🌫️9• Belum kalah

157 111 11
                                    

Damar memarkirkan motornya di parkiran umum yang berada di depan supermarket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Damar memarkirkan motornya di parkiran umum yang berada di depan supermarket. Kemudian masuk ke supermarket cukup ternama, Indomaret.

Dilihatnya baik-baik supermarket tersebut lalu menoleh pada Mbak supermarket yang sedang memandanginya.

"Cari apa, Dek?" tanya Mbak itu heran. Memanggilnya dengan sebutan 'Dek' itu karena Damar belum mengganti seragam sekolahnya.

Tahukah mengapa? Karena sepulang sekolah tadi ia terburu-buru untuk datang mencari sebuah supermarket yang tak jauh dari sekolah dan rumahnya.

"Apa disini masih terima pegawai? Saya ingin bekerja paruh waktu disini." Damar yang berucap sopan membuat Mbak supermarket itu kagum melihat pesona Damar yang begitu menawan.

"Kamu sudah memiliki KTP?"

Damar mengangguk pelan.
"Sudah. Umur saya delapan belas tahun."

Mbak itu mengamati tubuh Damar dari atas hingga ke bawah. Damar yang dilihat seperti itu membuatnya aneh.
Apa ada yang salah dengan dirinya?

"Kamu bisa tanya sama pemilik supermarket ini," jelas Mbak supermarket itu membuatnya mengangguk mengerti.

"Karena kita bakal satu tempat kerja. Nggak usah formal kali ya. Bisa pake embel-embel Lo-Gue kali ya?" ujarnya memastikan.

Damar tampak hanya mengangguk-angguk saja. Apa anak itu tidak bisa bicara banyak?

"Gue Friska. Lo bisa panggil gue Kak Fris. Gue belum tua. Jadi, jangan panggil gue Tante." Lagi-lagi Damar hanya mengangguk.

"Lo masih bisa bicara gak?" tanya Friska yang membuat Damar mengerjapkan matanya bingung.

"Masih, Kak Fris."

Akhirnya anak ini bisa bersuara lagi. Friska hampir tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia ini bukan orang yang memiliki banyak bahan pembicaraan seperti orang-orang di luar sana.

"Lucu banget Lo. Gue pengen jadi kakak Lo dong."

Damar menatap heran. Bukankah tadi ia sudah memanggil Friska dengan sebutan 'Kak Fris'? Kalau begitu mereka sudah menjadi adik kakak dong.

"Udah, gak usah dipikirin. Lo terlalu lugu. Mending Lo kasih tau nama Lo sama gue."

"Nama gue?" tanya Damar menunjuk dirinya sendiri. Friska mengangguk.

"Siapa lagi? Gak mungkin gue tanya nama pelanggan yang lagi belanja."

"Oh." Damar tersentak.

Laki-laki itu melebarkan matanya. Bukan melotot ya. Kalau melotot sama melebarkan mata itu beda. Oke.

"Nama gue Damar, Kak. Umur delapan belas tahun. Ingin bekerja paruh waktu disini."

Penjelasan Damar membuat Friska takjub. "Wow, ternyata Lo bisa perkenalan diri juga." Friska tersenyum tipis.

Korban Ambisi (𝙏𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang