Selama dalam perjalanan mereka bercanda ria dan asyik bernyanyi. Merusuh bukan lagi suatu hal yang tak biasa, tetapi mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi mereka. Entahlah, mereka yang memiliki suara pas-pasan juga tak terlalu peduli asalkan mereka bisa bersenang-senang.Berbeda dengan Tisha, ia memilih untuk memakan bekalnya daripada untuk bernyanyi tidak jelas. Ya, meskipun sesekali ia bergumam karena menikmati lagu-lagu yang teman-temannya nyanyikan.
"Wih, lu bawa bekal, Tish?" seru Fiza menyeletuk saat Tisha mulai membuka bekalnya yang ternyata berisi nasi, yang diberi dengan bentuk bulatan. Mungkin saja itu nasi kepal. Entahlah, sebut saja seperti itu.
Tadinya, sebelum Fiza berseru seperti itu Damar yang ada di belakang Tisha juga ikut membuka bekalnya karena tiba-tiba teringat akan bekalnya. Namun saat tiba-tiba Ghania menyeletuk bekal Tisha dengannya sama membuatnya merasa tersentak dan heran.
"Mar, Lo bawa bekal? Bagi dong!"
Ghania langsung merebut satu potong bekal Damar. Eh, ya begitulah. Dia tiba-tiba menjadi seperti itu. Apalagi ketika mendengar celetukan Fiza, gadis itu melirik bekal milik Tisha yang ternyata sama seperti bekal milik Damar.
"Kok bekal kalian sama?!"
Tisha menoleh sebentar. Ia melihat apa yang sedang dipegang oleh Ghania. Yap, itu juga nasi kepal.
Fiza yang ikut kepo pun berdiri dan berjongkok di atas kursinya. Bisa dibayangkan? Kira-kira seperti itulah. Ia mengintip bekal milik Damar.
"Ih, kok bisa?! Kok bekal kalian samaan? Kalian janjian, ya?" Fiza ikut berkomentar.
Ghania mendengar apa yang dikatakan oleh Fiza membuatnya berdecih kesal dan bergumam, "Heboh banget jadi orang."
Damar dan Tisha sontak mengernyitkan dahi heran. Dalam hati, masing-masing juga ikut bersuara. Masa sih? Tapi kenapa bisa sama? Tidak mungkin janjian. Mereka tidak pernah janjian sebelumnya.
Oh, mungkin, mamanya membeli bekal ini di tempat yang sama seperti milik Damar. Pikir Tisha. Ia berpikir positif. Mungkin saja seperti itu. Tidak mungkin janjian. Benar bukan?
Akhirnya, ia pun kembali menikmati makanan yang sudah diberikan mama padanya dengan tenang. Meski dalam pikiran ia masih sedikit penasaran.
🌫️🌫️🌫️🌫️🌫️
Setelah lama di perjalanan, tibalah mereka di tempat tujuan. Ya, di penginapan yang katanya tak jauh dari pantai. Besok mereka akan mengadakan acara di dekat pantai, begitulah yang dikatakan sang guru pada mereka.
Malamnya mereka berencana untuk bermain Truth Or Dare atau biasa dikenal dengan sebutan TOD.
Para murid khusus kelas XI MIPA 1 sudah siap di tempat duduk masing-masing. Mereka duduk berhadapan dengan dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Maksudnya, semua perempuan berhadapan dengan semua anak laki-laki. Pak Riki sih cuma ikut memeriahkan saja katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korban Ambisi (𝙏𝙚𝙧𝙗𝙞𝙩)
Teen FictionUntuk kamu yang merasa tidak berguna dalam hidup ini jangan berkecil hati. Apa pun yang terjadi, tetaplah merasa hidup. Hiduplah sesuai keinginan. Seperti yang kamu ingin kan tentunya. Cerita ini bukan tentang Bad Boy bertemu dengan Good Girl atau...