita tidak harus bertemu kalau kamu ada pertanyaan."
Damar memandang handphonenya sebentar.
"Kalau gitu, aku pergi dulu ya. Jangan lupa dikerjakan dan cari sumbernya."
Mendengarnya Damar hanya tersenyum tipis sambil melihat kepergian gadis manis itu yang perlahan menghilang dari pandangannya.
"Tisha," gumamnya, membaca nama kontak yang baru saja ditambahkan perempuan itu di handphonenya. Lagi-lagi tanpa alasan yang jelas ia tersenyum hanya mengucapkan nama gadis itu. Setelah itu, ia pergi meninggalkan sekolah menuju perpustakaan luar untuk mengerjakan tugas kelompok miliknya.
🌫️🌫️🌫️🌫️🌫️
Tisha berjalan untuk pulang ke rumahnya. Setelah sampai di depan pintu, ia mengetuk pintu tersebut dan membukanya. Tak lupa ia mengucapkan salam.
"Siang, Tisha."
Mata Tisha sedikit tersentak melihat apa yang ia lihat sekarang. Benar, ada beberapa tamu di rumahnya. Salah satunya dianggap tamu yang istimewa oleh mamanya.
"Siang, tante," sapa Tisha menyahut. Ia berusaha untuk bersikap sopan dan memberikan senyuman yang ramah pada kumpulan ibu-ibu yang saat ini sedang ada di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korban Ambisi (𝙏𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩)
Teen FictionUntuk kamu yang merasa tidak berguna dalam hidup ini jangan berkecil hati. Apa pun yang terjadi, tetaplah merasa hidup. Hiduplah sesuai keinginan. Seperti yang kamu ingin kan tentunya. Cerita ini bukan tentang Bad Boy bertemu dengan Good Girl atau...