Damar sibuk berkutat dengan buku-buku yang ia ambil dari beberapa rak, yang pembahasannya sama. Ia tidak tahu menahu buku mana yang bagus jadi ia membaca semua buku dengan teliti.Dengan mantap ia melirik kertas dan mulai menulis apa yang menurutnya cocok untuk tugas kelompok tersebut. Setelah menulis isi dan sumbernya. Ia memandang sampul kertas dengan baik. Belum ada namanya disana.
Akhirnya, ia memutuskan untuk menulis dengan menggunakan nama lengkapnya. Diakhiri dengan gambar kepik kacang polong untuk menghiasinya.
Setelah siap dengan tugas, ia membereskan buku dan menaruhnya ke tempat semula. Karena hari sudah malam, ia ingin pulang secepatnya.
Dalam perjalanan pulang tiba-tiba saja hujan turun cukup deras. Ia berniat memarkirkan motornya untuk berteduh akan, tetapi tak sengaja ia melihat seorang gadis yang tampak familiar di matanya.
Damar menghampiri gadis itu. Meminggirkan motornya ke tepi jalan dan berjalan menuju gadis yang terlihat pasrah meski pun sedang basah kuyup.
Tangannya bergerak tanpa ia sadari. Membuka jaket miliknya dan berusaha untuk melindungi kepala gadis itu.
Gadis itu menengadah. Mereka saling bertatapan. Membuat sekitarnya terasa terhenti beberapa detik hanya untuk mereka berdua.
"Damar?"
Ucapan gadis itu membuatnya kembali sadar. Ia berdeham untuk mengurangi kegugupannya.
"Jaketmu basah, lebih baik kita berteduh saja ... disana," jelas gadis itu yang hanya diangguki oleh Damar.
Lelaki itu masih menaruh jaketnya yang basah akibat hujan di atas kepala gadis itu. Setelah sampai di tempat yang gadis itu tunjukkan, Damar menghentikan aksinya.
Gadis itu tertawa kecil melihat apa yang baru saja Damar lakukan padanya. Laki-laki itu cukup lucu dengan tingkah konyolnya.
"Apa yang kamu pikirkan dengan perbuatanmu barusan?"
Damar melihat ke samping. Ia tampak berpikir dengan pertanyaan yang gadis itu lontarkan. Karena Damar terlalu lama berpikir, ia berpikir bahwa Damar tidak mengerti maksudnya.
"Apa kamu pikir jaketmu bisa melindungiku dari air hujan seperti payung?" Gadis itu bertanya sambil tersenyum.
"Aku melakukannya secara spontan."
Lihat, Damar bahkan bisa melakukan hal-hal seperti itu dengan spontan. Wajah polosnya saja menjelaskan bahwa Damar adalah orang yang hanya melakukan apa yang ingin dia lakukan.
Bagaimana ya? Gadis itu berpikir Damar adalah lelaki pendiam yang sebenarnya melakukan apa yang ingin dia lakukan. Dia memang tidak banyak bicara, tetapi dia berbicara jika menurutnya pantas untuk berbicara. Damar itu unik dan menarik.
"Kamu ingat aku?"
"Tisha."
Gadis itu tersenyum lagi. Benar, itu Tisha. Gadis manis yang baru saja membuat Damar tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korban Ambisi (𝙏𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩)
Teen FictionUntuk kamu yang merasa tidak berguna dalam hidup ini jangan berkecil hati. Apa pun yang terjadi, tetaplah merasa hidup. Hiduplah sesuai keinginan. Seperti yang kamu ingin kan tentunya. Cerita ini bukan tentang Bad Boy bertemu dengan Good Girl atau...