PERMISSION

730 108 3
                                    

Begitu mendengar suara mobil polisi Brian mendekat, Yunho menyentuh cincin perak yang melingkari jari manis nya. Cincin itu tiba-tiba terasa berat. Yunho ingin sekali memasukan tangan kirinya ke saku celana nya, atau menyembunyikan tangan itu dibelakang tubuhnya. Tapi genggaman Mingi yang dingin dan erat membuat tangan itu tetap diatas pangkuan.

"Berhenti merasa gugup, Yunho. Kau bukanlah hendak ingin mengaku telah membunuh orang." 

"Itu tidak seperti itu.."

Suara sepatu Brian mulai terdengar, bertabrakan dengan lantai. Yunho kembali merasa gelisah. "Tenanglah, Yunho." bisik Mingi, mendengarkan detak jantung pria manis itu berdetak sangat cepat. 

Pintu di dorong hingga membentur dinding, dan Yunho tersentak seperti ditampar. "Ayah.." lirihnya pelan.

"Hai Brian." seru Mingi, vampir itu benar-benar rileks. Yunho benar-benar takut sekarang, Brian menatapnya dengan pandangan datar dan tidak terbaca. Pistol masih menggantung di saku pinggangnya, membuat Yunho menelan ludah nya ngeri. 

"Jangan bekata apa-apa sebelum dia meletakan pistolnya." bisik Yunho pelan. Mingi terkekeh dan menyusupkan tangan nya yang bebas ke sela-sela rambut.

Brian berdiri di tengah ruangan, menatap lurus kearah dua insan yang tengah duduk bersebelahan di sofa, dan berusaha untuk tidak mengerutkan keningnya. Belakangan ini dia mencoba untuk menyukai Mingi, pada awalnya dia mungkin sangat kesal pada vampir itu karena membuat Yunho menimpa banyak masalah. 

"Hei. Ada apa?"

"Ada yang ingin kami bicarakan," kata Mingi, sangat tenang. "Ada kabar baik."

Dalam sedetik kemudian, ekspresi di wajah Brian berubah dari kecanggungan menjadi ekspresi kecurigaan. "Kabar baik?" geram Brian, memandang Yunho lurus-lurus.

"Duduklah, ayah."

Alis pria paruh baya itu terangkat sebelah, berjalan kearah kursi sambil menatap Yunho dan duduk diatas kursi kebanggaan nya.

"Tenanglah, semua nya beres.." kata Yunho setelah hening mendominasi ruangan.

"Tentu. Kalau benar semuanya beres, mengapa kau terlihat sangat ketakutan?" 

"Aku tidak ketakutan." dusta Yunho. 

"Kau hamil?!" Brian meledak, "Kau hamil kan?" 

Pertanyaan itu jelas untuk Yunho, tapi tatapan matanya mengarah ke Mingi. Tangan nya hendak meraih pistol yang berada di pinggangnya. 

Yunho membelalakan matanya,  "Tidak!" pekiknya, "Tentu saja aku tidak hamil!" Yunho menyikut dada Mingi, mencoba meminta bantuan kepada vampir itu dan dia tahu pasti sikut nya akan memar ke esokan harinya. 

Mingi tersenyum kearah Brian, menegakkan bahu dan mulai berbicara. "Brian, aku minta maaf karena aku melakukan nya dengan cara yang tidak sesuai. Mungkin secara adat tradisional, aku seharusnya meminta izin padamu terlebih dahulu. Aku tidak bermaksud kurang ajar padamu, tapi Yunho sudah menjawab dan aku menghargai keputusannya. Jadi, aku ingin meminta restu dari mu, kami akan menikah, Brian. Aku mencintai Yunho dan dia juga mencintaiku. Mau kah kau merestui kami?" suaranya terdengar sangat yakin dan tenang. 

Yunho bisa melihat, sekilas, bagaimana tatapan mata Brian yang tertuju ke cincin di jari manis Yunho. Yunho menahan napasnya, "Beri dia waktu sebentar.." Mingi bergumam dengan sangat pelan.

"Kurasa aku tidak terkejut." gerutu Brian. "Aku sudah tahu, jika suatu saat nanti akan ada pria atau perempuan yang membawa mu pergi dariku." 

Yunho menghembuskan napasnya. "Kau yakin tentang ini?" Brian bertanya dengan nadanya yang sedikit tenang, 

SWEET BLOOD || [MINGI x YUNHO] SLOW UPDATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang