Bagaimana caranya melarikan diri saat kau ingin sekali pergi, namun sebanyak apapun kau ingin pergi, itu tidak akan pernah bisa? Fuyuki ingin sekali pergi. Tidak terhitung seberapa besar keinginannya untuk pergi, tapi dia tahu, sebesar apa pun keinginannya untuk pergi, dia tidak akan pernah bisa pergi selama kakinya terjerat rantai. Bukan terjerat. Terikat kencang oleh rantai, lebih tepatnya. Fuyuki diam. Saat ini dia tengah berada di kursi Shinkansen, meski sesungguhnya, isi kepalanya tidak berada di sana. Ah, omong-omong, saat ini Fuyuki sedang dalam perjalanan menuju Hyogo. Iya. Hyogo yang itu. Tempat orang yang disinyalir tunangannya berada. Tapi jangan suudzon dulu. Fuyuki datang ke Hyogo untuk bekerja. Tidak ada niat buat modus menemui tempat tinggal orang itu. Tenang saja. Untuk yang satu ini Fuyuki paham sekali sebanyak apa Osamu tidak ingin bertemu dengannya.
Luka di sisi wajahnya sudah mengering, meski masih meninggalkan bekas melintang di sisi wajah. Meski begitu, Fuyuki sama sekali tidak berusaha menutupinya (padahal Murasakibara dan dokter menyarankannya untuk menggunakan plaster untuk menutupi bekas luka sampai bekasnya hilang). Ah, pekerjaannya hari ini adalah menjadi fotografer untuk acara pertunangan salah satu teman seangkatannya saat kuliah. Acaranya akan dilaksanakan nanti malam, jadi Fuyuki masih punya waktu untuk bersiap dan juga sekaligus melakukan pekerjaan lain. Dia sudah menghitung banyak kemungkinan. Tempat yang akan dia kunjungi berada cukup jauh dari Kedai Onigiri Miya milik Osamu. Ini juga masih siang dan bisa dipastikan Osamu akan sibuk bekerja di kedainya. Jadi, terlepas dari berada di Perfektur yang sama, Fuyuki sudah memperhitungkan jika kemungkinan pertemuannya dengan Osamu mendekati nol persen. Iya. Tidak ada. Lagipula dia juga sengaja. Akan sedikit rumit saat Fuyuki berada di Hyogo sehari setelah Osamu pertama kali mengiriminya pesan. Bukan suudzon, hanya saja, Fuyuki jelas memikirkan kemungkinan paling buruknya. Bahkan, dalam upaya semakin memperkecil kemungkinan bertemu Osamu, dia juga sengaja sekali mengenakan kupluk yang menutupi hingga telinganya. Ini musim dingin dan Fuyuki juga sengaja menggunakan syal yang menutupi separuh wajahnya.
Tujuan pertama Fuyuki adalah sebuah cafe. Dia ingin memakan beberapa manisan dan memesan matcha late. Menurut informasi, matcha late di cafe ini enak sekali. Langkahnya terhenti tepat di sebuah cafe. Tidak ramai. Hanya beberapa pengunjung yang mengisi kursi. Hanya saja, sayang sekali karena Fuyuki tidak bisa memesan mochi saat itu. Bukan cuma karena dia sangat ingin memakan mochi di tempat ini, hanya saja, dia juga membutuhkan foto mochi untuk diberikan pada seseorang.
Udara siang itu lebih hangat dari biasanya, meski tentu saja tumpukan salju terlihat di jalanan, mencair. Kedua sosok itu berhenti tepat di sebuah cafe. Sebenarnya tidak ada rencana bagi mereka berdua untuk menghabiskan waktu di cafe, hanya saja, salah satu teman mereka saat SMA mengajak bertemu di cafe ini, begitulah bagaimana mereka berakhir di cafe ini. Namun, entah keberuntungan macam apa yang mereka miliki sampai sesaat setelah membuka pintu, pemandangan yang dilihat justru kekacauan. Dua orang laki-laki dewasa berbadan besar dengan tampang sangar terlihat sedang mengomeli, (mengintimidasi bahkan) seorang gadis. Sementara di antara mereka, seorang pegawai cafe juga ikut membungkuk.
Atsumu yang pertama kali tergerak untuk mendekat dan melihat keadaan. Matanya membulat saat melihat sosok yang tengah berurusan dengan dua laki-laki mengerikan itu.
"Tunjukkan kamera mu!" Suaranya menggelegar. Meski terlihat terintimidasi, namun gadis di hadapan dua orang itu justru terlihat tenang. Alih-alih ketakutan, dia justru dengan santainya melepaskan tali kamera yang mengganti di lehernya, memberikannya pada kedua sosok itu.
"Okyaku San, maafkan kami, onee San ini memang sudah meminta izin pada kami untuk mengambil beberapa foto," Si pegawai bicara takut-takut.
Kedua orang itu mengernyit saat melihat isi foto dalam kamera. Benar saja. Semua foto dalam kamera itu berisi foto mochi yang ada di atas meja mereka. Mereka sepertinya terlalu sensitif...
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika
FanfictionSenandika (se.nan.di.ka) n wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang...