Ray melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan dan berhenti ketika melihat seorang gadis tengah bersenda gurau bersama dua sahabatnya. Tanpa pikir panjang, Ray langsung menghampiri gadis itu.
"Ra," panggil Ray menghentikan kegiatan ketiga gadis tersebut.
"Ya?" Sang empu pun menoleh menunggu kalimat Ray selanjutnya.
"Boleh gue pinjem Rara bentar?" Tanya Ray pada Santi dan Lia, sedangkan mereka hanya mengangguk.
Ray menarik tangan Rara keluar dari kelas. Hal itu tak luput dari pandangan Santi, Lia, bahkan Leo, Angga, dan Naya yang menatap mereka dari kejauhan. Terutama Naya yang menatap kedua orang itu dengan tajam.
"Awas aja lo," umpatnya di dalam hati.
***
Ray terus menarik tangan Rara melewati koridor sekolah. Sementara Rara hanya menurut tanpa melawan sedikit pun. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, sungguh gadis itu amat sangat merindukan genggaman tangan lelaki yang dihadapannya ini. Sampai pada akhirnya mereka berhenti.
"Ngapain?" Tanya Rara to the points setelah mengetahui bahwa dirinya berada di taman sekolah.
"Lu yang bawa gue ke rumah semalem?" Tanya Ray dengan menaikkan sebelah alisnya.
Rara hanya mengangguk. Kemudian menatap Ray dalam.
"Makasih," ucap Ray pelan sembari menunduk.
"Gue nggak tau gimana caranya berterimakasih sama lu. Kalau nggak ada lu mungkin nggak ada harapan gue bisa sampai di rumah dengan selamat," ucap Ray kemudian menatap Rara dalam.
"Itupun aku dibantu warga Ray," ucap Rara tak enak hati.
"Tetap aja lu yang nolong gue," ucap Ray lagi.
"Kamu tanya gimana caranya berterimakasih kan? Cukup latihan sungguh-sungguh dan berikan penampilan yang terbaik untuk lusa," kata Rara dengan senyuman manisnya. Sesaat Ray terdiam melihat senyuman itu, kemudian menautkan jari kelingkingnya dengan kelingking Rara.
"Promise," Rara kembali tersenyum mendengar kalimat tersebut. Kemudian mereka kembali menuju kelas.
***
Dua hari kemudian, Rara kini bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Hari ini adalah hari dimana Ray dan Rara akan tampil. Gadis itu tidak membawa baju ganti. Hanya saja memakai jaket berwarna biru tua dengan banyaknya gambar bintang-bintang kecil. Kemudian dibagian belakang terlihat gambar enam buah tangan yang masing-masing tangannya membentuk huruf V yang saling terpaut satu sama lain. Dan di atas gambar tersebut terdapat tulisan "BESTie".
Jaket itu tidak akan mudah bahkan tidak akan ditemukan. Karena awalnya jaket itu hanyalah jaket berwarna biru tua. Tetapi Rara, Ray, Leo, Santi, Lia, dan Angga menyablonnya di usaha sablon milik tantenya Santi. Dan hanya mereka berenam yang memiliki jaket tersebut. Sengaja ukurannya mereka beli untuk ukuran anak SMA. Supaya jaket tersebut bisa tahan lama.
Tut tut tut!
Terdengar suara klakson mobil dari depan rumah. Seketika Rara langsung melihat ke jendela kamarnya. Kedua sudut bibirnya melengkung melihat seseorang yang ditunggunya sedari tadi. Gadis itupun langsung berpamitan pada bunda kemudian keluar menghampiri orang tersebut.
"Hai Ray," sapa Rara ketika memasuki mobil milik Ray.
Ray seketika terkaget melihat jaket yang dikenakan Rara sangat mirip dengan jaket yang dipakainya. Matanya menatap gadis itu dan melihat jaketnya. Persis tanpa adanya perbedaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH SANG REMBULAN (TAMAT)
Teen FictionRara dan Ray adalah sahabat yang baik sejak berumur 6 tahun. Pertemuan mereka diawali pada bulan purnama. Pertemanan mereka sangat erat. Hampir tak ada yang bisa memisahkan. Namun, pada kelas 1 SMP, Ray terpaksa pindah dikarenakan orang t...