"Gue ngak tahu kenapa dia peduli, tapi, jujur aja, gue seneng, terlepas kepedulian itu cuma buat gue ataupun buat semua orang" ~Riu
🌸🌸🌸
Mungkin sebagian besar orang akan berfikir, kelas 3 IPS 12 di SMA GALAKSI itu bukanlah sekumpulan siswa yang berniat datang ke sekolah untuk menggapai mimpi mereka di masa depan. Akan tetapi, mereka hanya sekumpulan berandalan yang datang ke sekolah hanya untuk niat bersenang-senang, jangan berharap ada kesunyian, karena di dalam kelas itu hanya ada suara berisik yang akan memekakkan telinga bagi mereka yang belum biasa dengan situasi kelas itu. Terkecuali, sosok pria paruh baya yang masuk ke kelas itu dengan santainya, siapa lagi kalau bukan guru sejarah mereka yang paling sabar menghadapi kelas pentolan itu, pak zulfikar.
"Selamat pagi anak-anak!" Sapa pria paruh baya berusia 55 tahun itu. Walaupun ia sendiri juga tahu, sapaan itu akan sia-sia saja karena pasti tak akan ada yang memperhatikannya namun,
"Pagi pak!" sontak ucapan itu membuat suasana yang tadinya di dalam kelas ramai mendadak hening seketika.
Semua mata kini tertuju pada seseorang yang duduk dengan rapi di barisan bangku paling belakang.
Orang itu adalah Riu.
Pak zulfikar hanya melotot tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Pa..pagi pak!" susul murid-murid yang lain. Kemudian, mereka kembali ramai melakukan aktivitas mereka kembali. Lalu, suara gebrakkan meja yang terdengar begitu keras membuat seluruh manusia yang ada di dalam kelas itu terkejut.
"Bisa diem ngak!! duduk yang rapi!" Riu menatap ke semua teman kelasnya dan seketika mereka pun menurut lalu dalam waktu beberapa detik siswa yang tadinya berantakan berubah menjadi siswa yang tertib dan sunyi.
"Pak, saya mau tanya!" Riu mengangkat tangannya hingga pak zulfikar hanya mengangguk kan kepalanya sebagai jawaban karena masih setengah percaya bahwa siswa yang mengangkat tangan itu adalah Riu, siswa paling bandel yang ada di seluruh SMA GALAKSI.
"Mapelnya sudah sampai halaman berapa ya pak?" tanyanya.
"Halaman 120, Adolf hitler " jawab pak zulfikar masih dengan rasa heran.
Riu kemudian mengedarkan pandangannya.
"Tunggu apaan lagi? buka halaman 120 di buku Sejarah kalian! cepet!" ucapan Riu itu membuat mereka terdiam saling pandang.
Seakan mengerti ekspresi teman-temannya itu Riu kembali bicara.
"Yang ngak bawa buku, gabung sama yang bawa!" ucapan Riu itu membuat semua teman kelasnya berbondong-bondong mendekati Riu, sisanya mendekati Evan dan juga Galang.
"Gila ye, yang niat bawa buku cuma tiga orang, itu pun yang dua di teror bokapnya!" Evan dan Galang hanya mendesah pasrah ketika mendapat sindiran dari Riu karena walaupun mereka membawa buku sesuai jadwal, mereka sama sekali tidak pernah membukanya sedikitpun di kelas dan hanya bersantai seperti murid yang lain.
🌼🌼🌼
Berita tentang perubahan seorang Riu pun terdengar sampai seantero SMA GALAKSI, tak terkecuali oleh Desita yang kini sedang tersenyum sembari meminum es teh plastik di bangku kelasnya.
"Kesambet nanti!" Kana tiba-tiba menempeleng kepala Desita.
Karena, ia sudah melihat gadis itu tersenyum seperti itu semenjak mendengar kabar perubahan Riu dari mulutnya."Ih sakit tau!" protes Desita.
"Makannya jangan senyum-senyum gitu! kita ngelihatnya jadi ngeri tau!" tambah Aleta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berandalan Galaksi ( END )
Teen FictionDesita adalah gadis biasa di antara remaja seusianya. Wajahnya standar, nilai ulangannya pun selalu pas-pas an. Tapi,itu semua tak menghalangi Desita untuk menyukai seorang laki-laki tampan nan pintar di sekolahnya.Adnan. Walaupun, Desita juga men...