12 - Serangan Ravens

3.7K 322 50
                                    

TOLONG TANDAI JIKA ADA TYPO YA, SELAMAT MEMBACA KALIAN <3

TOLONG TANDAI JIKA ADA TYPO YA, SELAMAT MEMBACA KALIAN <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Lo jangan kayak gitu lah Ting. Dapet contekan tuh bagi-bagi." celetuk Arsen merajuk.

"Tau lo!" Aldrich menepuk pundak Gilang. "Pantes anteng-anteng aja. Ternyata nyalin punya Nathan."

"Hooh nih. Kan kita pengen ikutan juga. Ya gak, Al?" tanyanya.

Dia mengangguk. "Yoi lah. Yang mudah di depan mata kok cari yang susah."

"Gue dikit lagi kelar nih. Barengan aja di sini kalo mau jangan lo bawa kabur." tutur Gilang sambil menggeser buku tugas milik Nathan supaya berada di tengah.

"Nathan emang penyelamat deh. Udah pinter, rajin, baik lagi. Meskipun kalo ada ulangan mendadak budeg di panggilin." Arsen bergumam sementara jarinya sibuk menulis.

"Semua orang sebenernya pinter Sen. Asal nggak males sama mau berusaha." Aldrich berkata bijak.

Langsung Gilang berucap untuk Arsen. "Emang elu Sen. Pr adalah pekerjaan rumah. Kerjain tuh di rumah bukan sekolah gimana sih,"

"Idih kagak ngaca amat!" tandas Arsen. "Lagian sekolah rumah kedua kita. Jadi gak salah dong gue kerjain di sekolah."

"Bilang aja kalo di rumah cuma planga-plongo, bingung cara ngerjainnya. Kan kalo di sekolah timbang nyontek sana sini." timpal Aldrich tepat sasaran.

"Bener sih." Arsen terkekeh kecil. "Selain bingung banyak godaan. Kasur gue magnetnya kuat banget."

"Malah gibah si monyet bukan buru selesaiin." Nathan menimbrung tiba-tiba. Datang bersama Dimas.

"Abis dari mana lo? Mentang-mentang udah kelayapan mulu," kata si rambut curly.

"Cuci mata dong biar seger." jawab Nathan seadanya. "Lumayan dapet asupan yang bening-bening."

"Wah bilangin Sherin ego." kompor Arsen dengan semangat menakut-nakuti. "Biar perang dunia. Mampus lu Nat."

"Ye aduan. Aduin gih, lo pikir gue bakal takut?" laki-laki itu menaikan alis, sok nantangin.

"Giliran beneran ribut entar frustrasi. Ngamuk sana sini." Aldrich meledek hafal betul kelakuan temannya.

"Nah bener! Kita-kita dah yang kena imbas." Gilang pun menambahi membuat Nathan menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal.

"Demen lo Ting gue terpojoki gini." lalu disambung tawa. "Becanda elah. Sherin udah lebih dari cukup buat gue."

"Hilihhh bucin abiez!" ceplos Arsen refleks.

Brak!

Seluruh perhatian terpusat ke arah Panji karena datang-datang membanting pintu hingga menimbulkan suara gaduh.

ALDRICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang