Malam menyambut. Sang rembulan bersinar menggantikan sang mentari. Rara dan Ray duduk di sebuah taman yang menjadi saksi bisu pertemuan mereka.
"Ra," panggil Ray memecah keheningan diantara mereka.
"Ya?" Sahut gadis itu menatap sang sahabat dari samping.
"Aku ada sesuatu buat kamu," ucap Ray mulai mengambil paper bag yang sedari digenggamnya.
"Nih," ucap Ray memberikan paper bag itu pada Rara.
Rara menatap Ray bingung, tetapi tetap mengambil paper bag itu. Dilihatnya isinya, ternyata sebuah novel. Tunggu, novel apa itu?
"Kisah Sang Rembulan?" Heran Rara yang diangguki oleh Ray.
"Iya. Itu novel yang aku buat," jawab Ray lagi.
"Nanti baca ya," pinta Ray sungguh-sungguh.
Rara hanya mengangguk. Ternyata bakat Ray dalam hal sastra tidak pernah luntur. Gadis itu tersenyum. Mengingat bahwa semuanya telah berakhir. Ray telah kembali padanya.
***
Rara duduk di tepi kasurnya. Menatap novel yang ditulis oleh Ray dari jauh. Perlahan tapi pasti, gadis itu melangkahkan kakinya menuju meja belajarnya, tempat novel tersebut terletak.
Dibacanya novel itu. 3 jam, selama itu Rara sibuk membaca novel buatan Ray. Matanya masih menatap tak percaya ketika mengetahui bahwa tokoh dari novel itu adalah dirinya dan Ray.
"Ray ada-ada aja deh," kekeh gadis itu.
"Gimana?"
Rara tersentak kaget melihat Ray, Leo, Santi, Angga, dan Lia sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Apanya?" Tanya Rara masih tak paham.
"Novelnya," jawab Ray singkat menatap dalam manik mata gadis itu.
"Bagus. Kamu keren banget bisa nulis novel tentang kita. Tapi," Rara menggantungkan ucapannya, "kenapa endingnya kamu tulis kalau kita jadian?"
Ray mengangkat sudut bibirnya. Sudah bisa menebak pertanyaan sang sahabat.
"Karena kita emang jadian."
"Ha?!"
Rara, Leo, Santi, Angga, dan Lia kaget mendengar penuturan Ray yang kelewat santai. Mereka menatap Ray tak percaya.
"Sejak kapan?" Tanya Rara masih kaget.
"Sekarang."
Ray berjalan mendekati Rara. Mengambil kursi dan duduk di samping gadis itu. Digenggamnya erat kedua tangan Rara seakan tak ingin melepaskan.
"Kamu mau kan?" Tanya lelaki itu membuat jantung Rara berdetak cepat.
"Terima! Terima!" Leo, Santi, Angga, dan Lia bersorak meminta Rara menerima Ray sebagai kekasihnya.
Meski malu, tapi gadis itu mengangguk. Membuat Ray senang tak karuan.
"Makasih."
"Ekheem!"
Baru saja Ray ingin memeluk Rara, Chintya, Sam, bahkan bunda Rara sudah menatap sepasang kekasih baru itu dengan tatapan menggoda.
"Udah jadian aja," ucap Chintya membuat gadis itu mengeluarkan semburat merah di pipinya.
"Aini udah gede ternyata," ucap sang bunda terharu.
"Cie yang baru jadian," ledek Sam.
"Iri? Bilang bos!" Ledek Ray pada Sam membuat lelaki itu menarik salah satu sudut bibirnya menatap Ray sinis.
"Buat apaan gue iri sama lu? Gue juga ada kali," pamer Sam merangkul pinggang Chintya posesif.
"Udah-udah! Ngapain berantem sih? Mending kita makan! Ray katanya mau traktir kita," perkataan Lia membuat semua di sana bersorak gembira berbeda dengan Ray yang melotot menatapnya Lia.
Mau tak mau, suka tak suka, Ray terpaksa mentraktir mereka semua. Orang kaya mah bebas! Mereka berjalan menuju kendaraan masing-masing.
"Aku senang, sangat senang. Setelah sekian lama, akhirnya kita bisa bertemu dan bersama lagi seperti ini."
"Maafkan aku yang sempat melupakanmu dan menyakitimu. Mulai detik ini, aku berjanji bahwa aku nggak akan pernah bikin kamu menangis lagi dan akan selalu membahagiakanmu. Terimakasih karena sudah memberikan warna di hidupku. I love you so much Anggraini Salsabila."
Tamat :)
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH SANG REMBULAN (TAMAT)
Novela JuvenilRara dan Ray adalah sahabat yang baik sejak berumur 6 tahun. Pertemuan mereka diawali pada bulan purnama. Pertemanan mereka sangat erat. Hampir tak ada yang bisa memisahkan. Namun, pada kelas 1 SMP, Ray terpaksa pindah dikarenakan orang t...