Ke Penginapan Pt. 2

224 26 6
                                    

Bebunyian berdendang mantap dari selaput pengeras suara, berdiri kokoh di sebelah layar komputer. Bunyi 'tik tik' lantaran jemari yang bertubrukan dengan tuts-tuts keyboard bersama memeriahkan ruang petak senyap itu.

Yoongi menggulirkan pandangan, satu waktu menatap layar komputer, di waktu lain menyorot fokus buku catatan di samping pasukan tombol alphabet. Fungsi pada dua panca indranya diekploitasi besar-besaran hanya karena ingin memperoleh hasil yang maksimal.

Penglihatan itu bekerja ekstra, dua daun telinga bertutup headphone juga sama saja penatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penglihatan itu bekerja ekstra, dua daun telinga bertutup headphone juga sama saja penatnya. Meskipun begitu tak lekas membuat Yoongi menyudahi kegiatannya. Karena bank ide yang ada di kepala masih mengalir deras, amat sayang pikir Yoongi bila tak segera tuntas.

Persetan dengan tenggat waktu yang digembor-gemborkan Pdoog, apalagi Adora juga ikut mendesaknya. Musik tak bisa serta-merta lahir sembarang brojol begitu saja. Yoongi harus menyiapkan matang-matang dan tidak boleh serampangan jika tidak ingin menjadi ciptaan berkualitas remahan.

Ketika tengah asyik dengan dunianya, pintu belakang Yoongi terbuka menampilkan sosok lelaki beraura secerah mentari pagi memasuki ruangan. Studio Yoongi berteknologi pintu intercom yang mana memerlukan akses berupa password bila ingin masuk ke dalamnya.

Yoongi sengaja menguraikan kata kunci itu pada member. Selain karena Yoongi sudah menaruh keprcayaan penuh pada kakak beserta adik-adiknya, dia juga berjaga-jaga apabila suatu saat bencana sialan dimana Yoongi tidak bisa memasuki ruang kerja sebab lupa password itu terulang. Tapi ya semoga jangan.

"Hyung, kau sudah selesai?"

Sudah beberapa kali pertanyaan itu masuk ke rungu Yoongi, bukan hanya dari Hoseok, dan sudah kesekian itu pula nafas berat Yoongi berhembus berbaur dengan udara. Tanpa berniat menjawab Hoseok sedikit pun Yoongi masih stagnan pada posisinya.

Hoseok hanya mengangkat bahu tak acuh lantaran dia diabaikan. Sudah tahu betul bagaimana tabiat kakak kedua ini jadi bukan masalah bagi Hoseok. Yoongi jika sedang berkonsentrasi seperti ini, mau engkau mencerocos sebanyak apapun, pemuda itu hanya akan menganggapnya angin lalu. Ah bukan, bahkan angin lebih baik karena masih meninggalkan desiran. Mungkin arwah ghoib lebih tepatnya, yang tak terlihat, tak terdengar, dan tak terasa sentuhannya.

Sembari menunggu Yoongi menyelesaikan garapan akhir pada satu bait melodi, Hoseok merebahkan tubuh penatnya pada satu set sofa hitam di tepi ruangan. Di renggangkannya tubuh itu guna melemaskan otot-otot yang beberapa waktu belakangan digunakan aktif di ruang latihan.

Mendekati perilisan album baru memang saat-saat yang melelahkan bagi mereka. Belum lahir jabang lagu yang mereka kerjakan, Hoseok beserta tim koreografer sudah mengambil ancang-ancang mendiskusikan gerakan untuk tarian mereka di main song selanjutnya. Hoseok hanya berharap, dari segala upaya dan kerja keras member saat latihan koreografer ke depan, semoga hasilnya akan memuaskan.

Nice To Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang