Tisha turun dari mobil lalu berjalan dari depan gerbang menuju kelasnya. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Fiza menghampiri dan mengagetkannya. Perempuan mungil itu hanya menyengir ketika melihat Tisha memasang wajah cemberut."Fiza lain kali jangan kagetin aku kayak gitu dong."
"Iya, iya, gue salah ... btw yang lain pada kemana? Belom dateng?" Fiza mengalihkan pembicaraannya. Tisha mengamati Fiza dengan helaan napas pasrah.
"Mungkin belum."
"Ya ampun, yang bener aja. Kalau gitu kita langsung ke kelas aja. Gak usah nungguin mereka. Capek gue!" ujar Fiza mengketus. Tisha hanya bisa mengangguk saja, tidak mau berdebat dengan sahabatnya yang bisa dibilang ahli dalam berbicara.
Damar yang berada di kejauhan hanya memandang kagum ke arah gadis manis itu. Ia ingin menghampiri, tetapi ada perempuan lain yang sedang bersama Tisha.
Ia berniat untuk menemui Tisha dan memberikan tugas kelompok yang sudah ia selesaikan semalam. Damar bersyukur karena kertas yang ada dalam tasnya tidak basah akibat hujan waktu itu.
Tisha membalikkan tubuhnya dan tak sengaja menatap Damar yang ada di depannya.
Damar terdiam. Senyum itu membuatnya terpana meski hanya sekejap saja.
"Damar? Apa kabar?" tanya Tisha pada Damar. Ia bertanya untuk memastikan lelaki itu supaya baik-baik saja. Rasanya ia mencemaskan keadaan Damar.
Damar yang tersentak. Menelan saliva nya dengan susah payah.
"Baik."
Singkat sekali. Fiza yang berada di belakang Tisha mencibir Damar tidak suka. Ia masih kesal karena murid baru itu menjadi dekat dengan pria yang ia taksir sejak lama.
Bukk!
Seseorang baru saja menepuk pundaknya dengan pelan. Ketika Damar menoleh, wajah Jeo langsung membuatnya mengerti. Pria itu menyapanya.
"Yuk, bareng!" ajak Jeo pada Damar yang tersenyum padanya.
"Oke. Tapi gue mau bicara ..."
Damar melirik ke arah Tisha yang masih memandangi dirinya."Ada apa?" tanya Jeo penasaran. Damar sontak menggeleng. Damar kembali menatap Tisha.
"Duluan ya." Damar yang tersenyum. Malah membuat hatinya menghangat.
"Iya," jawabnya singkat.
Melihat Jeo tersenyum. Fiza mengambil langkah cepat ke arah Jeo. Ia langsung menggandeng lengan pria itu, hingga membuat Jeo kesulitan untuk bergerak.
"Jeoo ..."
Mendengar Fiza yang terus menyebut namanya dengan ekspresi wajah yang tidak bisa ia mengerti. Ia hanya bisa pasrah saja.
"Iya."
"Jeeooo."
"Iya."
Fiza menengadah melihat mata Jeo yang tampak tertekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korban Ambisi (𝙏𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩)
Teen FictionUntuk kamu yang merasa tidak berguna dalam hidup ini jangan berkecil hati. Apa pun yang terjadi, tetaplah merasa hidup. Hiduplah sesuai keinginan. Seperti yang kamu ingin kan tentunya. Cerita ini bukan tentang Bad Boy bertemu dengan Good Girl atau...