Tak tuk tak tuk!
Terdengar suara langkah kaki beberapa anak. Setelah mengetahui di mana Rara kini, Ray menyuruh supirnya untuk kembali ke rumahnya.
Dan di sinilah mereka sekarang, di sebuah taman yang tak jauh dari rumah Ray. Tempat di mana awal pertemuan Ray dan Rara. Tempat yang selalu Rara datangi pada bulan purnama setelah dia pindah ke rumah barunya.
Langkah mereka terhenti ketika melihat seorang gadis lengkap dengan seragam sekolahnya serta rambut yang dikucir kuda. Gadis itu tengah menutup matanya dan menangis.
Ketika mereka ingin mendekati Rara, Ray menahan teman-temannya.
"Guys, kalian bisa kasih gue sama Rara waktu untuk berdua nggak?" Ucap Ray kepada teman-temannya.
Mereka pun mengangguk sementara Ray berjalan mendekati Rara dan duduk disebelahnya. Gadis itu masih belum menyadari keberadaan Ray.
"Rara," ujar Ray dengan lembut kepada Rara.
Rara yang mendengar suara Ray pun langsung menegakkan kepalanya dan menatap sahabatnya itu. Matanya sembab menandakan bahwa dia habis menangis.
"Aku tau kamu sedih karena aku akan pergi. Tapi kalau kamu seperti ini membuat hati aku lebih sedih Ra," ujar Ray memulai aksinya untuk berbicara pada Rara.
"Siapa yang gak sedih kalau akan kehilangan orang yang mereka sayang," balas Rara. Air matanya kembali tumpah melepaskan kepedihan hatinya.
"Perpisahan bukan berarti kehilangan Ra, melainkan perpisahan itu adalah awal dari sebuah pertemuan baru," ujar Ray membuat Rara mematung seketika.
"Aku nggak mau liat kamu kayak gini Ra, aku mau kamu semangat kayak dulu. Walaupun gak ada aku disisi kamu, kami harus tetap bangkit," lanjut Ray. Tangis Rara semakin pecah. Sangat berat untuknya melepaskan Ray pergi, apalagi keluar negeri.
***
Sementara itu, diwaktu yang sama terlihat Tia dengan wajah paniknya dan Sam yang tengah sibuk mengemudi menuju tempat dimana Rara berada.
Sesampainya di tempat tujuan, tanpa pikir panjang Tia dan Sam langsung berjalan memasuki area taman. Tapi tanpa aba-aba teman-teman Rara menahan mereka berdua.
"Kenapa dihalangi sih!? Kakak penasaran dengan keadaan Aini," ucap Tia dengan tegas.
Akhirnya teman-teman Rara menceritakan kejadian hari ini, dari A sampai Z tanpa ada yang tertinggal satu bagian pun.
"Jadi gitu ceritanya? Pantes aja Aini sesedih itu," ucap Tia dengan tatapan sedihnya. Ia juga sudah terlanjur menyayangi Ray seperti adiknya sendiri.
"Ray itu pacarnya Aini?"
Plak!
Tak segan-segan Angga menjitak kepala Sam. Membuat pria itu meringis kesakitan. Sedangkan Tia dan yang lainnya hanya memberikan tatapan sinis kepada Sam.
"Tia, mereka beneran sahabat adik kamu bukan sih?"
"Galak amet," ketus Sam sembari menggosok kepalanya yang masih terasa sakit.
"Kamu tuh emang pantes digituin! Masih kecil juga udah disuruh pacaran. Makanya Angga jitak kepala kamu, biar kamu gak ngomong sembarangan," ketus Tia dengan tatapan yang menyeramkan.
Seketika nyali Sam ciut begitu saja. Bagaimana bisa dia mencintai wanita yang sangat menyeramkan? Entahlah, tidak ada yang tau mengapa itu bisa terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH SANG REMBULAN (TAMAT)
Teen FictionRara dan Ray adalah sahabat yang baik sejak berumur 6 tahun. Pertemuan mereka diawali pada bulan purnama. Pertemanan mereka sangat erat. Hampir tak ada yang bisa memisahkan. Namun, pada kelas 1 SMP, Ray terpaksa pindah dikarenakan orang t...