Aku ingin mencintainya dengan sederhana
Seperti sajak Sapardi yang indah dan penuh makna
Tapi senja di taman terus saja mengganggu
Mereka berbisik lirih,
Mengusir ketenangan ku dalam bangunan kosong itu
Seolah sungai berhenti mengalir di kala sore menjelma malamKesederhanaan itu sanggup ku lakukan dengan memejamkan mata
Tapi cintanya tak sesederhana lipatan jarak
Yang semakin dihadapi, persoalan menjadi semakin banyakApakah aku harus mati muda
lalu mengumpulkan namanya dalam selembar puisi
tapi aku tak setenar Chairil Anwar
Terang repot urusan akhirat nanti
Tidak rela rasanya meninggalkan tubuh indah itu terpaku dibalik jendela dan pintuAku ingin menerjang kesunyian dan melawan semua keterlambatan
Tapi isi dompetku tidak banyak bicara
Tidak ada yang sanggup aku beli dengan kata-kata
Apa lagi menjual pikiran kepada murid
Di mana lagi aku harus meminjam buku
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu
Rasanya kian hari semakin melarat saja pikiran iniKalau sampai waktu turun pada garis di barat
Benar bijaksanakah tubuh ini untuk terus berdiri pada halaman sertifikat