"Baiklah, tapi aku panggil kamu dengan sebutan Ray bolehkan?"
"Sejak kecil aku adalah gadis pendiam, tidak mau bergaul dengan orang lain semenjak kepergian papa."
"Aku terlalu trauma akan kehilangan sehingga warna hidupku hanya hitam dan putih."
"Tapi suatu hari kamu datang dan memberikan warna pada kehidupanku."
"Aku nggak tau kalau suatu hari warna itu akan pudar."
"Kalau begitu untuk apa memberikan warna di kehidupanku kalau pada akhirnya warna itu bakalan pudar bahkan menghilang!"
Ray terus-terusan memimpikan hal yang aneh. Lebih tepatnya kata-kata Rara yang sempat dilontarkan gadis itu ketika tahu bahwa lelaki itu akan pergi.
"Ra..."
Nama gadis itu terus-terusan terucap dari bibir tersebut tanpa sadar. Lelaki yang tengah terbaring lemas itu kini mulai kembali mengingat akan kenangannya pada gadis yang menjabat sebagai sahabat kecilnya itu.
"Ra!"
Lelaki itu langsung terduduk dari tidurnya membuat semua orang yang ada di kamarnya terkaget. Dilihatnya sekeliling. Terlihat Farhan, Nita, Fakhri, Lidya, Nanto, dan Naya yang menatap khawatir padanya. Seketika lelaki itu teringat akan Rara.
"Dimana Rara?" Tanya Ray dingin entah pada siapa.
"Rara? Siapa Rara?" Tanya Farhan berpura-pura tidak mengenal gadis itu.
"Jujur sama Rayhan! Dimana Rara!!? Rayhan udah inget semuanya pa! Ingatan Rayhan udah kembali pa!" Ray langsung berdiri dengan emosi membara.
"Maksud papa apa!? Ngotot mau jodohin Rayhan dengan cewek nggak jelas ini!!?" Ucap Ray dengan tatapan tertuju pada sang papa sedangkan tangannya menunjuk wajah Naya.
"Rayhan!" Bentak Farhan.
Suasana semakin mencekam. Nanto berusaha menahan emosi karena putri semata wayangnya dihina-hina oleh Ray.
"Mama, mama malah ngebelain papa? Mama nyembunyiin semuanya! Dan lo bang, sebenarnya lo anggep gue adek lo nggak sih!!? Tega-teganya lo kongkalingkong sama papa mama buat jauhin gue sama Rara! Padahal dulu lo adalah orang yang paling ngedukung hubungan gue sama Rara! Lidya, jujur sama abang, kamu diancam papa kan? Abang tau kamu sayang sama Rara! Sebenarnya kalian anggep Rayhan keluarga apa bukan!? Kenapa kalian tega nyakitin Rayhan kayak gini!?" Ray mengeluarkan seluruh unek-uneknya pada keluarganya.
Nita sudah mengeluarkan air mata. Lidya, gadis SMP itu shock mendengar tuturan sang abang. Tapi itu semua fakta, Lidya selama ini diancam sang papa jika ingin memberitahu soal Rara pada Ray. Fakhri pun juga terdiam mendengar penuturan sang adik.
Dengan kondisi yang belum pulih, Ray mengambil jaket dan kunci mobilnya. Lelaki itu berniat untuk mencari Rara.
"Mau kemana kamu?" Tanya Farhan dingin.
"Bukan urusan anda," Ray pun membalas dengan tak kalah dinginnya.
"Kalau kamu berani mencari gadis itu, silakan angkat kaki dari rumah ini," semua orang kecuali Nanto terkejut ketika Farhan mengusir Ray.
"Ancam saja sepuas anda. Saya tidak takut. Sekarang di mana Rara?" Entah dorongan dari mana lelaki itu menjadi sangat dingin. Kepribadiannya berubah drastis.
"Saya jamin kamu tidak akan bertemu gadis itu," ucap Nanto membuat Rayhan naik pitam.
Bugh!!
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH SANG REMBULAN (TAMAT)
Teen FictionRara dan Ray adalah sahabat yang baik sejak berumur 6 tahun. Pertemuan mereka diawali pada bulan purnama. Pertemanan mereka sangat erat. Hampir tak ada yang bisa memisahkan. Namun, pada kelas 1 SMP, Ray terpaksa pindah dikarenakan orang t...