Damar memarkirkan motornya di depan minimarket tempat ia bekerja. Motornya diparkirkan tidak sembarang tempat, tentu saja tempat yang khusus. Namun memang terlihat biasa saja sebenarnya. Setelah memarkirkan motornya, ia masuk ke dalam minimarket lalu menyapa teman satu kerjanya. Siapa lagi kalau bukan Friska."Eh, Lo Mar, udah lama gue gak liat Lo. Emak Lo belum datang noh. Apa Lo udah mulai kerja lagi?" ujarnya menyahut.
Damar berpikir sejenak. Benar juga, kemarin ibunya sempat datang ke minimarket ini. Ia sempat terkejut dengan kedatangan ibunya. Namun ketika ibunya menjelaskan, ia pun akhirnya mengerti bahwa ibu khawatir dengan nilainya. Jadi, ia tak masuk ke tempat kerja dengan digantikan ibunya.
"Iya Kak, ibu nggak gantiin gue lagi karena gue kembali kerja disini," jelas Damar dengan sopan.
Friska mengangguk-anggukan kepalanya, sudah lama tidak melihat sosok Damar beberapa hari ini membuatnya agak asing.
Bagaimana tidak? Pemuda tampan ini sangat sopan kepada siapa pun. Ia jadi bersyukur karena memiliki teman bekerja yang sopan santun seperti Damar. Meskipun sempat naksir sih.
Bagaimana tidak naksir coba? Damar saja begitu orangnya. Membuat orang luluh saja dengan segala tingkah dan sifatnya yang kelewat lugu.
"Oke, oke, Lo cepetan ganti seragam Lo di belakang noh. Bentar lagi ganti shift gue mau pulang."
"Iya, Kak."
Tanpa berbasa-basi Damar langsung berjalan menuju belakang untuk mengganti seragam sekolahnya menjadi seragam kerja khas minimarket.
🌫️🌫️🌫️🌫️🌫️
Semrawut rasanya jika tiba-tiba sang guru mengatakan bahwa sebentar lagi akan diadakan liburan sekolah. Namun tidak dengan Damar. Ia hanya diam mendengarkan. Sedangkan Tebran memberi komentar disaat semuanya pada bergembira akan diadakan liburan.
"Gue gak setuju adanya liburan sekolah. Kalian 'kan tahu bentar lagi kita bakal kenaikan kelas. Kenapa gak habisin waktu buat belajar aja?" omongnya, yang langsung disambut tatapan mata berbeda makna.
"Apa sih Lo, Teb?! Kami mau seneng-seneng. Mau refreshing, lagian ujian juga udah kelar. Saat-saat kayak begini tuh butuh yang namanya liburan. Lo yang otaknya pintar gak perlu banyak bacot deh. Kalo Lo gak mau ikut gak usah. Gitu aja ribet," sahut seorang siswi dengan ucapan yang pedas.
"Bener tuh apa kata Siska, Lo gak usah banyak bicit. Mending yang gak mau ikut bareng Tebran aja deh, biar kalian belajar bareng. Gue mah ogah, pengen banget liburan. Otak gue udah mampet gara-gara hitung-hitungan kemarin. Gimana guys? Setuju kagak?" balas siswi yang lain.
"Eh, Lo Li, Otak Lo mampet udah kayak saluran bab aja. Butuh bantuan gak? Hahahah," tawa seorang lelaki yang membalas perkataan siswi sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korban Ambisi (𝙏𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩)
JugendliteraturUntuk kamu yang merasa tidak berguna dalam hidup ini jangan berkecil hati. Apa pun yang terjadi, tetaplah merasa hidup. Hiduplah sesuai keinginan. Seperti yang kamu ingin kan tentunya. Cerita ini bukan tentang Bad Boy bertemu dengan Good Girl atau...