28 - Tidak A6!

2.5K 225 46
                                    

HII, SOWRY PREN FOR LATE UPDTE. HALUKU SEDANG TERHAMBAT GATAU KENAPA, NIKMATIN AJA YG SEKARANG YH JANGAN LUPA VOTE KOMEN!

Selamat membaca kalian, nemu typo atau salah penulisan tandai oke

Selamat membaca kalian, nemu typo atau salah penulisan tandai oke

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gak semua yang terlihat baik itu baik. Dan yang terlihat berengsek sekalipun belum tentu seburuk yang kalian bayangkan,"

•••

Dua hari cukup untuknya memulihkan kondisi. Nindys juga meminta bedrest di rumah karena tidak suka terbaring di ruangan beraroma obat-obatan yang nampak membosankan. Selama itu pula kerjaannya hanya makan tidur saja. Dan hal tersebut tentu membuat gadis itu bete.

Nindys butuh udara segar. Butuh bertemu teman-teman di sekolah. Juga butuh Aldrich.

"Sayang, ada apa? Kalau perlu sesuatu kamu bisa chat atau call, biar Papa antar ke kamar kamu." Chrys nengok saat mendengar derap langkah kaki putrinya menuruni tangga dan berjalan ke arahnya di ruang keluarga.

"Benar kata Papa kamu, Nindys. Kamu juga bisa ngomong sama Mama. Gak perlu sungkan." tambah Vanes.

"Coba lihat, aku udah baik-baik aja," dia memutar tubuh untuk meyakinkan bahwa dirinya memang sudah tidak apa-apa. "Cukup, Pa. Aku bosen di kamar mulu. Besok Nindys boleh sekolah yah?"

Chrys mengajak Nindys menuju sofa terlebih dulu kemudian menggeleng. "Satu minggu."

"Apanya yang satu minggu?" Nindys mengernyit.

"Waktu istirahat kamu."

Sempat-sempatnya Nindys tertawa. Merasa ucapan Chrys terlalu berlebihan. Lagian yang benar saja satu minggu terkurung di rumah, apa tidak mati kebosanan?

"Saran dokter satu sampai dua hari loh. Enggak sampai seminggu. Aku nggak setuju, pokoknya besok mau sekolah." kekeuh Nindys menunjukkan tingkah merajuk, menekuk wajahnya.

"Emang kenapa buru-buru banget mau sekolah? Jahitan kamu masih basah. Nanti kalau banyak gerak terus berdarah gimana?" Vanes menimpali, langsung disetujui oleh Chrys.

"Mama Vanes benar sayang."

Membuang napas, ia berucap. "Ya aku udah kelas 12. Kalau terus nggak masuk entar ketinggalan materi. Lagi pula kasihan Kayla pasti kesepian duduk sendiri," dalih Nindys.

"Okey, okey. Demi putri Papa yang cantik ini supaya tidak bersedih lagi Papa izinkan." final Chrys luluh.

"Seriously?!" refleks Nindys menoleh sumringah pada Chrys.

"Yeah. Of course," balas pria tersebut dengan senyuman menghiasi bibirnya.

"Mas yakin?" Vanes memastikan.

Chrys sedikit memiringkan tubuh memandang Vanes. "Serahkan semuanya pada Mas. Ucapan Nindys juga ada benarnya." lalu matanya bergulir ke arah putrinya.

ALDRICHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang