-12. Agonia-

131 24 0
                                    

Osamu diam. Dia menatap langit malam. Udaranya dingin luar biasa. Salju juga sudah bertebaran. Menambah kesan musim dingin yang pekat. Dia mendesah kasar. Duduk di counter sebuah bar, Osamu hanya diam. Dia menatap segelas sake hangat di hadapannya, tanpa menyentuhnya. Isi kepalanya berantakan. Tidak jelas apa yang harus ia lakukan saat ini. Semuanya terlalu runyam. Ucapan Atsumu tumpang tindih dengan semua yang membebaninya selama ini.

Sejak awal, keputusan kakeknya untuk menunangkan Osamu dengan Fuyuki memang terasa ganjil. Keluarga mereka bukan keluarga ningrat yang biasanya akan sengaja mengikat hubungan antar keluarga agar kedua belah keluarga bisa saling memberikan hubungan timba balik yang menguntungkan. Keluarga Miya merupakan keluarga biasa seperti kebanyakan. Begitu pula dengan keluarga Kaminaga. Tidak akan ada hubungan yang saling memberi manfaat meski mereka mengikat hubungan. Begitu pula sebaliknya. Tidak ada manfaat maupun kerugian saat mereka tidak saling mengikat hubungan antara dua keluarga.

Osamu tidak tahu. Alasan sesungguhnya sang kakek yang kukuh untuk tetap memutuskan pertalian antara dua keluarga. Orangtua Osamu juga tidak mengerti alasannya, namun setelah pembicaraan mendalam yang entah apa antara kedua orangtuanya dan sang kakek, Osamu jelas melihat perbedaannya. Orangtuanya entah bagaimana menunjukkan sikap mendukung. Osamu dan Atsumu masih kecil saat itu, jadi mereka tidak ambil pusing sesuatu seperti itu. Mereka cuma berpikir pertunangan tidak berbeda dengan pertemanan. Sesederhana itu.

Namun, seiring berjalannya waktu, seiring bertambahnya usia, mereka akhirnya menyadari. Arti dari sebuah pertunangan. Sayangnya, mereka tidak juga bisa memahami alasan sang kakek dan orangtua mereka yang tetap melanjutkan pertunangan antara dua keluarga itu.

Osamu pernah menyukai seseorang. Itu jelas. Pasti. Saat itu mereka masih duduk di bangku SMP ketika Osamu menyadari perasaan tidak biasanya. Gadis yang ia perhatikan. Seorang teman sekelas sejak mereka SD. Gadis itu berbeda dari kebanyakan gadis yang si kembar ketahui. Sejak dulu mereka memang sudah populer. Unggul di pelajaran olahraga dengan wajah mirip seolah menjadi daya tarik tersendiri buat mereka. Meski Osamu terlihat lebih tenang daripada Atsumu yang atraktif, namun tidak membuat kepopuleran keduanya berbeda. Tetap. Apalagi setelah kedua anak itu mendalami voli. Mereka semakin dikenal luas. Banyak yang mendekati mereka, itu sudah pasti. Terlepas dari banyaknya anak-anak tim voli yang tidak menyukai cara bersikapnya Atsumu, namun di mata para anak perempuan, sikap pemberontakan Atsumu dianggap imut.

Harukawa Naomi. Satu-satunya anak gadis yang pernah menegur Atsumu karena ucapannya yang keterlaluan. Kejadiannya luar biasa. Gadis itu berjalan dengan penuh kepercayaan diri. Gadis yang sangat disukai oleh nyaris semua orang. Wajahnya cantik, jangan ditanya. Kalau si kembar Miya merupakan idola para anak gadis di sekolah, maka Naomi merupakan idola para anak laki-laki di sekolah. Mereka bertiga seolah berada dalam kondisi yang sama. Sama-sama populer di kalangan lawan jenis, namun menjadi objek rasa iri dari sesama jenis. Lalu, begitulah. Ketiganya mulai berteman baik. Lagipula, mungkin bagi si kembar keberadaan Naomi menjadi sosok yang 'menyegarkan' di antara anak gadis yang bersikap berlebihan pada mereka.

Osamu mendesah kasar. Bayangan masa lalu itu seolah saling berhamburan keluar dari dalam kepala. Memaksanya mengingat dengan jelas tahun-tahun dia menahan perasaannya.

Ketiga orang itu kembali bersekolah di tempat yang sama hingga SMP, mengingat Naomi memilih masuk sekolah yang berbeda dengan si kembar saat SMA.

Ceritanya mungkin akan klise jika menyangkut  perasaan diam-diam Osamu. Iya. Seklise itu. Macam cerita-cerita di kisah romansa teman masa kecil. Osamu menyimpan perasaan pada Naomi. Naomi menyukai Atsumu. Atsumu menyukai gadis lain saat SMA. Rumit memang. Orang yang menulis cerita ini saja sampai bingung mengutarakannya --ups--

Sekali lagi. Osamu mendesah kasar. Dia datang ke rumah sakit beberapa saat lalu hanya untuk melihat keadaan gadis yang merupakan tunangannya. Entah dia harus bersyukur atau bagaimana, saat dia tiba Fuyuki tertidur. Dia tidak bertemu dengan gadis itu. Lagipula, bertemu dengan Fuyuki dalam kondisi seperti itu mungkin bukan sesuatu hal yang baik. Osamu juga tahu dia berlebihan pada Atsumu beberapa saat lalu. Tidak seharusnya dia memperlakukan Fuyuki seperti barang yang bisa dipindah tangankan sesuka hati. Dia juga jelas menyadari jika keadaan rumit mereka sejak dulu bukan salah Fuyuki. Osamu tahu itu dari dalam dirinya. Dia menyadarinya. Hanya saja... Rumit. Sungguhan. Itu begitu rumit. Bohong jika Osamu tidak menyadari jika Fuyuki merupakan gadis baik-baik. Sungguhan gadis baik-baik. Bukan seorang gadis yang berpura-pura baik hanya dihadapan orang tertentu. Kepribadiannya juga tidak perlu diragukan. Dia tulus. Dia juga tahu bagaimana harus bersikap. Meski hanya bertemu tiga kali, namun Osamu bisa memahami itu. Sejak pertemuan pertama mereka bahkan. Gadis itu memutuskan langsung pergi saat pertama kali mereka bertemu di apartemen Atsumu. Bisa saja gadis itu memperkenalkan diri sebagai tunangannya, atau membela diri, tapi tidak. Gadis itu dengan ringannya pergi. Tanpa memberi penjelasan apa pun. Menyingkir saat tahu jika Osamu terganggu dengan kehadirannya di apartemen Atsumu. Begitu pula saat pertemuan kedua mereka di kedai Murasakibara. Gadis itu dengan tanggap memanggil nama belakangnya alih-alih memanggil nama depannya. Miya san. Begitu dia memanggilnya selalu menyadari tindak tanduk Osamu. Gadis itu juga dengan langsung memperbolehkan Osamu pulang saat mereka terpaksa harus pergi berdua. Dia jelas tahu Osamu enggan melakukan apa pun dengannya. Lalu, pertemuan ketiga mereka di Hyogo.

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang