8 - Heboh

4.1K 366 39
                                    

HAPPY EID MUBARAK SEMUA

jangan lupa vote & komen, ramein skuyy <3

selamat membaca kalian

•••

"Ketika seseorang jatuh cinta berarti harus siap nerima resiko kedepannya. Patah hati contohnya."

—Gilang Emilio Pangestu

Nindys membelalak, masih dalam mode terkejut luar biasa. Ragu dengan apa yang Aldrich ucapkan tadi. Tolong siapa pun kasih tau, telinganya salah denger apa enggak sih?!

"Hah?" hanya satu kata yang meluncur dari bibirnya.

Aldrich berdecak. Paling males kalo harus ngulangin ucapan. "Gak ada pengulangan. Gue yakin lo gak budeg."

"N—naik maksudnya naik ke punggung lo?" Nindys bertutur agak ragu.

"Ya lo pikir kemana? Atas genteng?!" balasnya bermaksud melawak tapi jatuhnya garing.

"Kok tiba-tiba jadi baik, kesambet apaan?"

"Pikiran gue gampang berubah." laki-laki tersebut meneruskan cepat. "Jangan banyak nanya."

Melihat gelagat Nindys yang kesekian kalinya terdiam seperti tengah menimang-nimang, Aldrich menegakan tubuh. Lantas menyetus, "Kelamaan. Kalo nggak mau yau—"

"Tunggu!" Nindys spontan mengintrupsi. Cengiran khasnya keluar, tidak salah kayaknya menerima bantuan Aldrich. Rezeki tidak baik ditolak yakan.

"Iya nih gue naik. Nundukan sedikit lagi lo nya." sambungnya berupa perintah.

"Ck," dia memutar mata. Namun tetap menurut, merendahkan lagi tubuhnya agar mempermudah gadis itu.

"Berat juga lo," Aldrich berucap setengah mengejek.

Nindys berada dalam gendongannya menepuk keras bahu Aldrich, "Kalo gak ikhlas mending turunin deh. Pake body shaming segala."

Dia tidak menjawab. Terus melangkah menaiki tangga sampai lantai dua lalu menuju UKS. Di dalam sepi, beralih menduduki Nindys di atas brankar.

"Eh ngapain?!" protes gadis itu keceplosan memekik. Ketika Aldrich berjongkok dan berusaha melepaskan sepatunya.

"Berisik."

"Gue bisa sendiri, awas ih." bukan Nindys namanya kalo langsung bungkam gitu aja. Hendak menyingkirkan laki-laki itu tapi dia malah menarik paksa kakinya.

"Daripada kaki lo gue pelintir mending diem." ia mengancam, cara paling ampuh bikin Nindys langsung bungkam.

Penuturan Aldrich sukses membuatnya membisu. Dalam hati memaki. "Gila nih cowok sadis bener."

"Lo keleseo." Aldrich bercakap pedas, "Makanya kalo enggak bisa turun jangan sok manjat,"

"Namanya juga usaha. Niat gue baik padahal milih masuk meskipun telat." Nindys membela diri, tidak ingin kalah.

"Ujung-ujungnya tapi nyusahin." Aldrich menyetus agak sewot. Sedangkan Nindys mencebik, lagi juga dia sendiri yang nawarin bantuan kok.

Aldrich beranjak mengambil minyak khusus. Mengoleskan rata sembari memijit lumayan kencang tepat pada sekitaran yang memar, "Tahan,"

Nindys meringis tertahan. "Ssshh, sakit."

"Yang bener kenapa sih, sengaja banget diteken."

ALDRICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang