Bunga musim semi bermekaran. Kelopaknya mencuat lebar-lebar, tersenyum cerah kepada sang alam. Menunjukkan pada dunia betapa cantik dirinya. Agaknya anggapan tersebut tak hanya diklaim oleh si bunga, tapi juga sepasang mata yang kini menatap teduh dari balik jendela kaca.
Zahra, gadis itu berdiri tepat di sisi jendela kamar yang tak lama ini dia tempati. Menyibak kain korden ke tepian supaya lebih leluasa dia menikmati pemandangan.
Dari sini, dapat gadis itu tangkap jejeran bunga-bunga yang kemarin malam tak dapat ia lihat secara jelas. Dia tidak salah. Rupanya objek yang dia anggap indah semalam memang benar-benar indah.
Seutas senyum kecil terpatri di wajah Indo-nya. Tak begitu lama, sebab setelah itu mulutnya terbuka menjawab perkataan seseorang dari balik ponselnya. Ya, Zahra sedang bertelepon.
“Jangan khawatir, Loli. Gue baik-baik aja, serius.” Ucapnya lembut. Sesekali kekehan singkat meluncur halus dari mulutnya. Geli sekaligus gemas dengan sifat over protektif sahabatnya yang kambuh.
“Em.. gue.. di.. penginapan.” Jawabnya agak ragu-ragu.
Zahra menggigit bibirnya khawatir. Tak mungkin jika dia menjawab dengan lugas dimana keberadaannya sekarang. Saat ini bukan waktu yang tepat. Selain itu, dia juga harus berhati-hati. Sebab kedepannya jika terjadi sesuatu dia harus berani bertanggungjawab dan menerima konsekuensinya.
Paham dengan risiko yang terlalu berat, mau tak mau dia berbohong kepada Loli.
Ya Allah, maafkan Zahra karena telah berbohong. Loli, maafkan Zahra juga karena membohongimu.
“Jangan! Lo gak usah kesini!”
Zahra berseru panik saat Loli berniat mendatangi penginapannya. Tapi agaknya respon Zahra terdengar berlebihan bagi Loli sehingga menimbulkan setitik kecurigaan pada benak Loli.
“Gue baik-baik aja, serius. Besok deh, besok. Kemungkinan besok gue ke penginapan kalian. Yang penting kirimin aja alamatnya ke gue. Biar gue tahu.”
Kakinya melangkah menjauhi jendela. Membawa tubuh itu ke arah ranjang lalu menjatuhkannya kesana.
“Dimana? Sungai Han?”
Loli baru saja memberi kabar terbaru jika dia beserta rombongan turnya sedang berada di lokasi wisata pertama. Destinasi wisata itu yang tak lain dan tak bukan adalah tempat yang baru saja disebutkan oleh Zahra, Sungai Han.
Gadis itu menghembuskan napas, sangat pelan. Ah, sayang sekali. Zahra tidak bisa ikut menikmati keindahan sungai Han. Padahal dia ingin sekali melihat hamparan air itu, apakah sama indahnya dengan yang ada di drama-drama yang biasa dia tonton.
“Lah, ujung-ujungnya malah BTS.”
Zahra menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Tak habis pikir dengan Loli yang sempat-sempat membahas Idol Grup itu.
Tawa pelan meluncur dari mulut Zahra menanggapi keinginan Loli yang tak ada habisnya. Kata gadis itu, dia ingin sekali mendatangi Dorm BTS yang letaknya tak jauh dari Sungai.. tunggu dulu.
Zahra terkesiap lalu dengan cepat mendudukan tubuhnya. “Coba ulangin kata-kata lo yang tadi.”
Setelah mendapatkan apa yang dia mau, Zahra lekas undur diri menutup telponnya. Tentu dengan sikap yang wajar pada umumnya-supaya Loli tak curiga- meski dadanya sudah bergemuruh tak karuan mengetahui sebuah kenyataan baru itu.
Satu hal yang pasti ia yakini, yang harus dia lakukan secepatnya. Dia harus menemui Loli sekarang juga. Tekadnya yang sudah bulat seakan mendorongnya semakin kuat.
Melupakan fakta dimana dan seperti apa posisinya sekarang. Mengabaikan berbagai macam kemungkinan buruk serta risiko ke depan bagi dia dan ketujuh pria di apartemen ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice To Meet You
Fanfiction[Fanfiction - BTS] "Oh, jadi BTS itu seperti ini." -Zahra Kisah tentang seorang gadis berhijab yang tak sengaja bertemu dengan idola sahabatnya. Setelah melewati perjalanan yang panjang, akankah Zahra juga ikut mengagumi mereka seperti yang dilakuka...