"Bagiku dunia itu hanya omong kosong, bahkan orang yang berpendidikan pun berfikir demikian" ~Riu
🌸🌸🌸
Semenjak kejadian di hukum di tengah lapangan sekolah, saat itu Desita sudah mulai di terima oleh Riu,Galang dan juga Evan.
Desita sudah tidak gugup lagi kalau berbincang dengan Evan,Galang bahkan kepada Riu, begitu juga sebaliknya. Kini, mereka bertiga sudah tidak lagi mengerjai Desita dan sudah menerima Desita sebagai salah satu teman dekat mereka. Namun, satu yang masih belum berubah, yaitu Desita masih menjadi mesin penulis otomatis PR mereka bertiga.
Saat itu pelajaran matematika sedang berlangsung. Namun, pembelajaran di hentikan saat guru matematika yang bernama bu Indah, ingin menuliskan beberapa tambahan soal di papan tulis. Akan tetapi, spidol yang tadi dibawa olehnya ternyata sudah habis dan ia pun mencari seseorang yang ingin di perintahnya untuk mengambil spidol baru untuk dirinya.
"Desita, tolong ambilkan dua spidol dan penghapus di ruang guru sekarang ya!" perkataan bu Indah saat itu membuat Desita yang tadinya berfokus mengerjakan soal yang di berikan kemudian menoleh bingung.
"Saya Bu?" tanya nya lagi.
"Iya kamu,siapa lagi emang?" ujar bu Indah.
"Tapi kan hari ini jatah piketnya Cindy bu, bukan saya, jadi harusnya dia yang ambil" ujar Desita kemudian
"Iya saya tahu, tapi setelah ini saya mau menjelaskan pelajaran penting untuk pembekalan Cindy ke olimpiade matematika bulan depan, kalau Cindy pergi ambil spidol, dia akan tertinggal mata pelajaran saya" perkataan bu Indah itu membuat Kana maupun Aleta yang tadi terdiam mulai protes.
"Bu Indah, terus, kalau Desita yang ambil, Desita ngak bakal ketinggalan pembelajaran gitu bu? ini kan udah peraturan kelas, siapapun yang kena jatah piket ya harus ngelaksanain tugasnya dong" ujar Aleta.
"Iya saya tahu, tapi Desita kan bodoh dalam hal matematika, bahkan nilainya aja masih selalu setia di angka tiga puluh, ngak apa lah ya kalau di tinggal sebentar ambil spidol, dan ngak mungkin juga nilai nya naik" perkataan bu Indah itu membuat sebagian besar anak anak yang ada di kelas itu tertawa namun tidak dengan Aleta,Kana dan juga Desita.
"Udah Bu, ngak papa biar saya aja yang ambil, bener kata Aleta,saya kan hari ini memang jatahnya piket" Cindy kemudian hendak berdiri namun di hentikan oleh bu Indah.
"Jangan Cin, biar dia saja, kamu duduk aja lagi" mendengar perintah dari Bu indah membuat Cindy kembali terduduk.
"Alah, cuma kayak gitu aja di permasalahkan, udah lah sana ambil spidol nya, keburu abis nih pelajarannya" tambah Naya.
Perkataan Naya itu membuat Desita berdiri pasrah kemudian berjalan keluar kelas akan tetapi..
"Nama anda Indah tapi, sikap anda tidak indah sama sekali!" suara yang muncul tiba-tiba membuat semua orang yang ada di kelas itu menoleh ke arah pintu masuk kelas terkejut.
Dan disana, berdiri seorang anak laki-laki yang menahan langkah Desita untuk ke luar dari kelas.
Siapa lagi kalau bukan Riu yang tersenyum sadis menatap ke dalam kelas sehingga, membuat seluruh murid yang ada di dalam kelas tidak berani menatapnya.
"Siapa kamu? ngapain ada di sini?" tanya Bu indah bingung.
"Ibu belum kenal saya? padahal saya sudah tahu nama ibu loh. Guru baru emang gini ya? pantesan, atitude nya masih minimalis banget!" perkataan Riu saat itu membuat beberapa siswa di kelas menahan tawanya.
"Siapa kamu? berani-beraninya menghina saya! kamu mau saya laporkan ke guru BK biar di hukum hah?" Bu indah nampak naik pintam.
"Saya?" Riu menunjuk dirinya menatap remeh ke arah Bu indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berandalan Galaksi ( END )
Teen FictionDesita adalah gadis biasa di antara remaja seusianya. Wajahnya standar, nilai ulangannya pun selalu pas-pas an. Tapi,itu semua tak menghalangi Desita untuk menyukai seorang laki-laki tampan nan pintar di sekolahnya.Adnan. Walaupun, Desita juga men...