-20. Eskapisme-

288 25 4
                                    

And the hidden secrets was opened. Those are chaos.

.

.

.

Fuyuki seolah hidup dalam kubangan yang ia ciptakan. Sendirian. Jika saja Fuyuki tidak pernah mengenal Murasakibara, sampai akhir tidak akan ada satupun yang bisa membuat Fuyuki sedikit bergerak dari kubangan yang ia ciptakan.

Bukan. Murasakibara dan Fuyuki tidak memiliki hubungan pertemanan sedangkan itu. Lebih dari sebagai laki-laki dan perempuan, mereka berdua lebih mirip seperti saudara kandung yang saling melengkapi. Benar-benar. Bahkan, Murasakibara lebih mirip seperti 'anak' Fuyuki. Dua orang itu selalu begitu. Sejak dulu. Kesampingkan mengenai hubungan pertemanan luar biasa Himuro dan Murasakibara. Jika bukan karena Murasakibara, mungkin Fuyuki tidak akan cukup dekat dengan Himuro.

Dan sekarang...

Fuyuki mendesah kasar. Sejak kemarin, setelah kehadiran Akaashi yang menjenguknya, Fuyuki masih memikirkan satu hal.

Alasan ponselnya yang raib tanpa penjelasan pasti. Ya meski pada akhirnya dia mendapatkan ponsel baru (entah siapa yang membelikannya?)

Lalu...

Dilihat dari kondisinya, Fuyuki entah bagaimana bisa menyimpulkan satu hal pasti. Murasakibara, Himuro, Ellea dan Atsumu tahu penyebab Fuyuki berada di taman di malam hari.

Itu merepotkan.

Omong-omong, apa Osamu baik-baik saja? Dia mengkhawatirkan keselamatan orang itu. Fuyuki tidak menaruh dendam. Sungguhan. Lagipula dia sakit juga akibat kebodohannya. Dia seolah tenggelam oleh kegilaan yang mendesak. Berusaha keras mempertahankan kewarasannya saat kondisinya semakin menggila.

Jika begini---

Fuyuki mendesah kasar. Osamu pasti akan langsung memutuskan pertunangan mereka.

Sungguhan. Fuyuki tidak peduli jika pertunangannya harus berakhir, yang menjadi masalah justru akibat dari usainya pertunangan itu---

---keselamatan sepupu dan adiknya.

Dia mendesah kasar. Mata mengerjap tatkala melihat pintu yang terbuka. Kepala menoleh secara spontan hanya untuk kembali terdiam. Napasnya terhenti untuk sesaat kala mendapati siapa gerangan sosok yang berdiri di ambang pintu.

"Yuki chan!" Suaranya tertahan. Dia bergerak cepat. Menarik si gadis dalam rengkuhan. "Maaf, aku baru bisa datang," Jelasnya, dengan nada penuh penyesalan.

Fuyuki mematung. Jantungnya berdegup menggila. Satu minggu lebih.

Sudah lebih dari satu minggu dia terlambat dari rencana awal mereka. Fuyuki tidak bisa menghubungi mereka karena ponselnya hilang, hanya saja---

"Hana san, bagaimana dengan misinya?" Dia bertanya dengan penuh urgensi.

Kekhawatiran tidak bisa disembunyikan dari raut wajahnya.

Hana. Sosok yang sering Fuyuki temui saat dia berada di Akita ---lebih tepatnya mantan rekan ayah Fuyuki saat masih hidup--- dia menatap Fuyuki dengan ekspresi rumit. Sangat rumit.

Nuraninya selalu merasa bersalah karena harus melibatkan gadis ini bahkan sejak dia masih sangat muda. Jika saja semua hal itu tidak terjadi, jika takdir gadis ini berbeda, Hana yakin jika gadis ini akan sangat cemerlang. Lebih cemerlang. Tidak selalu membatasi diri.

Mungkin itu kejam saat mereka harus terpaksa menerima seorang gadis SMA yang tiba-tiba datang ke kantor sembari mengusulkan kerjasama.

Bukan jenis kerjasama biasa. Gadis itu yang bahkan masih sangat muda, dia harus menghadapi kenyataan pahit. Kenyataan yang menyayat. Kebenaran dibalik kematian ayah dan kakeknya. Dia dihadapkan pada kenyataan yang tidak pernah sama sekali terpikirkan. Jika saja Fuyuki tidak pernah berhasil menguraikan teka-teki dan kode pada surat wasiat ayahnya, jika saja Fuyuki tidak membereskan barang lama kakeknya, mungkin setidaknya sampai dia lebih dewasa, Fuyuki bisa menjalani kehidupan anak SMA seperti biasanya. Tidak harus melibatkan diri pada bahaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang